Jalannya jangan dibelakang.
Gue ngerasa beneran jalan sama orang gila jadinya.
-Ciara...
Selesai dengan adegan marah-marah dan perang dingin antara Rama dan keenam adiknya, entah bagaimana prosesnya, kedatangan Ezra malah membuat pria tua yang akan jadi 'bapak' itu luluh seketika.
Padahal Ezra cuma datang untuk mengajak si bungsu jalan, tidak ada rayuan agar mendapatkan ijin apalagi sogokan. Tapi, dengan mudahnya, Rama tersenyum manis pada Ciara dan berkata : "Jangan pulang terlalu malam, ya, Ra."
Hell. Demi apa pun juga Ciara nggak akan mau berlama-lama dengan Ezra, apalagi sampai malam. Dih?
Yang bener aja, dong!
Maka di sinilah keduanya berada. Di Timezone dengan gulali raksasa di tangan. Ciara yang hanya menggunakan gaun berwarna biru muda sebatas lutut -- terpaksa menerima jaket mahal Ezra untuk menutupi belakang gaunnya yang kena noda es krim anak-anak tadi. Sedangkan Ezra kini hanya menggunakan kaos navy miliknya tanpa lapis lagi.
Nampak serasi di mata orang, tapi tidak bagi Ciara. Ya maklum, gengsinya ngalah-ngalahin kebucinan Gava ke si Kashi. Iye nggak, tuh?
Lelah dengan adegan puter-puter di area bermain, Ezra memutuskan mengajak Ciara duduk di salah satu tempat duduk yang disediakan untuk pengunjung. Tidak terlalu 'wah' memang karena hanya terbuat dari semen yang dibentuk tempat duduk untuk tiga orang, lengkap dengan sandaran. Jadi jika cuaca panas, maka tempat duduk itu juga akan panas. Begitu sebaliknya.
Tapi, berhubung ada pohon Mahoni yang menjulang tinggi sebagai peneduh, jadilah kursi semen itu tidak panas ketika diduduki.
"Lucu, ya, Ra?"
Sinkron dengan apa yang sejak tadi hatinya elu-elukan, Ciara mengangguk. "Iya."
"Kamu mau?"
Ciara menoleh tak paham. "Hah?"
"Kamu mau?"
Semakin tidak paham. "Apanya?"
Ezra menunjuk objek yang sejak tadi menyita perhatian Ciara. "Itu. Dedek kecilnya."
"Lah? Emang boleh?"
Maklum 'kan jika Ciara bertanya seperti ini?
Memang boleh Ciara bawa balita itu pulang ke rumah? Ya jelas enggak lah! Orang tua balita itu pasti melarang.
"Boleh banget." Jawaban penuh semangat dari Ezra justru membuat Ciara semakin tak paham.
Maksudnya gimana, sih?
"Lo mau minta itu bocah ke Maknya? Menurut lo bakalan dikasih, gitu?"
Ezra mulai geser keknya.
Yakali 'kan itu bocah dikasih free ke anak remaja kayak mereka ini? Kalo ijin buat cium pipi atau meluk bentar bisa jadi diijinin sama orang tuanya.
Lah kalo dibawa pulang?
"Ngapain minta?"
Nah loh ... Ini maksudnya gimana, dong?
"Ya terus? Mau lo gondol? Yang bener aja, Zra."
Ezra tertawa renyah. Matanya mulai memancarkan aura-aura negatif tak terbantahkan. Ciara parno sendiri jadinya. Ini gimana ceritanya si Ezra mau ngasih Ciara balita tapi nggak minta ke orang tua si balita itu dulu. Kan ngeri, ya?
"Ya enggak, dong, Cantik." Ezra menggeser duduknya sedikit. Ingat, cuma sedikit. Paling-paling 0,001 milimeter. Dikit banget dah pokoknya. "Kita buat sendiri aja, gimana?"
KAMU SEDANG MEMBACA
SIBLING'S
Fiksi Umum[ON GOING] (Intinya random, random, dan random. Terima kasih^-^) ••• Hanya segelintir kisah tentang Ciara dan keenam abangnya. Kisah sehari-hari yang gadis itu lalui dengan keenam lelaki dengan kepribadian berbeda-beda. Lelah itu pasti, tapi Ciara...