Selesainya dengan misi keempat pemuda baru itu untuk melewati Seleksi Imagine Competition, sang gadis berpakaian pendeta itupun beranjak dari tempatnya mengawasi targetnya, sembari menyeka keringatnya.
"Sungguh melelahkan untuk diriku yang hanya mengandalkan pendengaran untuk mengawasi Yang Terpilih..."
Suara lain mengucap padanya melalui hologram yang muncul di depannya secara otomatis.
[Maafkan aku jika ini merepotkanmu, Kaguya. Tapi yang lain juga menyibukkan diri mereka dengan misi. Jadi, aku tidak punya pilihan lain selain memberikanmu tugas ini...]
Dengan senyumnya yang penuh ketulusan, dia menggeleng lalu menjawab.
"Anda tidak perlu meminta maaf pada saya, Master. Selagi saya masih bisa berjalan dan mendengar, saya akan tuntaskan misi yang anda berikan pada saya..."
Pohon demi pohon yang berada diatas tebing pinggir laut itu dilewatinya. Mungkin cukup sulit untuknya melangkah tanpa tongkat, namun telinganya dapat bertindak sebagai petunjuk arah, atau bisa disebut mata alternatifnya-- adalah alat yang dikembangkan sendiri oleh Hiroshi sebagai mantan peneliti, dengan menggunakan kemampuan pengiriman suara berfrekuensi yang selanjutnya menerima pantulan suara untuk menggambarkan lokasi disekitarnya, membentuk seperti semacam grafik yang selanjutnya di-input lewat Chip Imaginer [1].
"Kaguya-san... Jadi kau hanya mengawasi saja kah?"
Dari jarak beberapa meter, nampak kemampuannya menangkap sosok pemuda dengan buku ditangan, berkacamata, sedang berekspresi kurang nyaman saat menatapnya. Kaguya menghela nafas, lalu menjawab pertanyaan sosok tersebut.
"Maafkan aku, Tony-san. Namun itulah tugas yang kuterima dari Master. Selebihnya aku tidak bisa melakukannya."
"Padahal aku berharap banyak untuk melihat mereka, setidaknya tersiksa untuk beberapa waktu. Khukhukhu~"
Ekspresinya menunjukkan kepuasan tatkala membayangkan apa yang diucapkannya. Sedikit nuansa kegelapan menyelimuti sosok pemuda itu. Kaguya mencoba menghindar dengan memalingkan wajahnya dari Tony.
"Aku tidak memiliki kehendak untuk itu, Tony-san. Master pun tidak memberikan titah padaku untuk mengganggu mobilitas mereka, apalagi sampai melakukan apa yang Tony-san katakan."
Tanpa diduga, Tony memunculkan buku terkutuknya dari balik distorsi yang muncul disebelahnya, lalu mulai memberikan ancaman.
"Yah, lagipula Master tidak akan tahu bila ada pertarungan disini, bukan? Jika kau mati, maka aku tinggal memberitahukan bahwa kau telah dikalahkan oleh Yang Terpilih."
"Seperti yang diharapkan dari kontraktor Anubis, sangat berlawanan dengan Sang Rembulan Suci."
Ledakan kekuatan menyeruak dari tubuh Tony, buku miliknya pun mengeluarkan auranya, ungu kehitaman... Kaguya pun mulai merapalkan mantra untuk membuat daya tempurnya naik. Sinar-sinar putih namun berdampak kerusakan mulai muncul, bertabrakan dengan aura milik Tony. Seperti air dengan minyak.
Tabrakan aura tersebut menimbulkan getaran seperti gempa karena kekuatan yang dihasilkan begitu besar, hingga terasa berkilometer jauhnya.
Getaran itu dan juga medan portal pertarungan terasa sampai ke posisi Venzo dan kawan-kawan yang langsung mengarahkan pandangannya ke sumber dentuman, disana sudah muncul sebuah kubah transparan-- tanda bahwa sebuah pertarungan terjadi.
"Siapa yang bertarung di tempat seperti ini?"
Venzo yang melayangkan pertanyaan tersebut, disusul oleh pendapat dari kawan-kawannya.
KAMU SEDANG MEMBACA
World Of Imagination Arc 1 - Destiny [RANDOM TIME UPDATE]
Science FictionIndonesian Light Novel Original Title : 想像の世界 (Sōzō no Sekai) Highest Rank : #3 In Science Fiction (13 Agustus 2016) (Sebelum Remake) Genre : Action-Adventure, Fantasy, Sci-fi, School, Slice of Life, Comedy, Romance, Ecchi, Superpower Disclaimer : F...