Anak-anak IPA emang selalu bisa lebih hits daripada anak Bahasa.
-Arin...
"YANG ini aja, Kak."
"Nggak usah, punyaku aja, Kak."
"Enggak! Punya gue!"
"Diem lo. Punya aku aja, Kak, lebih higienis. Lebih sehat. Ini keju asli, si Kanna yang nyariin tadi pagi lewat online. Cobain du--"
"Lo apa-apaan, sih?! Kak Lisa harus makan punya gue dulu! Ini baik buat calon ponakan gue! Makanan lo nggak sehat!"
"Pokoknya punya gue!"
"Punya gue!"
"Enggak! Punya gue!
"Punya gue!"
"DIAM!" Suara gaduh antarsahabat itu terbungkam oleh suara berat pria yang ada di sana. "Diam, oke? Sekarang kalian keluar, biar Kak Lisa aja yang milih makanannya. Lebih baik kalian ke si Nathan, kasian dia sendirian."
"Enggak!"
"Ogah!""Woi, astaga ... kalian bukannya buat si Kakak Ipar tenang malah makin buat pusing! Keluar lo berdua sebelum gue aduin Bang Rama!" Raffano mengusap wajahnya asal-asalan. Merasa gerah hati dengan sikap keras kedua gadis yang ada di depannya ini. Tidak Ciara, tidak Kashi, dua-duanya sama saja. Tidak ada yang bisa diberi pembelaan. "Keluar sana."
Ciara degil.
Sedangkan Kashi buang muka sembari menulikan telinga.
Bodo amat apa kata Raffano! Begitu batin keduanya.
"Ra,"
"Nggak mau, ih. Gue mau nemenin Kak Lisa aja."
"Don't be childish, please." Kali ini tatapan Raffano menguat. "Lo juga, Kas. Pulang aja deh mendingan, kasian Kak Lisa masih pusing-pusingnya malah kalian gangguin,"
Kashi mendelik. "Gue nggak ganggu, tuh. Gue malah niat baik bawain makanan buat Kak--"
"Niat lo baik. Iya, gue tau. Tapi cara lo maksa Kak Lisa makan makanan lo itu salah. Ciara juga salah. Kalian berdua harus keluar, biarin Kak Lisa istirahat dulu."
Dengan malas-malasan, atau lebih tepatnya terpaksa, Kashi akhirnya menurut. Gadis itu keluar dan meninggalkan kamar Lisa sembari beberapa kali mendumel.
Setelah memastikan Kashi benar-benar keluar, kali ini netra Raffano menatap adik bungsunya. "Ciara, lo juga."
"Bang ..."
"Nggak ada penawaran, Dek. Kak Lisa butuh waktu istirahat, biarin si Kakak agak tenangan dulu, baru nanti kita ke sini lagi. Gue juga mau keluar, mau liat si Nathan udah gimana kondisinya." Raffano merangkul bahu Ciara hangat.
"Ciara, Kakak janji makan punya kamu," Lisa berujar halus.
Oke, mendengar bagaimana suara lemah Lisa menegurnya, Ciara memutuskan menyerah. Dia akhirnya mengangguk dan mengikuti Raffano yang menyeretnya keluar.
"Si Nathan udah gimana?"
Berjalan ke lantai atas, Ciara masih tetap menunduk lesu, merasa aneh dengan kekerasan-kepalanya.
"Demamnya udah turun, tapi keknya masih sakit,"Hah?
Gimana?
"Jawaban apaan, tuh?" Raffano terkikik kecil, lalu mengusap rambut adiknya gemas.
"Ya, liat aja sendiri kalo mau tau."
"Ceileh, marah nih ceritanya?"
"Bodo amat, Bang, bodo amat."
KAMU SEDANG MEMBACA
SIBLING'S
General Fiction[ON GOING] (Intinya random, random, dan random. Terima kasih^-^) ••• Hanya segelintir kisah tentang Ciara dan keenam abangnya. Kisah sehari-hari yang gadis itu lalui dengan keenam lelaki dengan kepribadian berbeda-beda. Lelah itu pasti, tapi Ciara...