05. Double Euphoria

6.2K 353 8
                                    

Nanti kalo perut Ciara meledak, trus usus-usus Ciara luber kemana-mana, emang abang mau ngelipat trus masukin ke perut Ciara lagi?
-Ciara

...

"BANG,"

Ciara menepuk bahu Raffano yang tengah duduk di kasur sembari mengetik sesuatu di laptop milik pemuda itu.

Mendengar sapaan dari adiknya, Raffano hanya melirik Ciara sekilas lalu kembali melanjutkan aktivitasnya. Terlihat sangat fokus sehingga kedatangan Ciara tidak terlalu di respon secara berlebihan seperti biasanya. Sekarang wajah pemuda itu sudah terlihat sangat lusuh, sepertinya dia mengurangi waktu istirahatnya untuk mengerjakan tugas lagi.

"Abang," ujar Ciara lagi sembari menggoyang bahu abangnya pelan.

Ciara tidak membuat kerusuhan tapi tetap saja mengganggu pekerjaan Raffano. Ciara itu memang akan sangat menyebalkan jika sedang kesal. Dan jika Raffano terus mengabaikan kedatangan Ciara ini, maka besar kemungkinan bahwa gadis ini akan kesal. Dan akan membuat seisi rumah kerepotan.

"Apaan?" tanya pemuda itu pelan lalu menutup laptopnya.

"Kenapa ditutup? Gue nggak nyuruh lo berenti nugas, lho, padahal," ucap Ciara dibarengi senyuman kecilnya. Senyuman manis miliknya.

Setelah menghela nafas sekejap, Raffano kembali menatap Ciara serius. Ingin sekali rasanya memukul kepala adiknya ini, tapi entah kenapa, ia tidak punya niatan untuk melakukan itu. Terlalu malas. Ia paham jika adiknya ini terabaikan maka akan membuat keributan. Dan disaat Raffano menghindari keributan yang akan terjadi, Ciara malah mengatakan kalimatnya seolah Raffano yang terlalu inosen. Sialan kan?

"Lo mau ngapain?" tanya Raffano sembari melirik kembali kearah laptopnya yang sudah tertutup.

"Mau ngajak lo main,"

"Main petak umpet?" sarkas Raffano.

"Main kuda lumping," ujar Ciara kesal, "ya jalan gitu lho, keluar. Makan atau ngapain gitu."

Raffano mendengus. "Nggak minat,"

"Gue nggak nanya pendapat lo tuh." Ciara mencibir datar, "gue ngajak lo. Dan lo harus mau,"

"Maksa?"

"Iya." Ciara mengangguk tegas lalu tersenyum.

"Masih banyak orang di luar. Ada Bang Andi, ada Jo, ada Bang Gavin juga di kamarnya," ujar Raffano memberi penolakan halus.

Ciara mengangguk pelan. "Iya, mereka emang ada, tapi sibuk semua."

"Lo nggak liat gue juga sibuk?"

"Enggak." Ciara menggeleng yakin, "gue cuma liat lo lagi pacaran sama laptop, nggak sibuk sama sekali kayaknya," ujarnya melanjutkan.

Raffano buru-buru memijat batang hidungnya. Ia merasa pusing seketika. Tidak sibuk, katanya? Ciara tidak bisa melihat bahwa ia sedang pusing menuntaskan tugas yang harus di selesaikan dua hari lagi? Ah, Ciara memang tidak pernah mau tahu akan kesulitan oranglain, ia akan selalu memikirkan urusannya saja.

"Lo ajak Jo aja sana," usirnya pelan dan sedikit mendorong bahu adiknya itu.

Ciara menepis tangan abangnya lalu menatap tajam. "Bang Jo mau jalan sama pacar barunya. Bang Andi juga lagi tidur, ga bisa gue bangunin. Bang Gavin juga lagi nge-game. Pokoknya mereka semua sibuk deh, gabisa diganggu." Ciara mengutarakan laporannya.

Bolehkah Raffano membentak Ciara lalu mengusirnya secara kasar? Gavin main game dan katanya sedang sibuk? Sibuk apanya? Lebih sibuk mana dibandingkan dengan dirinya yang sedang memutar otak hanya demi tugas yang harus selesai tepat pada waktu yang sudah di berikan?

SIBLING'STempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang