53. Drama Kehamilan

2.2K 201 168
                                    

Udah tua lo sekarang.
Tapi masih aja suka ngerjain gue.
Anjing lo emang.
-Gava

...

Pukul 06.00

Ciara membuka mata perlahan-lahan guna menetralisir cahaya yang masuk. Namun, baru saja tangannya hendak meregangkan otot-otot, badannya terasa berat. Melirik pelan ke samping, Ciara mendapati Jonathan sedang memeluknya.

Bentar deh, tadi malem gue tidur sama si Nathan?

Ah, bodo, ah.

Tidak terlalu pusing dengan keberadaan Jonathan yang memeluknya, Ciara lebih tertarik untuk menepuk lengan abangnya dan menyuruh bangun.

"Nat, bangun, Nat."

Jonathan melenguh pelan. Merasa terganggu dengan tepukan keras di lengannya, cowok itu berbalik membelakangi Ciara dan kembali tidur.

"Bang, bangun. Mandi sana." Ini tuh usiran halus sebenernya.

"Males, Dek."

"Serah dah." Ciara bangun dan merapikan selimut pada tubuh Jonathan. Gadis itu berlalu ke kamar mandi untuk mandi.

Eh, bukan cuma mau mandi, sih. Mau buang air juga. Ehe.

***

Seperti pagi-pagi biasanya (kecuali hari Minggu) setelah selesai mandi, Ciara akan ke kamar Jonathan. Nggak ngapa-ngapain, sih. Paling cuma bangunin abang kembaran palsunya sekalian manja-manjaan.

Udah, gitu aja.

Tapi, karena pagi ini Jonathan ada di kamarnya, Ciara jadi tidak perlu masuk ke kamar abangnya yang satu itu. Dia berlalu ke kamar yang berada di depan kamarnya. Andi. Tanpa mengetuk pintu terlebih dulu, gadis yang kini sudah wangi sabun karena baru saja selesai mandi itu masuk begitu saja.

Berbeda dengan Jonathan yang pagi-pagi harus dibangunkan, Andi malah sebaliknya. Abangnya ini justru paling mandiri dan paling bisa menjaga diri agar tetap sehat--dari abang-abangnya yang lain. Rama saja kalah. Rama memang mandiri, tapi dia suka lupa jaga kesehatan kalau sudah berkerja. Untung saja sudah ada Lisa.

"Abang ..."

Andi menoleh pada adiknya. Mengecup lembut pucuk kepala si bungsu. Wangi sampo milik adiknya itu langsung menyeruak ke rongga hidung dan meninggalkan sensasi menenangkan, Andi jadi bertanya. "Udah mandi? Kok tumben?"

"Nggak tau." Ciara mengangkat bahunya. "Pengen aja tadi mandi cepet, hehe ..." balas Ciara cengengesan.

Andi mengangguk paham. "Jonathan udah bangun?"

"Belum. Dia di kamar Ciara tuh, masih bobo ganteng." Andi hanya mengamati wajah cantik adiknya. "Abang udah gimana? Udah total?"

"Udah. Udah bisa gendong kamu juga, nih." goda si sipit itu sembari merentangkan kedua tangannya seolah sedang olahraga.

"Kepalanya gimana?" Berlalu ke belakang Andi, Ciara menyingkap rambut yang menutupi luka yang ada di kepala abangnya itu. "Udah kering juga, nih, Bang. Mau aku obati?"

Andi menggeleng. "Nggak usah, biarin aja."

Ciara lalu mengangguk.

"Turun, yuk. Laper, nih." ajak Andi. Ciara mengangguk dan ikut turun dengan abangnya itu.

Setiba di bawah, keduanya berpisah. Andi menuju kolam berenang bergabung dengan si kembar, sedangkan Ciara ke dapur menyusul Lisa.

Et, et, bentar. Gava sama Gavin duduk bareng di kolam? Lah? Kok tumben akur tuh dua kunyuk?

SIBLING'STempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang