35. Ciara dan Andi

3K 215 5
                                        

Bahagiain kamu aja belum beres udah mau deketin cewek lain aja.
-Andi

***

"BANG ANDI...?"

Ciara masuk ke kamar Andi tanpa mengetuk atau semacamnya. Langsung nyelonong masuk saja. Untung Andi adalah laki-laki normal nan sopan, tidak seperti Jonathan dan Gava yang perlu di pertanyakan keperjakaannya. Haha!

"Ketuk dulu, Ra," tegur Andi tidak pernah bosan. Ia tahu gadis berbaju tidur itu tak akan pernah mau mengetuk pintu kamarnya dalam keadaan apa pun, "dibiasain deh ketuk pintu sebelum masuk kamar abang-abang. Apalagi kamarnya bang Rama," kata Andi mencicit pada kalimat terakhir.

Antara tak mau mendokrin pikiran adiknya dengan hal-hal kotor; dan memperingati suatu hal penting.

"Emang kenapa, sih? Biasanya juga langsung masuk aja, ribet kalo ngetuk dulu." Ciara tampak tidak mau tahu, ia duduk di karpet beludru abangnya dan berbaring di sana, "lagian kalo ke kamar bang Rama, Ciara emang selalu ketuk kok. Kan sekarang kamar itu bukan punya bang Rama aja, ada kak Lisa juga."

Andi tersenyum kecil tanpa berniat mempelihatkan pada adiknya. "Jangan tiduran di situ, Ra, belum Abang bersihin tadi. Banyak kuman."

"Iya-iya," Ciara naik ke atas kasur, duduk di sana dan memainkan ponsel Andi. "Jadi kalo masuk ke sini, Ciara juga harus ketuk nih? Nggak asik ah!"

"Yee, dibilangin juga. Terserah kamu aja deh, mau ketuk atau enggak, kalo Abang sih nggak apa-apa. Tapi sama yang lain jangan gitu, ya?" Andi mengusap kepala Ciara dengan tatapan lembutnya.

Ciara mengangguk. "Nanti aku tanyain mereka satu-satu deh!"

"Dasar!" Andi menarik pelan telinga adiknya agar mau melepaskan pandangannya dari ponselnya, "oh ya, kamu baru bangun, kan? Kenapa udah ke sini aja? Biasanya ngabsen ke kamar Jonathan dulu, kan?"

"Udah tadi, Ciara ke sini karna bang Jo dipanggil bang Gava, katanya mereka mau jalan-jalan gitu. Jadinya aku ke sini deh," kata Ciara pelan. "Abang sibuk, ngga? Keluar yuk,"

"Ke mana?"

"Terserah, Abang yang mimpin jalan,"

Andi diam sejenak. Menimbang-nimbang sebentar lalu mengangguk. "Mandi lima belas menit, abang tunggu di meja makan."

"Oke, Boss!"

***

"Kashi pergi sama bang Gava?"

Ciara mengangguk. "Iya, lagi anget-angetnya mereka tuh, biarin aja dulu. Ya ... meskipun kesel juga sih karna jarang ada waktu sama Kashi. Tapi nggak papa kok, Ciara maklumi," kata Ciara menerangkan.

"Beneran udah dewasa ya sekarang," kekeh Andi.

"Iya dong, masa umur nambah tapi mindset masih gitu-gitu aja."

"Bawelnya dikurang-kurangin boleh juga kan?" goda Andi.

Ciara tertawa. "Bawel itu sifat!"

Jadilah Andi dan Ciara tertawa bersamaan.

"Bang,"

"Hm,"

"Abang kenapa sih nggak pernah kepo tentang Ciara? Tentang... temen cowok misalnya?" tanya Ciara tiba-tiba memasang tampang serius.

Andi tidak banyak menanggapi, hanya menatap adiknya sekilas lalu kembali fokus pada jalanan. "Buat apa memangnya? Itu urusan kamu, baik-buruknya suatu hal pasti udah bisa kamu prediksi dengan baik. Jadi abang nggak mau mengurusi sesuatu yang bukan urusan abang, ribet!"

SIBLING'STempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang