Kalo bukan gue, siapa lagi yang jadi sumber film mantap-mantap lo-lo pada?
-Jonathan...
Di hari-hari berikutnya. Suasana mulai terkendali. Jonathan dan Kashi sudah kembali akur dan cekcok seperti biasa. Hanya cekcok biasa, tanpa kekerasan atau pun semacamnya lagi. Jonathan pun sudah tidak mau lagi melakukan kekerasan dengan gadis itu. Takut motornya di sita lagi.
Tepat saat marahnya Rama beberapa hari yang lalu, semua fasilitas miliknya disita. Laptop yang isinya film semi biru terpaksa ia hapus terlebih dulu sebelum terciduk Rama. Udah parah makin parah nanti kalo Rama sampai tau kelakuannya selama ini.
Lagian film semi biru itu hasil nyolong dari laptop Gava, kok.
Jadi sekarang, Jonathan dan Kashi sudah mulai akur lagi. Rama juga sudah mengembalikan semua fasilitas Jonathan. Mengesampingkan masalah itu, mari melihat Ciara dan Raffano yang sedang mesra-mesraan di ruang tengah.
Ciara memeluk Raffano sayang. Jangan tanya bagaimana rasa sayang si bungsu pada Abangnya yang selalu pakai kaca mata itu, sudah jelas dia sayang. Sesayang Kak Ros pada Upin dan Ipin.
Gelar tikar di lantai, Raffano mengeluarkan beberapa buku-buku barunya untuk diperlihatkan pada Ciara. Niatnya mau merekomendasikan, tapi gagal karena tiga pemuda dengan tingkah kegilaan yang another level datang membawa masing-masing bawaannya.
Faldo, cowok modis yang mirip seperti Atala Naufal itu datang menggunakan kaos putih dengan tulisan Fila besar di dada. Besar sekali hingga seluruh bagian depan bajunya tertutup empat huruf saja.
F. I. L. A.
Semakin ditilik ke bawah, ternyata semua bahan yang dipakai cowok itu adalah keluaran merek Fila. Mulai dari kaos, celananya, sepatu, serta tas kecil yang menggantung di samping tubuhnya.
Duh, lucu deh di mata Ciara.
"Buset!" Raffano meneliti penampilan Faldo lamat-lamat. "Sejak kapan lo jadi Brand Ambassador-nya Fila, Pal?"
"Yee, jangan gitu lo, Bang." Faldo mengibaskan ujung bajunya berniat pamer. "Ini Emak gue yang beli. Langsung dari pabriknya! Di Itali!"
"Demi apa gue sih owh aja, Bang Pal?"
"Ya Allah, Ra. Itu bibir dimanisin dikit napa." Faldo pura-pura sedih.
"Najisin banget temennya si Dodi." Rendi menepuk jidat. "Untung gue temenannya sama si Jonathan, alhamdulillah masih waras meskipun kadang insane-nya nggak ketulungan."
"Sama aja, Goblok!" Dodi yang datang dengan tas belanjaan besar bertuliskan salah satu nama Mall terkenal di Indonesia menoyor kepala Rendi ganas.
Cowok itu meletakkan tas belanjaan besarnya di meja dekat televisi.
"Bang, itu isinya apaan, dah? Gede banget kek mau piknik aja."
Dodi membusungkan dada dan tidak lupa menepuknya pelan -- sombong ceritanya. Dia ikut duduk dan mengabaikan Faldo yang sudah naik ke lantai atas mencari Jonathan.
"Ada deh." balasnya kalem. Lalu ... "Ren, duduk, Ren!" katanya sembari melirik ke belakang sebentar, tepatnya ke arah Rendi yang masih berdiri cengengesan. "Anggap aja rumah sendiri, tapi jangan lupa kalo ini masih tetep rumahnya Om Rajen."
"Goblok." Rendi menggeplak kepala temannya itu. "Untung lo bukan temen gue."
"Emang temen lo itu." tuding Raffano.
Rendi menggeleng ironis. "Bukan."
"Temen lo."
"Dih? Kagak." tolaknya lagi.

KAMU SEDANG MEMBACA
SIBLING'S
General Fiction[ON GOING] (Intinya random, random, dan random. Terima kasih^-^) ••• Hanya segelintir kisah tentang Ciara dan keenam abangnya. Kisah sehari-hari yang gadis itu lalui dengan keenam lelaki dengan kepribadian berbeda-beda. Lelah itu pasti, tapi Ciara...