Gue nggak benci sama lo Shi, lo harusnya tau itu.
-Ciara***
"GUE bilang nggak tau!"
"Kan elo yang ngambil dari sini tadi malem,"
"Bukan gue!"
"Jadi siapa? Ciara? Mana mungkin!"
"Ya emang nggak mungkin!"
"Kan tadi malem elo yang ngambil dari sini, Jo. Masa lo lupa, sih?"
Jonathan jengah. Ia tak percaya jika dirinya disalahkan seperti ini, tadi malam memang benar dia meminjam buku Raffano untuk ia baca sebentar, tapi kemudian dia mengembalikannya sesaat saat Ciara datang dengan Kashi tepat saat Jo masih menyentuh buku sejarah itu. Jonathan bahkan tidak jadi meminjam buku kesayangan Raffano, tapi abangnya itu malah terlihat sangat yakin jika Jo yang mengambil buku milik Raffano.
"Tadi malem emang mau gue ambil, tapi abis itu gue simpen lagi pas Ciara sama Kashi dateng, nggak jadi gue ambil, Bang," nada suara Jonathan merendah, sudah lelah adu suara dengan abangnya itu, "gue pergi sama Bang Gava juga tuh tadi malem, habis itu nggak masuk ke sini lagi. Lo kali yang lupa nyimpen dimana,"
"Masa iya gue lupa," gumam Raffano pelan, tapi Jonathan dengar, "gue kalo nyimpen sesuatu itu nggak pernah asal-asalan, jadi mana mungkin gue lupa nyimpen,"
"Lo manusia kali, Bang, bisa lupa bisa keliru juga,"
Raffano menatap adiknya itu lurus-lurus. Sedikit tidak percaya jika adiknya itu akan mengatakan kalimat sebijak itu, ya meskipun kata itu tidak terlalu bijak sih. Hanya saja jika itu Jonathan, Raffano perlu menaruh sedikit rasa ingin tahu.
Perlu diingatkan jika Jonathan ini adalah Gava versi muda?
Jadi sedikit membingungkan jika adiknya itu sedikit bijak.
"Woi!"
Raffano dan Jonathan kompak menoleh. Ada Gava di ambang pintu dengan baju rumahan andalannya, rambut acakan serta sendal rumah bermerk puma kesukaannya. Dia bersandar di palang pintu sebelum berjalan mendekati kedua adiknya yang terlihat sangat serius.
"Ciara mana?" tanya pria itu.
"Di kamar kali," jawab Jo.
"Nggak ada, tapi ada jaket Kashi. Keknya mereka pergi deh," balas Gava kemudian.
"Tau lagi pergi ngapain nanyain kita sih, Bang," gerutu Raffano sembari masih sibuk membuka laci-laci mejanya.
Jonathan mengangguk membenarkan ucapan Raffano sedangkan Gava mengerutkan alis bingung.
"Nyari apaan, sih?" katanya, "novel sejarah itu, ya?"
Raffano lantas menegangkan tubuhnya yang membungkuk dan menatap Gava lega, tak jauh beda dengan Raffano, Jonathan juga memberikan ekspresi serupa. Mereka kompak menatap Gava menunggu abang mereka itu lanjut bicara.
"Di Kashi, tadi dia ngotot mau baca buku lo, tapi karna lo belum balik dia nggak berani ngambil. Dan karna gue kasian sama calon isteri gue yang gemesin dan imut itu, jadinya gue ambil deh," katanya dengan santainya, cengiran khas Gava membuat Raffano dan Jonathan menggeram tertahan.
"Nyantai banget, ya, ngomongnya," Jonathan tertawa sumbang menertawakan abangnya yang terlihat tak berdosa itu.
"Udah lah, yang penting buku gue nggak ilang, dan semoga aja nggak diilangin si Kashi," kata Raffano lalu meraih novel peradaban yang ada di lemari koleksinya, "sampe buku gue rusak atau hilang, siap-siap Bang Gava gue suruh beliin buku yang sama!"
KAMU SEDANG MEMBACA
SIBLING'S
General Fiction[ON GOING] (Intinya random, random, dan random. Terima kasih^-^) ••• Hanya segelintir kisah tentang Ciara dan keenam abangnya. Kisah sehari-hari yang gadis itu lalui dengan keenam lelaki dengan kepribadian berbeda-beda. Lelah itu pasti, tapi Ciara...