17. Kesal

3.8K 280 2
                                    

Ini nih... ini dia manusia yang pas pembagian otak dapet nomer urut terakhir.
-Jonathan

...

UNTUK kesekian kalinya Jonathan terdorong ke depan.

Bukan terdorong, tapi sengaja didorong.

Ciara marah. Ciara mengamuk. Ciara kesal. Ciara jengkel. Dan yang paling parahnya, Ciara marah karena merindukan mereka semua. Karena mereka tidak menyapa ataupun menjahili gadis itu lagi.

"Lo berisik banget sih, ha?!" Jonathan menatap marah pada Raffano yang sejak tadi mendorongnya, "kalo lo khawatir seharusnya lo yang masuk! Bukan malah dorongin orang!" amuk Jonathan pada sang abang yang tengah menatap ngeri ke arah pintu kamar Ciara.

"Oh, jadi lo nggak khawatir sama adek lo sendiri?" balas Raffano.

"Y-ya ... khawatir lah!"

"Trus kenapa nggak mau masuk?"

"Trus apa gunanya lo di sini?"

"Gue mau mastiin kalo dia nggak kenapa-napa,"

Jonathan melipat tangan di dada. "Kalo gitu sana masuk."

"Lah, kok jadi gue? Yang buat dia marah siapa? Kan elo?"

"Ini nih... ini dia manusia yang pas pembagian otak dapet nomer urut terakhir,"

"Lo ngatain gue?! Gue abang lo, Bangsat!"

Karena tidak ingin ada keributan, saat itu juga Gavin menginterupsi keduanya.

"Eh-eh, kalian mau berantem atau bujukin Ciara?"

Baik Jonathan dan Raffano serempak menunduk mengalah setelah mendengar kalimat teguran Gavin. Namun bukannya diam atau semacamnya, mereka malah saling tuduh.

"Bang Raffa noh!"

"Si Nathan tuh!"

Maka saat itu juga Gavin segera memukul kepala kedua adiknya itu. "Diam atau Bang Rama bakalan nyeret kita semua ke meja makan!"

Jonathan dan Raffano kembali diam.

Astaga! Definisi remaja yang masih kekanakan.

Gavin menghela napas lagi, otaknya mulai kacau. Memikirkan cara apa yang harus ia lakukan untuk membujuk sang adik--atau rencana mereka semua akan hancur berantakan.

Apapun yang terjadi, apapun respon sang adik bungsu, apapun resiko, rencana tetap rencana. Dan semua yang sudah di susun begitu rapi harus berjalan sesuai dengan planing.

Lantas Gavin mendekat melewati Jonathan dan Raffano, menyentuh kenop pintu dan berujar pada dua adiknya yang di belakangnya.

"Nggak di kunci 'kan?"

Jonathan mengangguk membenarkan, sementara Raffano diam namun menatap cemas.

"Kalian turun ke bawah aja. Tanyain Kashi apa-apa aja yang Ciara ceritain ke mereka tentang kita. Biar gue yang masuk." Gavin memerintah.

"Gue ikut deh, Bang." Raffano mengangkat suaranya.

"Kalo lo siap gue jadiin samsak sih nggak apa-apa, ayo."

Raffano menelan ludah. "Nggak jadi. Gue ikut Nathan aja,"

Jonathan berdecih remeh sementara Gavin menyeringai kecil.

***

Gavin melangkah pelan setelah berhasil menutup pintu dengan cara yang pelan pula. Kedua kakinya menapak amat santai, tidak ingin mengganggu gadis yang sedang memainkan ponselnya itu.

SIBLING'STempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang