Gue mungkin bisa jagain lo dari orang-orang yang mau jahat sama lo, Dek. Tapi gue nggak bisa apa-apa kalo lawan gue adalah lo sendiri,
-Jonathan...
BUKAN hidup Ciara selalu bahagia hanya karena selama ini yang terlihat adalah bagaimana ketujuh bersaudara itu berinteraksi. Bukan pula Ciara tidak pernah menangis karena amarah yang membeludak. Itu semua tentu pernah terjadi.
Hanya saja, Ciara berbeda. Dia lebih beruntung dari yang orang lain pikirkan.
Jika awam mengira Ciara disayang dan dimanjakan semua Abangnya, itu benar. Namun, tidak sepenuhnya benar. Well, Ciara pernah dimarahi, pernah ditegur keras, juga pernah disudutkan hanya karena perkara sepele. Tapi, bukan berarti gadis itu dibenci semua Abangnya.
Tidak.
Akan selalu ada Andi sebagai penengah dan melerai setiap pertikaian yang ada.
Itulah sebabnya kenapa Jonathan berani berkata bahwa Andi adalah Abang kesayangan Ciara, tanpa dia sadari bahwa Ciara juga begitu menyayanginya.
Semata-mata Ciara dan Andi terbilang seperti ratu dan pengawal, Jonathan jadi lupa tentang siapa saudara yang begitu mempedulikan anggota keluarga di saat salah satu diantara mereka dalam masalah.
"Ciara makan lagi karna Bang Ano bilang dia belum makan dari siang. Cuma sarapan doang. Coba kalian bayangin, gimana kalo Bang Ano sakit?"
Ingat kejadian itu? Saat di mana Raffano ditekan tugasnya yang menumpuk hingga urusan perut ia telantarkan. Ciara datang dan membuat drama picisan hanya agar sang Abang ikut serta mengisi perut. Mengabaikan perutnya yang hampir meledak hingga berakhir dengan usapan halus dari Andi.
Lalu, selanjutnya, saat Rama pulang ke rumah dengan segumpal tipu daya. Mengakui Lisa sebagai calon isterinya padahal hanya settings. Saat itu Ciara marah, lebih tepatnya kecewa. Abang sulungnya terlalu termakan tatrum dari sang Ayah hingga lupa akan siapa dirinya dan bagaimana cara menuruti keinginan hatinya. Berakhir dengan pernikahan berdasarkan mau sama mau atau bisa disebut hubungan dua arah, saling membutuhkan, maka mereka saling bekerja sama. Bukan atas dasar cinta. Miris. Lalu saat itu, Andi juga yang menjadi titik akhir yang mana Ciara jadikan tempat menghela napas.
Juga tentang Gava dan Kashi. Ciara terbilang ambil peran penting dalam hubungan keduanya. Tanpa diperjelas lagi, siapa pun pasti tahu seperti apa Ciara berlakon bagi keduanya.
Maka, saat ini, detik ini, dia masih Ciara yang sama.
Ciara yang mengabaikan Kashi dan memprioritaskan Jonathan di atas hal lain.
"Minum, Bang." Menyerahkan tiga butir pil juga segelas air putih, Ciara menuntun kepala Abangnya untuk tegak sebentar lalu kembali dibaringkan dengan penuh kelembutan.
"Udah, sana lo main sama si Kashi. Dia udah nungguin dari tadi," ujar Jonathan lemah. Benar-benar lemah.
Suara beratnya terdengar semakin rendah hingga mengiris hati si bungsu dengan perlahan. Matanya sayu juga lemah. Bibir pucat serta beberap bintik keringat di lubang pori-pori. Ciara mendesah pelan dan menggelengkan kepala.
"Biarin aja. Gue mau di sini,"
"Emang mau ke mana?"
"Nggak ke mana-mana, cuma mau main ke rumah tetangga yang baru pindahan. Niatnya mau silaturahmi sekalian perkenalan sama anaknya, katanya ada yang masih kelas 3 kayak kita. Ya, kali aja dia mau masuk di sekolah kita,"
"Terus?"
"Trus ada anak cowoknya juga, katanya dua tahun di atas kita. Ehm ... seumuran Bang Ano lah,"
KAMU SEDANG MEMBACA
SIBLING'S
General Fiction[ON GOING] (Intinya random, random, dan random. Terima kasih^-^) ••• Hanya segelintir kisah tentang Ciara dan keenam abangnya. Kisah sehari-hari yang gadis itu lalui dengan keenam lelaki dengan kepribadian berbeda-beda. Lelah itu pasti, tapi Ciara...