38. Mood Paling Buruk

2.6K 201 7
                                    

Gue nggak peduli. Mau lo ketiban tiang listrik di depan mata gue juga; gue tetep nggak peduli.
-Ciara

***

"DEK, elah, lo tega bener musuhin gue gini,"

"Gue bilang jangan masuk!" sergah Ciara cepat.

Jonathan menulikan kupingnya. Dengan polosnya cowok itu membanting tubuh ke kasur, dan memainkan rambut adiknya yang menjuntai di sisi punggung. Ciara berdecak. Tapi Jonathan tidak peduli sebelum dimaafkan.

Ciara sesekali memukuli lengan abangnya dengan kesal karena tidak mau membiarkannya tenang, tapi apa daya jika kekerasan kepala Jonathan memang tidak terbantahkan.

"ABANG!" jeritnya berang.

"Apa?"

"Sakit, Anjir!"

"Bodo. Maafin gue makanya."

"Dih. Gue yang ngambek ngapa lo yang najisin?"

"Suka-suka gue dong?"

Ciara berdecak kesal. Sangat kesal. "Lo keluar aja deh, gue badmood banget nih."

"Mood selooooooooowwwww?" ledek Jonathan menirukan salah satu iklan di televisi.

Ciara hanya menatap tajam. Lalu kemudian sang abang terkekeh pelan dan mendekati sang adik.

"Badmood kenapa, adeeeekkk?" tanya Jonathan dramatis. Sok iya gitu deh.

"Pokoknya gue badmood. Gue jelasin gimana juga lo nggak bakalan ngerti. Badmood gue ini lagi level paling atas. Intinya lo harus keluar. Gue maafin lo kok, tapi gue lagi mau sendiri. Lo keluar aja ya, Bang?" Ciara menjelaskan dengan nada lesunya.

"Wah, badmood lo udah akut? Berarti gue harus bawa lo berburu es krim. Gimana? Agree?"

Ciara menggeleng lesu. "Stok di kulkas masih penuh. Gue emang lagi mau sendiri. Beneran."

Jonathan tidak bergeming. Matanya menelisik ke mata adiknya, mencoba mencari titik permasalahan tentang kenapa adiknya merasa buruk. Namun yang ia dapat memang tatapan lesu yang berpadu dengan rasa cemas. Entah cemas pada apa.

"Beneran nggak pa-pa kalo gue keluar?"

"Barusan gue ngusir lo, artinya lo emang harus keluar."

Jonathan berdecak. "Ya elah, galak bener,"

"Buruan, Bang, ih!" usirnya kasar sembari mendorong bahu abangnya.

"Iya-iya! Anjir, sabar napa sih elah! Ngegas amat!"

"Buruan makanya!"

Jonathan bangun dan langsung melangkah ke arah pintu. Sebelum benar-benar menanggalkan Ciara, cowok itu menatap ke belakang dulu untuk melihat wajah adiknya.

"Bang!"

"Hm?"

"Tolong panggilin bang Andi dong, please?"

"Ogah."

"Ih, abang mah ngambekan!"

"Bang Andi belum pulang." jawabnya setengah ikhlas.

Ciara diam sejenak, nampak sedang berpikir. Seketika kemudian ia bertanya. "Kalo gitu panggilin bang Ano aja deh,"

"Lo ngapain nyari mereka sih?" Jonathan memicing.

"Bukan urusan lo, ya!"

"Yaudah, panggil sendiri aja kalo gitu! Gue mau keluar!"

"Ke mana, Bang?"

SIBLING'STempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang