Saking sayangnya, Kashi sampe nggak suka kalo saya disama-samain sama Gavin, padahal Gavin kembaran saya,
-Gava***
KASHI terkejut saat ada tangan besar dan hangat melingkar pada tubuhnya dan mendekapnya erat. Ia juga terkejut saat menoleh ke kiri dan melihat siapa pelakunya.
Kashi meronta meminta dilepaskan tapi tidak berbuah apapun karena lengan pria itu jauh lebih kuat dan Kashi tidak punya banyak tenaga untuk melepaskan dekapan itu. Ditambah sebenarnya Kashi membutuhkan pelukan ini. Dia butuh sandaran seperti ini. Kashi menyentuh lengan besar Gava meminta agar pelukan itu jangan dilepaskan karena Kashi benar-benar membutuhkan pelukan ini untuk beberapa saat ke depan. Gava yang mengerti maksud Kashi lantas semakin mengeratkan pelukannya yang berposisi memeluk dari belakang.
Gava menyandarkan dagunya pada bahu remaja itu dan menguatkan lingkaran tangannya agar sahabat dari adiknya itu jangan lagi menangis.
Sejak dulu Gava benci tangis seorang gadis, siapapun orangnya. Tapi kadang Gava tidak tahu diri karena sering membuat banyak mantannya menangis.
Ah elah, Gava mah selalu salah emang!
Mendengar penuturan Jonathan tentang novel sejarah sialan yang sedang digenggam Kashi ini, Gava memutuskan berlari dari rumah menuju taman kompleks ini tanpa jaket, tanpa topi, dan perlengkapan anti panas lainnya. Membuat Gava yang sangat benci kalor dari sang surya terpaksa menantang matahari juga. Berjalan terburu-buru melewati banyak rumah agar tiba di taman ini, ia bahkan tidak membawa mobil. Dan yah, membuat Gava yang sangat jarang terlihat berjalan di area taman kompleks menjadi sorotan sekarang.
Sosok tampan yang sangat jarang terlihat kini berada di taman dengan seorang gadis yang tengah menangis. Beberapa gadis yang ada di sana merasa iri pada Kashi yang bisa dipeluk Gava sehangat itu. Oh tunggu dulu, Kashi dan Ciara itu dikenal seluruh penghuni kompleks perumahan mereka karena keduanya sangat sering berkeliaran di area kompleks sembari menyapa para ibu-ibu atau gadis-gadis yang mereka anggap tetangga. Jadi banyak yang menyukai kedua gadis itu. Banyak yang mengenal mereka juga.
Setiba di taman tadi, Gava tak sengaja mendengar Ciara sedang marah pada Kashi. Tepat saat ia akan mendekat dan menengahi keduanya, tampaklah Ciara yang menatap dingin kearah Kashi hingga meyakinkan Gava bahwa keduanya memang sedang dalam masalah serius. Membuat langkah kakinya tertahan dan memilih diam saja mengamati dari kejauhan. Tak lama setelahnya Ciara bangkit dan meninggalkan Kashi, melihat bagaimana wajah adiknya yang tampak kesal membuat Gava penasaran dengan Kashi. Dan betapa terkejutnya ia saat melihat Kashi sudah menunduk dengan bahu yang bergetar pelan, pertanda bahwa Kashi menangis.
Lalu tanpa pikir panjang lagi Gava berlari dan memeluk Kashi dari belakang agar tidak terlalu mengejutkan bagi Kashi saat tiba-tiba melihat Gava berdiri di depannya.
Gava masih setia memeluk Kashi dengan sayang dan mencoba menenangkan gadis itu. Dan selang beberapa saat, tangis Kashi benar-benar berhenti meskipun gadis itu masih sesekali tersendat napasnya sendiri. Gava belum melepaskan pelukannya dan tetap mendekap gadis itu.
"Eh, ini Gavin abangnya Ciara itu, ya?"
Suara seorang ibu-ibu langsung membuat Kashi mendongak dan juga membuat Gava meneganggakkan tubuhnya serta harus melepaskan pelukannya tadi.
"Ah, bukan Bu, saya Gava," Gava berjalan mengitari kursi taman dan menjabat tangan bu Ratih dengan sopannya.
Kashi dapat melihat ekspresi terkejut dari wajah Bu Ratih yang kini menatap Gava seksama.
"Oh kamu Gava toh? Ya ampun, ternyata bener ya kata orang-orang, kalo muka Nak Gava sama mukanya Nak Gavin itu nggak ada bedanya. Ibu baru liat kamu lho," kata bu Ratih dengan senyuman ramah miliknya.
KAMU SEDANG MEMBACA
SIBLING'S
Ficción General[ON GOING] (Intinya random, random, dan random. Terima kasih^-^) ••• Hanya segelintir kisah tentang Ciara dan keenam abangnya. Kisah sehari-hari yang gadis itu lalui dengan keenam lelaki dengan kepribadian berbeda-beda. Lelah itu pasti, tapi Ciara...