08. Jemputan

5.5K 340 1
                                    

Ngancam Bang Andi? Punya nyawa berapa gue sampe berani ngancam Bang Andi?
-Jonathan

...

PERUBAHAN sikap Ciara yang bisa dibilang aneh ini membuat kedua temannya kebingungan. Sebenarnya tidak terlalu bingung untuk Kashi, karena gadis itu tentu tahu apa yang dipikirkan oleh sahabatnya itu.

Namun berbeda dengan Nita, gadis itu malah sangat penasaran ada apa dengan Ciara. Bahkan ia berasumsi bahwa Ciara dan Tommy sudah berkencan dan tiba-tiba putus tanpa alasan yang jelas, hingga membuat Ciara berubah jadi pendiam seperti ini.

Mendengar pertanyaan yang dilontarkan Nita, jelas saja membuat Ciara mendelik tidak terima lalu menggeleng tegas dan mengatakan bahwa ia dan Tommy tidak menjalin hubungan seperti apa yang di katakan gadis itu.

Ciara juga menekankan pada Nita agar tidak membuat asumsi sembarangan. Karena akan sangat berbahaya bagi dirinya sendiri. Bagaimana jika berita palsu itu terdengar hingga ke telinga Jonathan? Lalu merembes hingga ke telinga Rama?

Ciara lebih baik lompat dari atas rooftop sekarang juga.

"Ya, lagian lo aneh!" balas Nita kekeh dengan pendapatnya.

"Gini aja, anehnya gue belum sampe buat lo malu 'kan?" Ciara membalas ketus.

Kashi mengangguk tegas dan menatap Nita lurus. Membuat Nita jadi merasa salah lalu menelan bulat-bulat hasil analisanya.

"Ya udah, iya, iya." Nita menyerah lalu kembali melangkah santai menuju gerbang depan, pulang sekolah.

Ketiga gadis itu berjalan santai tanpa membuka perbincangan lagi. Mereka hanya berjalan pelan di tengah banyaknya siswa-siswi yang juga akan segera pulang.

Setibanya di gerbang, Ciara dan Kashi melihat ke sepanjang pinggiran jalan. Mencari-cari dimana mobil Raffano terparkir. Namun mereka tidak melihat mobil milik pemuda itu. Sementara Nita, seperti biasa, ia akan menunggu supir pribadinya menjemput, dan biasanya mereka akan menunggu bersama jika jemputan Ciara juga terlambat. Dan hari ini sepertinya mereka akan kembali menunggu bersama.

"Dek,"

Ciara dan kedua temannya menoleh ke belakang lalu menemukan presensi Jonathan. Pemuda itu terlihat sangat kusut, mata bengkak, rambut acakan, serta mata sayu. Sepertinya Jonathan baru bangun tidur. Kashi yang sempat menoleh ke arah Jonathan segera mencari-cari mobil Raffano lagi. Seolah pemandangan lusuh Jonathan ini tidak perlu di perhatikan se-khidmat itu. Namun berbeda dengan Nita yang terpaku pada pemandangan yang di hadapannya ini. Lusuh namun tetap luar biasa tampan. Ciptaan Tuhan yang terbilang nyaris sempurna. Nyaris!

"Bang Andi belum dateng?" tanya Jonathan sembari melirik sama seperti Kashi.

"Belum," jawab Ciara sembari mengangguk pelan.

"Bang Raffa yang bakalan jemput, Bang." Kashi menginterupsi dan membuat Jonathan nyaris tersedak air ludahnya sendiri.

Nita yang melihat itu seketika merasa bingung.

"Raffano?" Jonathan bertanya guna memastikan Raffa yang disebut Kashi ini bukanlah Raffano abangnya.

Kashi mengangguk. "Iya, Bang Raffa. Raffano,"

"Kok bisa, Ra?" tanya pemuda itu beralih pada Ciara yang tengah menatapnya datar.

Ciara terperanjat sebentar namun segera menetralkan ekspresinya dengan tersenyum songong. Seolah jiwa kosong Ciara tadi sudah pergi. "Ya bisa dong. Apa yang gak bisa gue lakuin, gue tanya?"

"Ini Bang Raffano loh, Ra. Lo yakin dia bakalan dateng?"

"Ya udah lo duluan aja, gue bakalan nungguin abang gue di sini," ucap Ciara ketus lalu bersedekap melipat tangan di dada.

SIBLING'STempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang