Cewek pinter mana yang rela di jadiin pacar ke dua ribu sembilan belas?
-Gavin.
..
MUNGKIN memang tidak semua, tapi bagi kebanyakan orang, hari minggu itu adalah hari dimana mereka bisa bangun siang atau bermalas-malasan di rumah. Tidak harus bangun pagi, mandi, sarapan, lalu berangkat ke sekolah atau kantor; seperti yang kerapkali di lakukan kebanyakan orang.
Sama seperti Ciara, hari minggu adalah hari yang begitu menyenangkan baginya. Ya, meskipun tetap akan mendapat gangguan dari abang-abangnya. Tapi tidak apa-apa, setidaknya dia akan diperbolehkan Andi untuk bangun minimalnya sampai jam 10 atau 11 nanti. Perihal keempat abangnya yang jahil itu, mungkin tidak bisa dianggap sebuah gangguan oleh Ciara. Ia bahkan mulai terbiasa untuk semua tingkah menjengkelkan abang-abangnya. Tidak lagi merasa terganggu.
Jam digital yang berada di atas nakas kamar Ciara menunjukkan angka 08.00.
Yang artinya masih sangat pagi untuk bangun. Namun mata cokelat gadis itu dipaksa terbuka oleh gangguan buntalan kecil yang entah datang dari mana. Rambut pendeknya di tarik-tarik hingga membuat Ciara meringis sakit. Jelas saja sakit, balita itu menarik seolah sedang menarik tali yang terlihat banyak di matanya. Belum lagi anak itu duduk di atas perut Ciara lalu menghentak pantatnya pada perut Ciara hingga membuat Ciara membelalak.
"ABAAAAAANGG..." Arra berteriak kencang saat melihat bayi mungil itu berada di atasnya. Tangannya segera menepis tubuh mungil itu lalu berlari keluar. Meninggalkan buntalan lucu itu di atas tempat tidurnya.
"ABAAANGG... ABANG! BANG RAMA! BANG ANDI! BANG GAVA! BANG GAVIN! BANG ANO! BANG JOOO!" Ia berteriak keras dari depan pintu kamarnya dan membuat keributan di pagi-pagi begini.
Raffano dan Jonathan yang kebetulan sedang berada di kamar mereka masing-masing; segera keluar. Kamar mereka bersebelahan jadi akan sangat mengganggu apabila si bungsu berteriak seperti itu.
Gava dan Gavin juga terlihat menaiki tangga dan muncul dengan raut khawatir. Pun serupa dengan Andi dan Rama yang juga datang berkumpul.
Semua ada di sini.
"Itu anak siapa!" tanya Arra masih dengan nada suara tinggi namun tidak setinggi yang tadi.
"Anak?" Jonathan mengernyit tidak paham lalu melirik ke dalam kamar Ciara dan di susul oleh Raffano dan Andi untuk ikut melihat.
Ada bayi mungil yang sedang memainkan boneka Hello Kitty milik Ciara.
"Anak siapa!! Dan kenapa ada di kamar gue?!"
Dan saat itu juga Gava dan Gavin terkekeh bersamaan lalu salah satunya menjawab.
"Oh itu, itu anaknya temen gue," ujar Gava sembari terkekeh canggung.
"Apa?" Rama melirik Gava lurus, "apa kamu bilang?"
"Anak temen gue, Bang. Tadi, pagi-pagi banget dia datang ke sini trus nitipin anaknya. Tadinya sih ada di ruang tengah bareng gue sama Gavin, tapi kok bisa ada disini, ya?" Gava malah terlihat kebingungan sendiri.
Rama menghela napas kasar lalu melangkah untuk membawa Ciara menjauhi pintu kamar. Daripada membuat rumah menjadi ajang saling tengkar, lebih baik Ciara di amankan.
Itu jalan satu-satunya.
***
"Selamat Pagi Wahai Abang-Abang Yang Ganteng!" Suara seorang gadis terdengar nyaring memenuhi ruangan itu.
Semua melihat serentak lalu ada yang memilih mengabaikan seperti Andi, Gavin dan Jo. Namun ada juga yang menyambut, yaitu Rama dan Gava. Sedangkan Raffano dan Ciara bahkan tidak melirik sama sekali.
KAMU SEDANG MEMBACA
SIBLING'S
Aktuelle Literatur[ON GOING] (Intinya random, random, dan random. Terima kasih^-^) ••• Hanya segelintir kisah tentang Ciara dan keenam abangnya. Kisah sehari-hari yang gadis itu lalui dengan keenam lelaki dengan kepribadian berbeda-beda. Lelah itu pasti, tapi Ciara...