Dan kamu percaya sama ucapan seseorang yang bahkan nggak kenal apa itu ilmu sosial?
-Rama...
JAM dinding berbentuk kepala kelinci berwarna merah muda itu sudah menunjukkan pukul dua belas. Tengah malam. Pemilik kamar sudah tidur sejak dua setengah jam yang lalu. Selesai dengan tugasnya, ia segera menghampiri kasur dan tertidur selang beberapa detik saja. Tidak butuh waktu lama karena memang pemilik kamar sudah lelah dengan semua aktivitas sekolah yang ia hadapi.
Merepotkan, menyebalkan, tapi itu adalah kewajiban.
Di tengah malam begini, dalam ruang temaram, Ciara terganggu karena mendengar suara-suara aneh di sekitar kamarnya. Seperti suara langkah kaki yang mungkin tidak hanya satu orang saja. Ciara mencoba tidak peduli karena mungkin saja Andi sedang memeriksa apakah Ciara sudah selesai dengan tugasnya atau belum.
Ya, Andi dan Rama sering melakukan itu, dan bisa jadi suara langkah kaki yang ia dengar berasal dari dua pahlawannya itu. Jadi, ia anggap wajar. Namun ketika mendengar langkah kaki yang seperi mengendap-endap namun terkesan terburu-buru tidak bisa di anggap hal wajar lagi.
Maling, kah? A-atau hantu?
Ah, sial! Salahkan Jonathan dan Gava yang tadi siang menonton film horor di kamar Ciara tanpa permisi. Hingga pikiran waras Ciara mulai terdoktrin dengan hawa-hawa mistis.
Tidurnya tidak lagi tenang, jantungnya kian bertalu bersahutan seperti sedang saling menyapa. Matanya terpejam namun pendengarannya ia pacu agar mampu menangkap apapun yang bisa ia dengar.
Ditambah lagi ruangan gelap karena lampu sengaja di matikan, jadilah Ciara sulit berpikir jernih sekarang.
Suasana seperti inilah yang sering membuat Ciara menjerit histeris saat menonton film horor bersama Kashi. Tengah malam yang gelap dan sunyi. Ciara malu mengakui namun ia selalu mengumpat saat adegan seperti itu muncul dalam film.
"Sstt..."
Ciara memejam semakin erat. Kedua aslinya bahkan tampak akan menyatu sebentar lagi. Itu suara seseorang yang seakan meminta orang lain diam. Yang tentunya... BUKAN HANTU. Ciara bersyukur dalam hati jika ternyata bukan hantu yang sedang menyusup ke kamarnya itu. Namun...
Klek
Ahh! Baru saja Ciara bersyukur karena suatu hal dan sekarang ia sudah kembali di buat gemetaran hanya karena suara itu. Ciara kembali menelan ludah kasar saat mendengar kunci laci nakasnya terbuka. Tidak salah lagi, ini pasti maling. Iya, pasti maling yang sedang mencuri.
Alih-alih bangkit dan menyerang maling itu, Ciara malah tidak bisa membuka mata saking takutnya. Jika hantu, mungkin Ciara hanya akan di takut-takuti, tapi jika maling? Bagaimana jika ia di culik dan di jadikan sandera? Atau bagaimana jika ia di perkosa? Oh Tuhan! Tolong!!
Ciara menjerit dalam hati. Lagi. Ia benar-benar takut sekarang. Jika ia bergerak dan menarik perhatian maling itu, maka bisa saja mereka langsung menikam Ciara saat itu juga. Tentu saja. Maling senang melakukan itu untuk melenyapkan saksi mata. Namun apa jadinya jika ia terus diam? Bagaimana mereka malah berbuat yang tidak-tidak?
Ciara mulai merasa semakin takut saat salah satu dari maling itu naik ke atas kasurnya. Bergerak seperti hendak berbaring dan yang selanjutnya terjadi adalah... kepala Ciara di usap lembut.
"AAAAAA!!!"
Ciara segera melompat bangkit dan meraih sendal rumahan miliknya yang tergeletak di lantai di sisi kasurnya. Memukul maling itu membabi buta dan berharap sendalnya itu mampu melumpuhkan lawan atau setidaknya membuat mereka jera. Dan melihat rekannya di hajar Ciara, maling yang satunya bergerak menahan Ciara dengan memeluk tubuh mungil itu dari belakang. Pelukannya sangat erat. Ciara kembali takut.

KAMU SEDANG MEMBACA
SIBLING'S
Fiksi Umum[ON GOING] (Intinya random, random, dan random. Terima kasih^-^) ••• Hanya segelintir kisah tentang Ciara dan keenam abangnya. Kisah sehari-hari yang gadis itu lalui dengan keenam lelaki dengan kepribadian berbeda-beda. Lelah itu pasti, tapi Ciara...