06. Terungkap

5.6K 329 1
                                    


Silahkan, interogasi aja sampe lo berubah jadi netijen yang kerjaannya protes di lapak orang!
-Ciara

...

KEMBALI seperti pagi-pagi yang sebelumnya. Meja makan akan di jadikan tempat untuk mengeratkan hubungan antarsaudara itu.

Akan ada Rama yang selalu menatap semua adiknya dalam diam, dan diam-diam selalu mengucap syukur karena ke-enam adiknya selalu berada dalam pandangannya. Tidak ada yang bersikap egois hanya karena perhatian yang lebih pada si bungsu. Diam-diam Rama merasa bangga pada ketiga bungsu. Raffano, Jonathan, dan Ciara.

Ketiganya ini memang jarang terlihat akur, namun ketiganya tidak pernah saling menyakiti. Jika di tinjau dari pihak Jonathan, sudah seharusnya remaja itu cemburu pada Ciara karena Ciara mendapat lebih banyak perhatian padahal mereka sama-sama anak termuda. Tapi Jonathan tidak cemburu bahkan remaja itu ikut andil dalam memperhatikan sang adik.

Si kembar yang akan selalu-selalu-selalu tidak akur. Terkesan sangat berbeda namun sebenarnya mereka tidak menyadari bahwa mereka kerapkali mengungkapkan rasa saling peduli satu sama lain. Anak kembar akan selalu seperti itu. Tidak akur di awal, namun akan selalu memiliki goals yang sama pada akhirnya.

Andi yang memang terlihat diam, namun mampu memikirkan seluruh isi bumi. Yang lebih memilih tidur nyenyak di waktu luangnya namun diam-diam mampu mempelajari semua kepribadian orang sekitarnya. Andi hadir untuk menengahi, Andi hadir untuk membaca semua tingkah laku saudaranya. Dapat mengerti apapun yang ada di pikiran keenam saudaranya meskipun mereka tidak mengungkapkan.

Raffano itu selalu sibuk dengan tugasnya yang memang jarang sekali low, tapi pemuda itu sama sekali tidak membuat adiknya kecewa. Bukan hanya untuk Ciara, pun bagi Jonathan. Raffano sosok abang yang baik.

Kedua bungsu memang terlihat tidak pernah akur atau lebih sering melihat mereka adu mulut, tapi jika Jonathan kesal dengan salah satu abang mereka, Ciara akan ikut menerjang abangnya yang mencoba nakal pada Jonathan. Pun sebaliknya.

Seperti pagi ini, meja makan akan selalu ricuh hanya karena Ciara dan Jonathan yang mempeributkan kenapa Andi tidur di kamar Ciara. Di susul dengan si duo kembar yang memang sangat suka ikut campur, dan berujung pada Rama yang membantu menyelesaikan perkara kecil itu.

"Lo udah gede, Bego. Udah mau dewasa, jangan nempelin Abang mulu," ucap Jonathan sembari mengunyah makanannya.

"Lah, si Nathan kayak nggak tau aja. Itu umur aja yang tua, karakternya mah masih bocah TK!" Gavin menimpali dengan kurang ajarnya. Selalu ikut-ikutan akan urusan kedua bungsu.

"Lo yang tua, gue yang dikatain." Ciara menatap lempeng seolah merendahkan abangnya itu, "perlu gue anterin kaca gue ke kamar lo?"

"Buat apa, Ra?" Gava bertanya polos. Membumbui situasi adalah pekerjaan pemuda itu.

"Biar dia sadar kalo mukanya udah dipenuhi keriput. Biar nyadar kalo umurnya udah lebih jauh ke mana-mana dibanding gue." Ciara membalas nyinyir dengan dagu terangkat angkuh.

"Pfftt ... " Raffano menutup mulutnya dengan tangannya sendiri guna menahan tawanya yang akan sekuat sirene ambulance.

"Apa lo!" Gavin mengambil ancang-ancang hendak melempar Raffano dengan sendok, namun melihat sorot datar Rama, ia mengurungkan niatnya.

"Betewe, betewe, yang tadi malam makan dua kali, ada gerangan apa, ya? Mau gendut? Bosan cungkring?" ujar si Ipin memancing perdebatan lagi sembari melirik Raffano dengan tatapan mengolok.

Ciara seketika menatap nyalang pada Gava. Dirinya yang makan dua kali, kenapa Raffano yang ditatapi seperti itu?

"Oh iya, gue juga ngeliat ada yang makan lagi tadi malam. Itu kenapa, ya?" Si Upin menimpali dan kali ini menatap telak pada Ciara. Tidak melakukan sindiran halus seperti si Ipin.

SIBLING'STempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang