73. Permohonan Maaf Diterima

1.3K 162 16
                                    

Mulutnya Bang Andi nyakitin banget
-Jonathan

* * *

"Mau ngomong apa lagi lo? Gue muak sama pertemanan yang begini."

Kashi kehilangan pertahanannya. Runtuh. Kekuatannya hampir runtuh. Sekali lagi, Ciara, tolong katakan itu sekali lagi agar Kashi hancur lebur sepenuhnya. Agar Kashi bisa menyiapkan dirinya untuk kehancurannya yang sudah di depan mata.

Kashi, gadis yang kini terjatuh ke lantai dengan air mata yang membasahi semua permukaan wajahnya, tidak lagi sanggup mengangkat kepala bahkan sekedar menatap Ciara. Dia tidak berani, lebih tepatnya... tidak sanggup dihancurkan lebih jauh lagi. Apa benar-benar berakhir? Apa hanya sejauh ini? Pertemanan mereka yang akan menginjak usia kelima belas akan kandas di sini? Semudah itu Ciara berkata muak? Semudah itu Ciara memutuskan tali pengikat mereka selama bertahun-tahun lamanya? Apa pertemanan mereka ini benar-benar tidak ada artinya lagi bagi gadis ini? Apa benar tidak ada maaf baginya?

Setidaknya... argh!

Kashi datang ke sini untuk meminta maaf, untuk memohon ampunan, lalu Ciara tidak memberinya maaf? Sejahat itu? Keterlaluan! Ciara bukan Tuhan yang berhak menghakiminya seperti ini! Dia bukan Tuhan yang berhak memutus apa pun seenaknya.

"Tunggu apa lagi?" Jonathan ikut membumbui suasana agar lebih pedas. "Lupa jalan pulang? Perlu kita antar apa gimana---"

"Keterlaluan!" Ini bukan saatnya menunjukkan kelemahan. Kashi, bangkit, jika maafmu disepelekan, kamu hanya perlu bangkit. Bukan mengemis seperti ini.

"Apanya yang keterlaluan? Kelakuan lo?" sahut Jonathan lagi dari arah belakang Kashi. Kashi tidak peduli dengan cowok itu sekarang.

"Gue ke sini bawa niat baik, gue ke sini cuma mau minta maaf! Gue ke sini mau benerin pertemanan kita, tapi---"

"Tapi apa?"

"Diam!" Kashi berbalik cepat menyerang Jonathan. "Diam! Gue nggak butuh pendapat lo!"

"Oh, ya? Ciara juga nggak butuh air mata lo."

"Jonathan!"

"Sekarang lo berani ngebentak gue? Hebat banget, ya, lo?"

"Gue nggak butuh saran lo! Gue minta lo pergi!" amuk Kashi tanpa sadar. Tanpa sadar mengusir Jonathan dengan nada yang biasa dia gunakan saat kesal dengan Jonathan.

Jonathan melotot. "Setdah, rumah rumah bokap gue napa gue yang pergi? Elo lah yang pergi sana," balas Jonathan ketus, ngeyel.

"Jonathan! Gue mau bicara sama Ciara!"

"Lo mau ngomong ama adek gue? Sok lah, ukhty, gue nggak ngelarang lo kali."

Kashi mengernyit. Kenapa nada bicara Jonathan terdengar sedang bercanda? Apa di mata cowok itu pemintaan maafnya ini hanya lelucon? Drama picisan? Sialan!

"Gue mau bicara berdua! Empat mata!" Habis sudah kesabaran Kashi. Jonathan bajingan ini benar-benar mempermainkannya.

"Ya kagak boleh lah, sinting! Terakhir lo ngomong berdua ama adek gue, doi pulang nangis ke sini ama Bang Gava. Dan gue nggak mau itu terulang lagi. Seharusnya lo ngerti, dong. Jadi pemintaan ngomong empat mata ditolak."

"Gue mau bicara empat mata sama Ciara, Bajingan!"

Jonathan menggeleng tengil. "Permohonan ditolak."

"Gue nggak lagi mohon! Gue maksa lo keluar!"

"Oh, no, no." Jonathan memejamkan matanya, bersikap di dada, dan mengangkat dagunya sombong. Benar-benar tengil. Menyebalkan! "Lo mohon-mohon aja gue nggak ijin, yang maksa apalagi. Big no!"

SIBLING'STempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang