Satu minggu penuh telah kami habiskan di rumah keluarga Ryuichi, dimana itu adalah tempat kediaman sekaligus tanah kelahiran Ryuichi Venzo -- atau bisa kalian bilang itu aku sendiri...
Kami pun berpamitan untuk bergegas kembali ke Tokyo, karena dua hari lagi akan diadakan Festival Musik Tokyo di Akihabara, itu yang disampaikan oleh Naya padaku saat mengirimkan pesan tadi pagi.
Seketika, aku langsung menyampaikannya pada keluargaku yang masih berada dirumah, termasuk Ayame yang kebetulan sedang membantu ibuku memasak sarapan.
Mereka yang mendengar alasanku untuk segera kembali ke Tokyo meskipun waktu liburan kami masih tersisa 5 minggu lagi, mengiyakan dan bermaksud untuk mengantarkan kepulangan kami sampai ke stasiun IK.
Saat menyampaikan hal tersebut, terasa raut wajah Ayame yang kurang puas mendengarnya, aku mengajaknya berbicara berdua saja sambil menikmati sejuknya pagi hari di kompleks perumahan.
"Aku tahu kau merasa keberatan, karena kita baru saja kembali bertemu..." kataku membuka percakapan dengan Ayame.
Dia menunduk pasrah akan pernyataanku, kemudian dia menyampaikan perasaannya.
"Venzo-kun... Aku benar-benar berterimakasih atas pertolonganmu, tidak hanya kemarin, tapi semuanya... Mungkin, jika aku tidak bertemu dengamu waktu itu, aku sudah--"
"Ssstt...! Manusia itu adalah makhluk sosial. Dimana antar manusia bertemu, disanalah mereka harus saling mengerti dan membantu satu sama lain..."Aku membalasnya sembari tersenyum lembut. Memang itu adalah sebuah hal yang mendasar ketika sesama manusia, entah itu berbeda atau sama jenis, ras, suku, agama, maupun kebudayaan, tidak dipungkiri ketika salah satu mendapat masalah, yang lain harus siap untuk membantu sebisa mungkin.
"Itulah kenapa..."
Ayame mulai menitikkan air mata di tengah percakapan.
"Aku tidak bisa begitu saja menghilangkan perasaanku padamu!"
Itulah apa yang kudengar dari Ayame, ketika sinar mentari yang terbit dari timur mulai memperlihatkan kecerahan dan suasana hangat. Aku pun merespon dengan memeluk tubuhnya, merengkuh kerapuhan dirinya seerat mungkin agar dia merasakan bagaiman aku menyambutnya dengan penuh kehangatan.
"Tunggu aku kembali nanti... Saat itulah ketika kita berdua sudah siap, aku akan memasangkan cincin di jari manismu..." ungkapku lewat bisikan di telinganya.
"Terimakasih..."
Pelukan kami berdua semakin erat menyambut matahari yang mulai bersinar sepenuhnya menerangi kota IH hari ini...
...
Selesai dengan liburan musim panas, pagi harinya, aku, Engetsu Kazura, harus bergegas kembali ke Tokyo bersama Venzo, Izano dan Rinjou.
Tak lupa kami berpamitan pada Iruka-san dan Meika-san."Terimakasih sudah mengijinkan kami untuk tinggal bersama, Iruka-san." ucapku sambil menundukkan kepalaku.
"Yosh, tidak masalah. Kalian teman baik Venzo, jadi, aku tidak mungkin menolak permintaan menginap kalian disini. Yah, memang tidak disangka jika Venzo akan membawa temannya kesini. Rupanya kalian betah ya?" balas Iruka-san pada kami.
"Silahkan mampir lagi jika ada waktu. Kami selalu ada di rumah kok." imbuh Meika-san.
"Ayah, Ibu, aku pergi dulu ya?" pamit Venzo, tak lupa mencium tangan mereka berdua sebagai kedua orangtuanya.
"Yah. Hati-hati. Jangan membuat masalah di kota orang." ungkap Iruka-san sedikit malas.
"Iya, iya. Aku pergi."Selesai dengan percakapan yang sedikit memakan waktu, akhirnya kami beranjak dari rumah Venzo menuju ke stasiun kereta listrik di kota IK menujut Kyoto Pusat.
Saat menunggu datangnya kereta, kami singgah sebentar di ruang tunggu.
KAMU SEDANG MEMBACA
World Of Imagination Arc 1 - Destiny [RANDOM TIME UPDATE]
Science FictionIndonesian Light Novel Original Title : 想像の世界 (Sōzō no Sekai) Highest Rank : #3 In Science Fiction (13 Agustus 2016) (Sebelum Remake) Genre : Action-Adventure, Fantasy, Sci-fi, School, Slice of Life, Comedy, Romance, Ecchi, Superpower Disclaimer : F...