Jangan pedulikan omongan orang-orang dan cobalah lebih percaya dengan diri kamu sendiri
-Rama***
KETUKAN pelan di pintu ruangan kerja Rama menarik perhatiannya sekejap. Pria itu hanya melirik sebentar sebelum kembali berkutat dengan laptop dan berkas-berkas di depannya. Ini menyebalkan.
Saat dirinya ingin mendapatkan waktu luang dan bersantai di rumah atau mengajak kekasih barunya berkencan, tuntutan pekerjaan selalu menekannya hingga membuat Rama merasa kesal juga lelah.
Jadwal rapat yang terkadang sampai tiga kali pertemuan dalam sehari membuatnya semakin kesulitan mendapatkan keinginannya untuk merasa santai.
Beruntung orang-orang sekitarnya bisa mengerti dengan dirinya dan tidak terlalu banyak mengeluh.
Ya semua, terkecuali Ciara.
Gadis kecil kesayangannya itu memang lebih sering merengek minta tidur bersama jika melihat Rama pulang lebih awal. Terkadang juga menuntut agar mau diajak berjalan-jalan atau sekedar mengunjungi taman kompleks. Rama akui bahwa adiknya yang satu itu memang kelewat manja.
Mau bagaimana lagi?
Wajar dia bersifat manja mengingat keenam abangnya selalu memperlakukan dirinya istimewa dan perhatian. Jadi tidak heran sang adik bungsu itu memiliki sifat yang manja.
Dan terima kasih pada Gavin dan Andi yang kerap mengalihkan perhatian Si Bungsu dengan mengajak Ciara ke tempat-tempat menarik -- hingga Rama bisa beristirahat dan santai.
Terima kasih juga pada Gava serta Jonathan yang suka membuat Ciara selalu tertawa dan membuatnya lupa jika Rama ada di rumah.
Dan tidak lupa dengan Raffano juga yang selalu bisa membuat Si Bungsu bahagia ketika adiknya sedih. Rama tidak tahu apa yang akan terjadi jika mereka tidak ada.
"Ini laporan hasil rapat kemarin, Pak. Sudah saya ringkas agar Bapak dapat menelitinya dengan mudah. Jika masih ada yang kurang jelas, Bapak bisa mengatakan pada saya secepatnya dan saya akan perbaiki," kata sekertaris Rama itu.
Rama membuka map itu dan melihat hasil laporan yang ada dalam genggamannya. Sempat hening karena sang boss sedang membaca dengan seksama, biar bagaimanapun Rama harus teliti agar tidak terjadi kesilapan yang membuat perusahaannya rugi. Wanita dengan kemeja biru muda dan rok sepan hitam itu masih diam di tempatnya sembari menunggu bossnya membaca hasil rapat yang menjadi tanggung jawabnya itu.
Hingga tak lama setelah wanita itu mendesah sedikit bosan, akhirnya Rama menutup map dan menatap wanita itu lurus.
"Saya puas dengan ini. Terima kasih atas inisiatifnya," kata Rama sembari tetap menatap layar laptopnya dan mengetik sesuatu disana, "kamu bisa keluar sekarang. Ah, tapi tunggu dulu. Bisakah kamu panggilkan bagian manajemen untuk membawa penghasilan bulanan kita? Saya perlu data keuangan saat ini,"
"Dimengerti, Pak, akan saya panggilkan. Saya permisi,"
Rama hanya mengangguk tanpa melepaskan tatapannya dari layar laptopnya. Ia nampak sangat serius dengan sesuatu di laptop itu hingga kedatangan dan kepergian sekretarisnya itu tidak lagi ia perhatikan.
Sasa, sekretaris Rama itu pun hanya bisa tersenyum kecut saat melihat keacuhan bosnya semakin hari semakin parah. Bahkan sekarang bosnya tidak mau lagi melihatnya saat berbicara.
Apa dirinya setidakmenarik itu hingga bosnya enggan menatapnya ketika berbicara? Atau apakah ia membuat kesalahan dan mengecewakan bosnya itu hingga membuat Rama tidak mau menatapnya lagi?
KAMU SEDANG MEMBACA
SIBLING'S
قصص عامة[ON GOING] (Intinya random, random, dan random. Terima kasih^-^) ••• Hanya segelintir kisah tentang Ciara dan keenam abangnya. Kisah sehari-hari yang gadis itu lalui dengan keenam lelaki dengan kepribadian berbeda-beda. Lelah itu pasti, tapi Ciara...