84. Nita's Secret

625 93 6
                                    

Lo boleh panggilin Bang Nathan dulu, nggak, Kash?
-Ciara

•••

Tawa menggelegar ke seluruh penjuru kamar. Keberadaan dua temannya ini cukup membantunya menghalau sepi. Dia sudah meminta maaf saat Kashi datang ke kamarnya dengan raut khawatir khasnya itu. Entah siapa dari antara saudaranya yang menjelma jadi informan dadakan, yang pasti Ciara tidak merasa bahagia dengan datangnya Kashi tepat saat dirinya sakit seperti itu.

Kalau tiba-tiba Kashi mengomel dan bertanya kenapa dia sakit, jawaban macam apa yang akan dia berikan? Sedang, alasan utamanya sakit adalah karena menghukum dirinya yang telah melakukan kesalahan pada Kashi.

Beruntung Kashi tidak bertanya kenapa dia bisa sakit meski omelannya tetap saja melayang ke udara sebelum ditangkap oleh gendang telinganya dan membuatnya merasa sedih sekaligus bahagia. Bahagia karena Kashi masih Kashi yang sama.

Ciara tidak mampu menahan harunya lebih baik dari ini. Lantas saat Kashi bersandar ke bahunya, seperti yang biasa gadis itu lakukan saat ingin bermanja-manja, buliran dari kelopak mata Ciara terjun begitu saja. Tentu Kashi tidak menyadari sampai suara Nita terdengar.

"Ih, Ra. Nangis kenapa lagi, sih? Lagi happy gini, juga."

Kashi mengangkat kepalanya dan menatap wajah sahabatnya itu lamat-lamat. "Lah? Nyet? Lo kenapa?"

Ciara terkekeh kecil selaras dengan jatuhnya buliran ketiga. Dia buru-buru menghapus air matanya dan tersenyum sebaik mungkin. "Gue nggak apa-apa."

"Jawaban ter-alay, ter-pasaran, ter-klise." Nita berdecak kecil, lalu menegakkan punggungnya seolah sedang mengintimidasi. "Tinggal bilang lo kenapa juga. Ada yang sakit? Lo pusing?"

Ciara masih menggeleng. Lantas Kashi menyahut. "Iya, dia pusing dengerin suara lo. Pulang lo sana, hus!"

"Ye! Enak aja congor lu, ya!" Nita bersidekap pongah, mengangkat dagu dan menatap Kashi tajam. "Nggak liat gue udah bawa tas? Gue mau nginep bareng Ciara, lo aja yang pulang sana."

Kashi ikut melirik tas berwarna pink baby yang ditunjuk oleh sang pemilik, tercengang sekaligus tidak terima jika teman centilnya ini berniat menginap.

"Dih? Buat apa lo nginap di sini? Nggak punya rumah lagi lo, hah? Mendadak miskin apa gimana?"

"Kashi, mulut lo, ya!"

"Gue nggak mau tau, ya, beres dari sini lo bawa tas lo itu. Pulang. Ngapain juga lo nginep di sini? Lo kira rumah ini penginapan?!"

"Bisa diem nggak, sih, lo?" Agaknya Nita tidak tahan dengan mulut kasar Kashi yang semakin menjadi ini. Dia benar-benar malas untuk berdebat. "Ciara-nya aja ngasih ijin, kok. Kenapa lo selalu sewot, sih? Gue juga pengen deket sama Ciara, kali!"

"Nit, nggak usah drama, ya, Lo. Gue tau lo di sini cuma buat caper, doang, 'kan? Pake jadiin Ciara alibi pula."

Nita diam sejenak, melepaskan kedua tangannya yang sejak tadi bersidekap di dada perlahan, kemudian melirik Ciara yang ternyata sudah memejamkan mata. Bukan tertidur, hanya saja merasa agak lelah dengan pertengkaran Kashi dan Nita yang sepertinya tidak berujung.

"Lo ada masalah apa, sih, Kash, sama gue? Saat di mana gue berusaha buat deket sama kalian, lo selalu aja menduga-duga hal jelek, selalu nilai gue dari sisi negatif. Gue cuma pengen deket sama kalian."

Perlahan Ciara membuka matanya. Duh, perihal ini lagi ...

Ciara agak malas mendiskusikan masalah ini sekarang, tubuhnya belum vit. Dia tidak punya tenaga untuk jadi penengah kalau-kalau kedua gadis itu adu mulut. Dia bahkan masih butuh tidur dengan baik saat ini. Andi berpesan agar dirinya istirahat cukup. Namun, kedatangan kedua temannya ini malah membuat waktu istirahatnya tersita. Beruntung Andi pergi lagi setelah datang dengan obat-obatan.

SIBLING'STempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang