18. Happy Birthday!

3.8K 281 5
                                    

Gue di sini, gue abang lo, dan gue sayang sama lo.
-Jonathan

...

TADINYA Gavin merasa bingung.

Karena biasanya Ciara akan sangat merepotkan jika merajuk. Gadis bungsu itu akan menjadi sangat pendiam bahkan pada Andi yang notabenenya adalah abang paling mengerti tentang dirinya.

Sogokan boneka sudah Gavin luncurkan, begitu juga dengan ajakan membeli buku baru. Namun alih-alih menerima, Ciara malah memeluknya dan bertanya tentang kesibukan kantor yang beberapa hari ini memang cukup membuat pusing. Maka setelah menjelaskan beberapa hal pada sang adik dan merayu agar jangan lagi jengkel, akhirnya Gavin memenangkan pertarungan dengan menghadiahi tiket bioskop.

Terima kasih karena Ciara menerima dengan girang.

Bagaimana jika tidak diterima juga dengan alasan sudah pernah ke bioskop?

Elusan pelan menyapu di puncak kepala gadis berusia enam belas tahun itu. Bergerak searah dan menyalurkan sensasi hangat sampai ke lubuk hati. Meninggalkan tarikan lurus di sudut bibir dan menciptakan senyuman manis di sana. Maka setelah kembali berhambur ke pelukan Sang Abang, Ciara mempererat lingkaran tangannya pada pinggang Gavin.

Mana bisa Ciara marah pada manusia sehangat Gavin? Tidak, tidak bisa.

Gavin terlalu menyayanginya dan Ciara juga sangat menyayangi Gavin. Ah, ralat, Ciara juga sangat menyayangi semua abangnya.

"Lo udah makan siang belom?"

Gavin menunduk demi melihat wajah Ciara yang tengah mengumbar senyuman kecut pertanda bahwa gadis itu belum menyentuh makanan.

"Ini udah jam berapa, Ciara? Kenapa belom makan? Gimana kalo lo sakit? Lo mau mati?"

"Aduh, Abang! Jangan lebay deh, gue belum makan tapi gue udah makan sereal sama susu tadi. Segala pake ngomong mati," gumam Ciara jengkel.

Pun Gavin segera menghela napas pelan. "Oke-oke, sekarang kita turun dan lo harus makan." Gavin bangkit menarik tangan sang adik, "lo mau makan apa? Gue buatin deh,"

Tawaran Gavin sontak membuat kedua netra cokelat itu berbinar. "Seriusan lo, Bang?"

Gavin mengangguk. "Iya, ayo turun."

"Okay! Let's eat!"

Okay, rencana kembali berjalan di jalur. Batin Gavin.

***

"Ini gue masak khusus buat lo, dihabisin."

"Siap," jawab Ciara girang sembari mengambil sendok dan mulai mencomot potongan-potongan daging dari dalam nasi gorengnya.

Makanan malamnya memang tidak mewah tapi mampu membuat Ciara senang bukan main.

Masakan Gavin itu sebelas dua belas dengan masakan Rama. Jadi Ciara senang bisa memakan masakan abangnya yang terkenal malas memasak ini.

Ciara makan lahap seolah tidak makan satu harian, mencomot satu persatu potongan daging dan memasukkan ke dalam mulut, hingga membuat pipinya menggembung akibat terlalu banyak memasukkan nasi ke dalam mulut. Hal itu membuat kedua mata cokelat Gavin bersinar cerah. Merasa senang karena bisa mengembalikan mood adiknya sebelum kembali di obrak-abrik lagi.

"Enak?" Gavin bertanya basa-basi sembari menenggak habis satu kaleng soda yang tadi ia ambil untuk dirinya.

"Um," Ciara mengangguk antusias.

"Ya udah, kalo gitu lo habisin tuh. Gue mau nelpon cewek gue dulu. Okay?"

"Eung," Ciara mengangguk lagi tanpa melihat Gavin yang sudah menarik diri--undur dari sana.

SIBLING'STempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang