Gue harap Kashi nggak tersinggung, Bang.
-Ciara...
"Si Nathan udah ada di depan. Balik, yuk."
Begitu ajakan Ciara terucap. Namun, alih-alih menerima ajakan sang teman, Kashi lebih memilih pulang sendirian dengan alasan dijemput Kanna.
Sebenarnya Ciara ingin melayangkan bentuk protesnya, tapi dia tidak mau memaksa Kashi.
Maka berakhirlah Ciara dan Jonathan yang pulang tanpa Kashi.
"Gue ada info terbaru, nih, Ra." Tanpa melepas setir, Jonathan meraih ponselnya yang ada di dashboard, membuka salah satu aplikasi chat, dan memberikannya pada sang adik ketika dia menemukan apa yang akan ditunjukkannya. "Sejauh yang Dodi selidiki, katanya, sih, Kashi punya hubungan serius sama cowok yang katanya calon guru baru itu."
"Eh? Lo tahu soal guru baru itu, Bang?" Ciara yang baru membaca chat tak urung menatap Jonathan terkejut. Pertanyaannya, "tau dari mana lo?"
"Dodi," sahut Jonathan sekenanya. "Eh, bukan. Keknya yang nge-stalk cowok misterius itu si Faldo, deh. Iya, iya, Faldo, tapi gue taunya dari Dodi."
Tak lagi menyahuti, Ciara lanjut membaca isi percakapan abangnya dan temannya, Dodi. Yang mana terdapat gambar-gambar yang diambil secara diam-diam oleh Dodi dan dikirimkan pada Jonathan. Membuka gambar itu, Ciara semakin dibuat bingung kala melihat sosok Kashi dan si lelaki misterius itu tengah berada di halaman rumah Kashi.
Lihat? Bahkan Kashi sudah membawa laki-laki itu ke rumah. Bukankah itu pertanda bahwa hubungan mereka sudah sejauh itu?
Seolah paham dengan kerutan di dahi sang adik, laki-laki itu lantas berujar. "Namanya Kino, umm ... lupa, deh, nama aslinya siapa. Dia punya saham di perusahaan Papa Fram, dia lulusan universitas di Wuhan, Bokapnya si Kino ini dulunya anggota DPR, dan sejauh yang kita selidiki, sih, cowok ini nggak punya minus. Ya ... beda banget sama Bang Gava."
"Heh!" Tepukan keras melayang tepat pada bahu, membuat Jonathan melemparkan tawa jahilnya. "Suka sembarangan banget kalo ngomong."
"Bercanda, Dek." Jonathan mengingat-ingat lagi, "oh, ya, kalo si Kino ini punya saham di perusahaan Papa Fram, gua kok tiba-tiba mikir kalo dia kenal sama Ayah, ya? Menurut lo, gimana?"
"Keknya enggak, deh. Bukannya yang megang saham di sana Bang Rama? Harusnya Bang Rama yang kenal dia, bukan Ayah."
Tercetusnya asumsi itu, membuat kedua bungsu Rajendra saling tatap dengan serius sebelum Jonathan memutar setir menuju rumah. Makan siang terpaksa ditunda.
"Dek, bilangin Dodi sama yang lain ke rumah sekarang."
***
Sampai di rumah, Ciara dikejutkan dengan keberadaan Kanna.
Baik, Ciara ingatkan, Kanna adalah satu dari sekian banyak orang yang enggan masuk ke kediaman Rajendra, maka melihat sosok itu di sini tentu membuat Ciara agak terkejut.
Gadis itu selalu cantik dari segala sisi, anggun, dan sangat santun saat bertamu ke rumah ini.
"Kak Kanna?" Ciara mendekat, duduk di sebelah Kanna dan sejenak celingukan menatap sekitar. "Sama siapa, Kak?"
"Oh, sama Kashi." Kanna membalas dengan begitu sopannya. "Kalian baru pulang?" Dilihatnya Jonathan yang kini duduk di sebelah Ciara sembari mengacak rambutnya sembarangan.
"Ah, iya, itu ... tadi nemenin si Nathan keliling dulu, Kak." Kebohongan bukanlah hal yang baik, sejujurnya. Akan tetapi, Ciara merasa perlu melakukan ini. "Terus ... si Kashi ke mana, Kak?"
"Oh, itu, lagi ke kamar Kak Lisa. Tadi pas pulang dari sekolah, Kashi bawa oleh-oleh gitu buat Sam, jadi minta ditemenin ke sini." Kanna menyeruput minumannya kala melihat Ciara mengangguk.
"Tumben minta ditemenin, " celetuk Jonathan dari sebelah Ciara, cowok itu memasang wajah sok bingungnya.
"Ya?"
"Kashi tumben minta ditemenin ke sini. Biasanya juga ke sini sendirian, nggak diundang, nggak bawa apa-apa, ke sini aja tanpa alasan," lanjut Jonathan.
"Ah, iya ..."
"Kakak ngerasa aneh nggak, sih, Kak? Sama Kashi?"
"Eum ... aneh gimana?" Cara netra cokelat Jonathan menatapnya membuat Kanna sedikit terusik. Jelas sekali Jonathan sedang mencoba mengutarakan sesuatu yang agaknya bersifat sentimen. "Sejauh yang Kakak liat, sih, nggak ada yang aneh." Gelengan pelan jadi pelengkap ulasannya.
"Jadi, Kakak nggak tahu soal pacar barunya Kashi itu?"
Kanna balas menatap Ciara bingung. "Pacar baru?"
"Ah, anu--"
Belum selesai Ciara meneruskan kalimatnya, tiba-tiba Kashi keluar dari kamar Lisa dan bergabung dengan mereka. "Eh, Ra. Baru balik?" tanyanya santai.
Ciara berdeham agak keras guna menepis rasa gugupnya. Agaknya dia merasa sedikit gugup saat tiba-tiba Kashi muncul. "I-iya. Baru banget."
"Oh, gitu." Kashi menjeda sejenak, tampak mengingat sesuatu sebentar sebelum akhirnya kembali berujar, "oh, ya, Ra. Nongkrong, yuk? Gue direkomendasiin temen, nih, tempat nongki yang enak. Katanya, sih, tempatnya nyaman gitu, nggak terlalu rame juga, jadi keknya bakalan oke. Dessert-nya juga enak. Yuk?"
Ah, Ciara sedikit terusik dengan ajakan sahabatnya ini. Perlahan Ciara melirik Jonathan, seolah meminta pendapat yang tepat tentang haruskah dirinya ikut atau tidak. Agaknya dia tidak ingin ikut, dengan semua kecamuk dalam dadanya, berdekatan dengan Kashi rasanya tidak senyaman dulu. Apalagi harus berdua begitu. Namun, jika ingin menolak, dia bahkan tidak punya alasan yang tepat tanpa menyakiti hati sahabatnya.
Ditatapi begitu tentunya membuat Jonathan mengusap pucuk kepala adiknya. Laki-laki itu berdeham kecil meminta atensi. "Keknya lain kali aja, deh, Shi. Soalnya sore ini kita ada janji ke rumah Ezra. Ya, maklumlah, kakaknya Ezra pengen kenal sama Ciara katanya."
Kashi membuang napas. Ezra lagi.
"Sorry, ya, Shi. Gue nggak enak buat nolak lagi, soalnya dari bulan lalu gue udah nolak. Kasian mereka, gue juga nggak enak sama Ezra." Ciara menimpali sedemikian rupa. Sejujurnya dia tidak sepenuhnya berbohong. Kakak Ezra memang ingin bertemu dengannya, tapi dia selalu saja menolak, dan sejujurnya hari ini dia tidak akan ke rumah Ezra karena Ezra-lah yang akan datang.
"Oh, oke. Nggak apa, kok. Kita bisa hang-out lain kali."
"Yaudah, deh, kalo gitu kita pamit, ya, Jo, Ra." Kanna membenarkan tali tas kecilnya, lalu menatap Kashi sekilas. "Kakak ada janji, nih, sama temen Kakak."
"Nggak sekarang dulu, ya, Shi. Nanti-nanti, deh, gue luangin waktu," ucap Ciara memantapkan. Berharap Kashi tidak tersinggung.
Kashi hanya mengangguk kecil dan tersenyum. "Kita pulang dulu, ya."
Sepeninggalan Kashi, Ciara melepaskan napasnya kasar. Rasa tak nyaman mulai menyambangi hatinya. "Gue harap Kashi nggak tersinggung, Bang."
"Semoga aja," balas Jonathan paten. "Udah lah santai aja, siap-siap, gih. Pacar lo bentar lagi nyampe."
Ciara mendelik cepat. Menarik telinga abangnya kesal sebelum akhirnya berteriak. "EZRA BUKAN PACAR GUE!"
***
HAAAYYYY!
AHAY!AKHIRNYA AKU UPDATE!
/lompat-lompat gembiraSENENG BANGET BISA LANJUT NULIS :((
BISA UPDATE DAN SIAP BACAIN KOMEN KALIAN HUWAAAAA
EXITED BANGET AKUTUH.OKE, MALES BANYAK OMONG.
SEE U, GUYS!Christina♡
KAMU SEDANG MEMBACA
SIBLING'S
General Fiction[ON GOING] (Intinya random, random, dan random. Terima kasih^-^) ••• Hanya segelintir kisah tentang Ciara dan keenam abangnya. Kisah sehari-hari yang gadis itu lalui dengan keenam lelaki dengan kepribadian berbeda-beda. Lelah itu pasti, tapi Ciara...