86. De Trio

618 89 7
                                    

Akan ada banyak hal yang terjadi saat dua orang menjalin hubungan.
-Raffano

•••

Sesuai dengan apa yang dikatakan Ezra sebelumnya, benar saja, Ciara terbangun di depan eksistensi laki-laki itu. Melirik ke sekelilingnya, gadis yang masih tampak layu itu mendapati kamarnya sedikit berubah. Boneka-bonekanya tertata lebih rapi, juga buku-bukunya.

Tidurnya berkualitas, terbukti dengan keadaannya yang agaknya sudah membaik. Kepalanya tidak lagi pusing. Lantas melepas napas lega, gadis itu mencoba duduk, dibantu Ezra dengan sayangnya.

"Lo dari tadi duduk di sini?" tanya Ciara saat Ezra berhasil mendudukkannya lengkap beserta bantal di balik tubuhnya sebagai penopang. Mendapati gelengan kecil cari Ezra membuat gadis itu kembali bertanya. "Terus? Kenapa lo masih di sini?"

"Kamu dititipin sama aku, Ra. Yang lain lagi ke luar."

"Bang Andi juga?"

"Iya. Bang Andi tadi ditelepon sama temennya yang dulu pernah ke sini, siapa 'tuh namanya, lupa. Terus perginya agak buru-buru, tapi katanya cuma sebentar, kok."

Ciara mengangguk saja. Yang dimaksud Ezra mungkin Evan. Namun, kenapa semua orang malah pergi dan meninggalkannya? Astaga. Apa mereka lupa jika Ezra ini adalah, terlepas dari sikap baiknya itu, orang asing. Ezra tetap orang asing, kan?

"Bang Nathan, di mana?"

"Dia juga pergi."

"Hah?" Agaknya gadis itu tidak mempercayai satu pun ucapan Ezra. "Maksud lo, kita cuma ditinggal berdua aja, gitu?" Nadanya terlepas agak nyolot. Tidak percaya jika Jonathan justeru pergi juga. Hei, bukankah laki-laki yang satu itu sangat menjaganya?

Ezra tertawa kecil. "Kalo udah ngomel gini, artinya kamu udah sehat." Lengan kokoh laki-laki itu terangkat mengusap puncak kepala Ciara. Menghantarkan sensasi panas yang merayap hingga pipi.

"Ck. Malah bercanda."

"Mau aku bantu turun ke bawah?" Lagi dan lagi, Ezra datang dengan segala perhatiannya.

Tak ingin menolak tentunya. Ciara juga bosan berada di kamar ini terus-menerus. Entah kenapa aroma kamarnya terasa aneh. Pengap. Membuatnya tak tahan jika harus menghabiskan hari-hari lebih banyak lagi di dalam ruangan ini.

Merentangkan tangan lebar-lebar dengan cengirannya, Ciara pasang wajah sok imut. "Gendong, Mas."

Ezra bergidik. Kerutan pada dahinya membuat Ciara terkekeh. "Aku lebih suka dipanggil 'sayang' daripada 'mas', Ra."

"Iya, Mas."

"Sayang."

"Mas."

"Sayang. Panggil aku pake kata itu, Cantik."

Tentu saja Ciara menggeleng tegas. "Mas. Gue lagi pengin nyebut 'mas' bukan 'sayang', lebih lucu soalnya." Karena dia memang tahu Ezra geli disebut dengan kata itu. Ciara hanya ingin mengusili laki-laki ini.

Ezra bergeming di tempatnya, menatap sinis pada Ciara seolah sedang memperingati gadis itu. Melihat tatapan Ezra yang justeru terlihat menggemaskan itu membuat Ciara tertawa lebih lepas lagi. Dia menyukai saat laki-laki ini tampil ekspresif di depannya.

"Gendong, Mas." Kali ini Ciara merengek sembari menarik-narik ujung lengan jaket yang Ezra pakai, persis seperti anak kecil yang sedang ingin diperhatikan.

Melepaskan tangan Ciara dari jaketnya dan melipat tangan di dada, Ezra membungkuk mendekati wajah Ciara yang masih tertawa itu, yang tentunya membuat perubahan pada ekspresi sang gadis.

SIBLING'STempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang