Berisik! Pada mau gue robek mulut lo semua? Hah!
-Ciara•••
Masa orientasi berlangsung sebagaimana mestinya, para kakak tingkat yang bertugas tak jauh-jauh dari wajah keras dan tegas, membuat beberapa dari mereka merasa takut bahkan sebelum diberikan tugas-tugas tertentu. Ciara sendiri sejak tadi mencoba menghindari tatapan seorang senior yang berkali-kali tertangkap meliriknya. Sejujurnya, Ciara merasa sangat tidak nyaman dengan itu.
Berkali-kali Ciara mencoba menitikkan fokus pada kakak pembimbing yang tengah berbicara di depan sana, berkali-kali juga matanya bergerak sendiri untuk melihat laki-laki yang berada tepat di sebelah sang juru bicara, menatapnya intens dan tanpa sadar membuat Ciara lagi-lagi membuang napasnya. Dia tidak suka situasi ini.
Lantas setelah si Juru Bicara selesai dengan urusannya dan memperbolehkan para maba untuk bubar, Ciara menjerit girang dalam hati. Merasa bahagia yang luar biasa.
Meski bahagia, gadis itu tidak menampik bahwa dia dibuat pusing padahal masih hari pertama bergabung di kampus ini. Dia tidak tahu juga sebenarnya tentang seberapa populer abangnya yang brengsek itu, tapi mendengar setiap maba yang dia lewati mengenal siapa itu Jonathan membuat Ciara yakin bahwa presensi abangnya cukup diakui. Jika keadaannya seperti ini, Ciara mendadak merasa membutuhkan Kashi dengan mulut cabe ber-damage-nya.
Sebelumnya Jonathan sudah bilang bahwa, "Nggak akan ada yang berani nyentuh lo selagi ada gue," dan Ciara sendiri berharap ucapan abangnya bukan sekedar kalimat penenang di kala resah mendera.
Lantas tanpa menggubris beberapa cibiran yang dengan terang-terangan dilayangkan padanya, Ciara mencari toilet yang dia sendiri tidak tahu entah di mana. Peduli setan. Yang jelas dia harus punya tujuan melangkah sebab sedari tadi dia tak ubah orang gila yang kesasar di tengah kota. Kebingungan dan sendirian.
Setidaknya dengan mencari toilet tanpa bertanya siapa pun seperti ini membuatnya memutar otak guna menemukan letak tempat kramat itu dan-kabar baiknya-Ciara jadi lebih fokus pada tujuannya daripada radio rusak yang beredar di seluruh penjuru kampus.
Siapa sangka saat Ciara tengah berjalan kebingungan di tengah-tengah kerumunan yang tentunya punya kelompok, dia dihampiri seorang gadis berambut pendek warna dirty-blonde yang di sisi kanannya terdapat penjepit rambut berwarna putih mengkilap. Gadis dengan celana jeans hitam ketat hingga mengekspos kaki jenjangnya yang kini melangkah pasti ke arahnya membuat Ciara secara spontan tersenyum, merasa perlu beramah-tamah pada gadis cantik yang menggenggam kertas di tangannya.
"Ciara, bukan?"
Ah, kalian tahu bagian tidak enaknya kecipratan kepopuleran? Ya, seperti ini. Saat Ciara mengharapkan seseorang datang padanya tanpa mengenal siapa dirinya, tapi yang terjadi adalah orang-orang mengenalnya sebagai 'adik Jonathan'. Menyebalkan.
"Ah, iya, Kak."
Gadis cantik itu mengangguk kalem.
"Kenalin, aku Putri, Ketua Cheers di sini. Bisa bicara sebentar?"
Tidak, Ciara tidak minat bergabung dengan tim itu.
***
Sudah Ciara bilang 'kan sebelumya bahwa dia tidak tertarik bergabung dengan tim lompat-lompat tidak jelas yang ditawarkan oleh Kak Putri itu? Jangankan beraksi di depan banyak orang dengan sorakan sarat penyemangat, disuruh bernyanyi di kelas pas SMA saja Ciara sampah menangis agar gurunya tidak menunjuk. Bukan apa-apa, dia tidak punya kenangan buruk di masa lalu hingga membuatnya enggan tampil di depan orang-orang, Ciara hanya tidak punya rasa percaya diri untuk yang satu itu. Ditunjuk jadi wajah sekolah yang menguntungkan saja dia tolak. Apalagi jadi Cheers?
KAMU SEDANG MEMBACA
SIBLING'S
General Fiction[ON GOING] (Intinya random, random, dan random. Terima kasih^-^) ••• Hanya segelintir kisah tentang Ciara dan keenam abangnya. Kisah sehari-hari yang gadis itu lalui dengan keenam lelaki dengan kepribadian berbeda-beda. Lelah itu pasti, tapi Ciara...