...
..
.
"---- dia sudah bangun?"
"Belum. Sepertinya ---- tidak merespon -----."
"Sayang sekali. ----- masih dibawah harapan."
"Saya ----- berusaha ----- mungkin. Tapi dia ----- bisa ------ begitu saja."
"Aku tahu. Hanya ------ dan ------ ------- saja yang bisa ------ mereka. Dia sudah ------- orang-orang ------, bahkan mengatasi ------ pun, sepertinya aku ------ mengerahkan ribuan pasukan ------. Benar-benar ------ bisa ------- itu terjadi, atau ------- akan ------."Samar-samar dalam ketidaksadaranku, aku mendengar percakapan antara seorang perempuan dan laki-laki paruh baya. Aku masih belum bisa membuka kelopak mataku karena tubuhku masih belum pulih sepenuhnya, dan syaraf-syarafku menolak untuk merespon perintah otakku. Jadi aku hanya bisa mendengarkan apa yang masuk di telingaku.
"------ mereka ------ keluar dari -------. Aku ------- semuanya ------, Faust."
"Saya akan -------. Dan tolong, ----- bukan ----- orang itu."Entah kenapa, nama itu seperti tidak asing bagiku. Sepertinya nama seorang legenda. Tapi siapa?
Terbalut dengan pertanyaan itu, kesadaranku kembali terlelap. Uh, tubuh ini masih perlu banyak dihajar agar tahan banting......
..
.
Di tempat lain...
Dua orang berjubah hitam dengan gambar teratai berwarna perak dan merah di punggung mereka sedang berargumen dengan beberapa penduduk di sebuah kompleks perkotaan di Kawasan Kubah Barat, Alventia.
"Kami tidak butuh kalian! Kalian adalah teroris!"
Salah satu dari dua orang berjubah nampak naik darah dan siap menarik katana yang ada dipinggangnya. Yang lain menahan amarahnya dengan menghentikan pergerakan lanjutan pemegang katana sembari bertanya.
"Kami hanya melakukan apa yang ingin kami lakukan, dan kebetulan berada di daerah ini. Apakah itu menyalahi aturan kalian?"
Kumpulan penduduk itu pun membalas dengan nada tinggi.
"Itu jelas menyalahi aturan, bahwa pasukan Keamanan Experian saja yang boleh menangani monster! Bukan kalian para teroris!"
Nampak beberapa orang setuju dengan pendapat orang terdepan itu, namun tak sedikit pula yang tidak setuju dan merasa ini bukan sikap yang benar. Mereka hanya diam membisu karena bingung harus berpihak pada siapa. Kelompoknya atau penyelamat yang dianggap teroris ini.
"Kalian... Dasar tidak tahu terimakasih!"
Pemegang katana yang bersuara perempuan itu sudah kehabisan kesabaran, namun yang lain tetap menangani perdebatan ini dengan tenang.
"Yuriko, mereka hanya warga biasa. Jangan ambil keputusan yang salah."
Yuriko pun mencoba menenangkan dirinya dan mundur.
"Urgh... Baiklah... Lakukan apa yang terbaik, Rozuke..."
Kemudian, Rozuke kembali menghadapi hujatan penduduk Kawasan Alventia ini. Dia mengamati sekitar dan banyak yang menatap mereka dengan tatapan tidak menyenangkan.
"Masih berani berdiri disini?! Pergilah kalian! Kami akan memanggil Pihak Keamanan Experian!"
Dengan santai, Rozuke menjawab, "Panggil saja. Lantas apa yang bisa mereka lakukan? Mengusir kami?"
Sebentar kemudian, Pihak Keamanan Experian datang. Namun mereka terkejut ketika yang akan mereka usir adalah kelompok yang seringkali menghabisi monster sebagai pengisi waktu luang mereka.
KAMU SEDANG MEMBACA
World Of Imagination Arc 1 - Destiny [RANDOM TIME UPDATE]
Science FictionIndonesian Light Novel Original Title : 想像の世界 (Sōzō no Sekai) Highest Rank : #3 In Science Fiction (13 Agustus 2016) (Sebelum Remake) Genre : Action-Adventure, Fantasy, Sci-fi, School, Slice of Life, Comedy, Romance, Ecchi, Superpower Disclaimer : F...