Lo kata ijin ke abangnya dia kayak ijin mau ke toilet? Pasang muka sok kebelet trus langsung di kasih ijin?
-Kashi***
SEPERTI pagi-pagi biasanya, meja makan akan sangat ramai karena semua anak Rajendra ada disana untuk sarapan pagi. Ada Rama yang tampak makan tenang melihat semua adik-adiknya. Ada Gavin dan Gava yang juga sedang saling melempar cekcok karena perbedaan pendapat. Ada Andi dan Raffano yang terlihat makan tenang sembari memerhatikan ponsel masing-masing. Dan ada Jonathan serta Ciara yang sedang makan tenang namun sesekali berdebat.
"Kan udah gue bilang, kuliah 'tuh cuma buang waktu, buang duit. Toh, ujung-ujungnya punya anak juga 'kan?" Gava terlihat tidak mau kalah.
Dari tadi Rama hanya menyimak perbincangan kedua adik kembarnya itu tanpa mau ikut campur. Memang si kembar itu selalu saja berbeda prinsip. Rama tidak habis pikir, jadi melerai keduanya tidak akan mengubah apapun. Jika masih berupa perdebatan kecil, Rama akan membiarkan mereka. Asalkan jangan saling menyakiti saja.
"Lah, si tolol, dikata lo bisa bertahan hidup kalo nggak sekolah?" balas Gavin meremehkan pendapat kembarannya.
"Gitu 'tuh resiko pas kalian bayi, Bang Gava kalah rebutan asi Ibu. Otaknya kekurangan asupan, deh," ujar Ciara nimbrung entah sejak kapan mendengarkan ocehan duo kembar.
"Ciara." Rama menegur.
"Iya, Bang, iya." sahutnya lalu kembali diam.
"Nyaut mulu, sih, lo," ejek Jonathan dari samping Ciara.
"Eh, gue mau ngomong ini nih dari lama. Lo sampe kapan mau mainin perasaan cewek-cewek? Bagus 'tuh kalo cewek lo kenal muka lo secara detail. Lah ini? Ada yang nggak bisa bedain gue sama lo. Malah nyerang gue lagi? Minta tanggungjawab-lah, minta diseriusin-lah, minta diajak jalan-lah. Lo ngomong apaan, sih, sama mereka semua? Lo parah juga kalo dibiarin, makin nggak bener lo, makin nggak beres!" tandas Gavin kesal melihat kembarannya yang selalu tidak teratur itu. Ia juga kesal karena banyak sekali para gadis-gadis yang datang menemuinya.
"Ya itu sih de-el. Derita lo." Gava tertawa tak peduli.
Ciara mengarahkan tatapannya pada kedua abang kembarnya dan melihat Gavin yang sudah mengangkat tangan hendak memukul Gava. Ciara segera berdeham dan membuat Gavin dan yang lainnya menoleh.
"Abang Gavin ... tau nggak kemaren gue ngeliat siapa di taman lagi ciuman?" Ciara bertanya lugu pada salah satu si kembar.
Gavin mendelik. Matanya melotot bingung. Ia melihat Rama dan Andi bergantian. Kedua pembela Ciara ada disini, pasti si bungsu nakal mereka ini--ingin meloloskan pengaduan lagi. Gavin menatap was-was.
Bukan takut karena dia pelakunya tapi takut karena siapapun itu, pasti akan kena damprat oleh si sulung. Bang Rama.
"Siapa, Dek?" tanya Gavin.
"Siapin ruang UGD!" Gava berseru lantang memberitahukan bahwa keadaan seperti ini akan cukup berbahaya.
Dan ia yakin Jonathan akan kena nasehat panjang lebar oleh Rama. Dia yakin pasti Jonathan adalah orang yang akan kena adukan lagi.
Rama sudah meletakkan sendoknya keatas meja, melipat tangan menunggu kelanjutan ucapan Ciara.
"Ngaku aja deh mendingan. Nggak baik tau, kalo adek kalian yang lucu ini ngadu terus. Ngaku, hayu ngaku. Jadilah manusia yang bertanggung jawab!" Ciara berseru menggebu. Ia mengepalkan tangan lalu mengangkat tinggi-tinggi.
Rama melihat semua wajah adik laki-lakinya. Semua terlihat santai saja seolah tidak ada yang melakukan. Ia melirik Andi, memang yang ia ketahui, Andi tidak punya kekasih tapi bisa saja pemuda itu menutupi hubungannya dari orang rumah. Kepribadian seperti Andi ini tidak bisa ditebak, karena cenderung menutupi segala sesuatu.
KAMU SEDANG MEMBACA
SIBLING'S
General Fiction[ON GOING] (Intinya random, random, dan random. Terima kasih^-^) ••• Hanya segelintir kisah tentang Ciara dan keenam abangnya. Kisah sehari-hari yang gadis itu lalui dengan keenam lelaki dengan kepribadian berbeda-beda. Lelah itu pasti, tapi Ciara...