65. Kafe Bareng Trio

1.1K 143 25
                                    

Lagian tipenya Dodi 'kan yang cabe, bukan Ciara
-Faldo

...

"Yahh, kok hujan, sih?"

Evan yang baru sampai di rumah untuk menjemput makalah miliknya dan Andi, namun tiba-tiba terjebak hujan yang datang tiba-tiba; kini berdecak sebal.

"Mana gue bawa motor lagi," gerutunya lagi. "Lo ada payung, Ra?"

"Gue kasihin payung juga nggak ada gunanya, Bang Empang. Orang lo bawa motor. Payung gue auto rusak, dong, kalo gue pinjemin ke lo."

Evan mendesah kesal. Merasa benar dengan argumen gadis itu. Membawa payung saat naik motor sama saja hujan-hujanan. Gas pol payung rusak, gas slow malah telat. Gunanya apa, dong? Ck, salahnya juga tidak meminjam mobil Andi padahal sudah tahu cuaca sedang tidak baik. Prediksi cuaca hari ini 78% akan hujan, tapi dasar Evan yang terlalu buru-buru dari kampus, jadilah dia tidak memperhatikan lagi kemungkinan terburuk.

Lagipula, dia buru-buru, jadi mengendarai mobil pun sama saja akan terlambat. Di Jakarta, jam berapa sih jalanan lenggang? Tengah malam aja padet.

"Ya elah, mana nih tugas harus udah nyampe tiga puluh menit lagi." sungut Evan sembari berkali-kali mengusap pahanya. "Duh, nggak pa-pa, deh, telat. Pinjem payung aja, sini."

Ciara yang tiba-tiba mendapat ide seketika mendekati Ezra yang tengah duduk menatapnya.

"Kenapa," tanyanya sedikit ketus saat Ciara berdiri di depannya.

"Zra, sejam lagi gue mau keluar, gue ada janji ketemuan sama Kashi. Lo mau anterin gue, nggak?" Mungkin ini akan menjadi satu-satunya jalan agar Evan bisa mengantarkan tugas tepat waktu.

"Di mana?"

"Tongkrongan biasa. Kalo lo mau, kita tebengin Bang Evan juga, ya? Dia bawa tugas Bang Andi, kasian kalo kebasahan."

Ezra merotasi bola mata. Dugaannya benar. Ciara akan memanfaatkannya untuk menyelamatkan cowok asing itu. Sekelebat asumsi-asumsi mulai menghampirinya. Cowok itu siapa? Mereka ada hubungan apa? Kedatangan cowok itu sepertinya dinanti-nanti oleh gadisnya. Bahkan Ciara sempat memeluk cowok itu saat cowok bernama Evan itu datang.

Astaga, begini rasanya cemburu?

Sejujurnya Ezra sangat ingin menolak. Dia membawa mobil bukan untuk dijadikan taksi gratis oleh cowok asing itu, dia sengaja membawa mobil agar gadis kesayangannya merasa nyaman. Ck!

"Boleh," Tapi Ezra tetap setuju. "Dengan syarat, aku ikut ketemu Kashi."

***

Mereka memasuki kafe dengan tungkai yang berlari kecil menghidari rintik hujan yang masih tersisa. Keduanya menatap sekeliling, mencoba mencari keberadaan Kashi yang katanya sudah menunggu sejak lima menit yang lalu. Well, they was late. Ezra yang entah sejak kapan mengeluarkan sapu tangan mengarahkan tangannya pada kepala gadisnya dan mengusap pelan di sana, mengelap rambut Ciara yang sedikit basah karena gerimis di luar.

Salahkan jarak parkiran yang terlalu jauh dari pintu kafe.

Lalu, sembari masuk perlahan, keduanya menyapu pandang sejenak dan menemukan Kashi yang duduk sendiri di pojok sembari mengaduk makanannya. Mereka mendekat dan ternyata Kashi tidak juga menyadari kedatangan mereka. Lalu, setelah mereka menarik kursi dan duduk di hadapan gadis itu, barulah Kashi mendongak dan terkejut saat mendapati kehadiran Ezra di depannya.

Kashi menghela sedikit kecewa, entah Ciara yang membawa Ezra atau Ezra yang terlalu posesif hingga memaksa ikut dengan Ciara, Kashi tidak terlalu peduli. Tapi yang jelas, dia tidak suka ada Ezra di sini. Merusak momen saja.

SIBLING'STempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang