57. Tamu (tak) Diundang

2.1K 194 26
                                    

Salah satu dari mereka ada yang merasa terusik dengan kehadiran kamu.
-Andi

...

Perasaan aneh tentu tidak bisa dia hilangkan begitu saja. Itu sulit.

Kalian pernah merasakan apa yang saat ini dirasakan Ciara?

Tidak harus sama persis.

Tapi, pernahkah kalian memimpikan seseorang yang selalu ada di dekatmu dipaksa pergi dan meninggalkanmu? Ayah? Ibu? Saudara? Sahabat? Atau barangkali teman yang sudah kamu anggap teman dekat lalu dia dipaksa 'harus' meninggalkanmu?

Pernah?

Rasanya memang seaneh ini.

Entah kenapa, ketika melihat Ezra, Ciara mulai merasa takut. Takut jika apa pun yang dia lakukan malah membuat Ezra kesal padanya dan berakhir meninggalkannya. Meski berat, tapi kali ini Ciara ingin mencoba jujur, presensi Ezra benar-benar berpengaruh baik untuknya.

Saat bersama cowok itu, Ciara merasa sebagai Ciara, seorang gadis tidak sempurna namun merasa benar-benar sempurna. Berbeda dengan kala gadis itu bersama keenam Abangnya. Bersama mereka, Ciara selalu merasa seperti gadis paling beruntung di dunia, dia merasa seperti ratu yang diagungkan tanpa pernah menyalahkan secuil apa pun kesalahannya. Sedangkan Ezra, Ciara selalu merasa seperti gadis tidak sempurna namun merasa benar-benar sempurna. Paham maksudnya?

Saat bersama seseorang yang kau anggap spesial, kau akan terus merasa kurang baik saat di hadapannya, lalu kau akan terus mencoba untuk tampil sempurna.

Menyusul ke kamar Jonathan seperti yang diusulkan Ezra tadi, kini membawa Ciara berdiri di depan pintu kamar yang terbuka. Menatap ke dalam, Ciara tidak menemukan siapa pun. Jika biasanya Ciara akan bersikap seenaknya dan memanggil Ezra seperti Ibu memanggil anaknya, maka sekarang Ciara memilih berbalik dan membuka pintu kamar Raffano yang berada di depan kamar Jonathan.

Tanpa menutup pintu, Ciara melemparkan tubuhnya ke atas kasur dengan hembusan napas kuat hingga mengusik pendengaran Raffano yang masih membaca buku-bukunya.

"Kenapa tuh napasnya?"

Tidak langsung menjawab, Ciara melirik abangnya intens dan kemudian tersenyum samar. Dia lalu menggeleng.

"Bilang aja buru, jangan buat gue kepo."

Gimana mau cerita?

"Nggak terlalu penting juga buat diceritain, Bang."

Raffano menerbitkan senyuman jailnya. "Yakin?" Cowok itu melepaskan kaca matanya dan mendekati Ciara lalu disambut si bungsu dengan pelukan. "Kok roman-romannya ada yang nggak beres gini, ya?"

"Apaan dah, sotoy banget." balas Ciara lirih.

Raffano semakin penasaran. "Kenapa sih, Dek?"

Membungkam mulut mungkin menjadi satu-satunya cara agar Ciara tidak perlu membagikan mimpinya pada Abang pintarnya ini. Raffano selalu bersikap over padanya. Bahkan tentang Ezra.

Jika Andi adalah abang yang paling setuju dengan Ezra yang kini sedang mencoba mendekati Ciara, maka ... Raffano adalah abang yang tidak terlalu suka jika sang adik mulai dekat dengan laki-laki lain.

Menurutnya, Ezra belum tentu bisa memperlakukan Ciara sebaik mereka memperlakukan si bungsu. Raffano hanya tidak ingin melihat adiknya terluka. Tentunya Ciara tau hal itu dengan sangat. Maka dari itu, Ciara enggan bercerita dengan Raffano.

"Bang,"

"Hm,"

"Abang dicariin si Nathan 'tuh."

SIBLING'STempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang