Kalo Abang bisa nemenin Ciara hari ini, anggap aja Abang baru lulus uji coba jadi calon suami yang baik
-Raffano...
Selesai sarapan tadi, Ciara membiarkan Abang Upinnya ke kamar. Ijinnya berlaku pun karena sang abang pamit ingin mandi, katanya dia sudah tidak mandi dari kemarin-kemarin. Tentu saja Ciara mengijinkan. Takutnya Gavin panu-panuan atau kurap? Kan ngeri, ya? Masa ganteng-ganteng, cool, berwibawa, idaman cewek-cewek, tapi punya penyakit kulit? Duh, jangan bahas, deh, nanti Gavin kesel.
Tapi, sudah dua jam Ciara menunggu di luar, di ruang tengah sembari menonton Jonathan yang baru saja pulang entah dari mana dan sekarang sedang main PS dengan Faldo. Trio Babu ada di sini sekarang. Makanya sejak tadi Ciara tidak berhenti tertawa dan hampir saja melupakan jika Gavin tidak juga turun dari lantai dua.
Awalnya, Dodi dan Rendi kembali membahas kucing oren yang dulu pernah mencakar Faldo. Ingat tidak? Kucing yang sepertinya cinta mati pada Dodi itu, lho. Hehe. Kucing itulah yang jadi bahan gosip Dodi dan Rendi tadi.
"Nggak setia gitu maksud lo?" Faldo nimbrung ditengah fokusnya yang tadi Ciara pikir tidak bisa diganggu.
"Iya lah! Baru kemaren aja doi belain gue dari lo. Lah, habis itu malah jalan sama kucing lain. Mana kucingnya burik lagi, kan rasanya harga diri gue merosot, Coy! Harga diri, Pal, harga diri!" kata Dodi menggebu-gebu saking kesalnya. Wajahnya memerah bahkan. Astaga...
Rendi yang sudah tidak tahan melihat kegoblokan temannya itu tidak bisa menahan tangannya lagi. Alhasil suara PLAK pun terdengar nyaring.
"AKH! Anjing!" Dodi sempat-sempatnya mengumpat ditengah rintihan sakitnya. Kalian tidak tahu saja, sakit tahu! Rendi ini suka main tinju-tinjuan, dia punya samsak di rumah, pas SMP dia juga angota ekskul bela diri, jadi pukulannya itu SAKIT! Dodi yang lemah lembut nan uwu ini mana tahan kena pukul. "Setan lo, anjing!"
"Lah, yang bener 'tuh yang mana? Gue setan apa anjing?" Rendi malah ingin memanasi.
Faldo terkekeh jijik, sedangkan Jonathan berdecak kesal. Kegilaan Dodi sepertinya di-upgrade gila-gilaan. Dodi semakin tidak tahan.
"Nggak jelas beut anjir si Dodi." celetuk Faldo diiringi kekehan ringannya tanpa menatap Dodi. Cowok itu fokus ke depan, dia pun sesekali menyeruput es tehnya.
Ciara tertawa. "Tau, ih, nggak jelas."
"Eh, bahas-bahas nggak jelas. Si Kashi juga makin nggak jelas, ya?" Faldo berkata masih tanpa melirik lawan bicaranya. Mengalahkan Jonathan yang sedang mati-matian mencoba mengalahkannya adalah prioritas Faldo saat ini.
"Nah, anjir, bener. Baru mau gue omongin ini," kata Rendi menimpali. Ciara yang tadi menatap punggung Faldo tak paham kini beralih pada Rendi. Menatap sama tak pahamnya.
"Iya, gila banget nggak, sih. Masa tiap hari doi ketemuan sama Om-om mulu? Nggak ngerti lagi dah gue sama 'tuh cewek." celetuk Dodi menambahi.
Melihat ketiga teman Jonathan yang seolah tahu tentang apa yang terjadi dengan Kashi, Ciara kini menyenggol paha abangnya itu dengan kakinya. Ciara yang duduk di atas sofa bersama dengan Dodi dan Rendi, sedangkan Jonathan dan Faldo yang duduk di karpet memudahkan Ciara menendang si Abang.
"Lo tau sesuatu nggak, Bang?"
"Kagak," katanya tak berminat.
"Seriusan, elah."
Jonathan balas mengangguk sekali. Terlihat malas membahas perihal Kashi yang sudah membuat adiknya kesal dulu.
"Bang, jujur aja sama gue."
KAMU SEDANG MEMBACA
SIBLING'S
Ficção Geral[ON GOING] (Intinya random, random, dan random. Terima kasih^-^) ••• Hanya segelintir kisah tentang Ciara dan keenam abangnya. Kisah sehari-hari yang gadis itu lalui dengan keenam lelaki dengan kepribadian berbeda-beda. Lelah itu pasti, tapi Ciara...