Gue muak.
Gue nggak ngerti apa yang ada di kepala lo, tapi gue rasa lo udah terlalu lancang.
-Ciara***
CIARA pulang ke rumah tepat saat pukul enam sore. Jika bukan karena pesan Whatsapp dari Andi, Ciara mungkin akan lupa waktu dan terus memuji-muji sosok abangnya itu di hadapan Kanna. Rasanya, Ciara sangat ingin melihat abangnya itu mengencani seorang gadis. Dan mungkin Kanna adalah orang yang tepat mengingat Kanna adalah gadis yang terbuka meskipun sifat pemalunya terlalu berlebihan.
Dengan menggenggam ponsel di tangan sembari menonton status harian Whatsapp dari teman sekelasnya, Ciara terus melangkah hingga tanpa sadar menabrak tubu seseorang.
"Pake mata, Cantik."
Cantik?
Ciara mengangkat wajahnya dari ponsel. "Ezra? Kok lo di sini?!" Kepalanya celingukan melihat rumah yang sepi. "ngapain lo?"
"Kamu dari mana? Kok baru pulang maghrib gini, pamali lho," tegur Ezra lembut lengkap dengan senyuman manisnya.
"Jangan sok deket gitu deh, Zra, kita belom sedekat itu," Ciara memutar bola matanya malas.
"Makanya kamu harus mulai nerima aku dong, supaya kita bisa sedekat yang seharusnya."
"Yang seharusnya?"
Ezra mengangguk. "Iya."
"Emang sedekat apa yang seharusnya terjadi diantara lo dan gue?"
"Pasangan kekasih dong, Cantik. Atau tunangan, barangkali?" Ezra menaikkan kedua alisnya menggoda.
Ciara berjalan melewati Ezra saking malasnya. "Pulang aja deh lo, sono."
"Ya elah, baru nyampe udah di usir aja. Jahat." gerutu Ezra seperti anak kecil. Ia mengikuti Ciara yang duduk di sofa.
"Jangan kek bocah deh, inget umur lo. Malu dong sama badan,"
"Itu body shaming bukan, sih?" tanya Ezra sok tersinggung ketika bentuk badannya disinggung.
Ciara yang baru selesai dengan isi ponselnya segera meletakkan benda persegi itu ke atas meja. Matanya menatap Ezra dari atas hingga ke bawah.
Maunya Ciara muji si Ezra, tapi karna tingkat kepercayaan diri cowok itu terlalu parah, jadi Ciara diam aja. Takutnya besar kepala.
Badan Ezra tinggi kokoh. Setinggi Jonathan, tapi badannya lebih mirip seperti Gavin. Tidak terlalu berotot tapi tidak kerempeng juga. Alis tebal di atas mata, bulu mata lentik, bibir tipis di atas dan tebal di bawah serta warna merah alami itu jadi poin tambahan kegantengan seorang Ezra. Tapi ya gitu, Ciara malas memuji. Takutnya songong.
"Lo di sini dari kapan?" Ciara tiba-tiba lapar meskipun sudah makan banyak cemilan dari rumah Kashi.
Ezra nampak mengingat. "Sejaman, mungkin?"
"Sejam?" Ciara terkejut. "orang rumah pada ke mana? Lo sendiri?"
Ezra menggeleng ramah. "Bang Andi di kamarnya, ada tugas kuliah katanya. Dan dari tadi rumah emang sepi."
"Lo udah makan belom, sih? Gue tiba-tiba laper liat lo di sini. Aura negatif lo kuat juga, ya?"
"Cukup Kashi aja yang nganggap keberadaan aku ghaib, Ra, kamu jangan." kata cowok itu sedikit serius.
Ciara meringis mendengar tutur kata yang tak juga berubah. "Lo-gue aja, bisa?"
"Kalo gitu caranya, kapan kita dekatnya, Cantik? Semua harus dimulai dari hal-hal terkecil. Tutur kata misalnya,"
KAMU SEDANG MEMBACA
SIBLING'S
Aktuelle Literatur[ON GOING] (Intinya random, random, dan random. Terima kasih^-^) ••• Hanya segelintir kisah tentang Ciara dan keenam abangnya. Kisah sehari-hari yang gadis itu lalui dengan keenam lelaki dengan kepribadian berbeda-beda. Lelah itu pasti, tapi Ciara...