Volume 03 Imagine 09 - Yang Terpilih

107 10 2
                                    

"Jadi, apa alasan kami sehingga dipanggil dari sekian milyar, bahkan triliunan manusia di Bumi?"

Kazura, dengan rambutnya yang tetap acak-acakan, dan kini berpenampilan seragam, bertanya pada Sakamichi Misaka selaku Ketua Divisi Teknologi di tempat ini. Aku--Ryuichi Venzo, bersama Izano dan Rinjou mendengarkan jawabannya dengan seksama, disamping mengamati lekuk tubuhnya yang luar biasa--lupakan itu!

"Dikarenakan batasan waktu yang diberikan oleh teroris antar galaksi tidaklah lama, kami semua memutuskan untuk memanggil paksa kalian menggunakan mesin ini..."

Dia memperlihatkan sebuah benda besar dari hologram yang muncul di tengah meja kami memulai rapat darurat--katanya, dengan para gadis dari Divisi Kedisiplinan yang mengawasi kami apabila kami mengambil gerakan yang percuma disini... Wajar saja, mereka 'kan Divisi Kedisiplinan, maka sudah menjadi tugas mereka untuk mendisiplinkan pendatang baru seperti kami. Misaka-san pun melanjutkan.

"Dan kau, Ryuichi Venzo--adalah kandidat utama karena sebelumnya kau memiliki hubungan dengan Perdana Menteri Experian juga anak perempuannya..."

Hah? Aku? Hubungan apa yang dimaksud?

...

Ketika aku kembali mengarahkan pandanganku kearah gadis yang dimaksud, rasa sakit di kepalaku mulai kambuh--seperti ada yang mencegahku untuk mengingatnya kembali. Aku mengaduh sembari memegangi kepalaku.

Tak lama, sosok yang disebutkan datang. Beliau adalah sosok pria paruh baya dengan pakaian elitnya memasuki ruangan lalu meminta maaf.

"Maafkan aku, Ryuichi. Sepertinya segel ingatan yang kuberikan padamu belum terlepas sepenuhnya... Aku akan melepasnya sekarang..."

Dengan sentuhan di kepalaku, jarinya bersinar. Entah apa yang dia rapalkan, tapi sakitnya berangsur pulih--aku dapat melihat beberapa ingatan tentang gadis itu...

Bagaimana kami bertemu...

Bagaimana kami bermain bersama...

Bagaimana kami berpisah...

Semua terlihat seperti sebuah rekaman yang diputar ulang di otakku.

Senyumnya, tangisnya, wajah cemberutnya, ekspresi sedihnya, melekat erat...

Entah mengapa, air mataku menetes tiba-tiba... Dengan mata yang berair dan mengekspresikan keterkejutan, aku berkata...

"Ruru... senpai..."

Dia terlihat sedih melihatku sekarang--Ah, apa yang terjadi? Ini seperti aku baru menemukan sesuatu yang hilang, bukan? Lalu, kenapa mataku basah? Apakah ada yang salah?

"Venzo-kun..."

"Aku benar-benar minta maaf, Venzo... Aku menyadari apa yang kulakukan dulu adalah salah... Oleh sebab itu, aku memanggilmu beserta teman-temanmu kemari, juga untuk mengembalikan semua ingatanmu tentang kami..."

Ah, kenapa kau meminta maaf? Sial, dadaku terasa semakin sesak, tahu!?

Aku bergegas meninggalkan tempat itu tanpa berpikir apakag aku tahu letak toilet disini atau tidak.

"Maaf, aku ingin keluar sebentar..."

Rasa ini terlalu mendadak!
Terlalu menyakitkan untukku!

Kuhapus air mataku lalu pergi dari ruangan itu, bahkan aku tak mempedulikan siapapun yang memanggilku agar kembali.

"Venzo-kun!"
"Venzo!"

Sementara itu, sebuah suara yang menjauh terdengar bijak.

"Biarkan dia sendiri dulu untuk saat ini. Terkadang, pria memerlukan waktu untuk memikirkan sendiri, bukan?"

Aku tahu, Kazura! Aku ingin sendiri dulu untuk sementara, memikirkan apa yang terjadi, dan menerima semuanya!

Menemukan tempat yang tepat untukku, yakni atap gedung--aku mendiamkan diriku disana, melarutkan perasaanku pada langit biru yang cerah dengan sinar bintang yang mulai hangat. Entah kenapa, air mataku ini tak berhenti menetes--seperti ada lubang besar yang muncul dalam hatiku...

Rasa itu masih datang meskipun tiba-tiba saja--

Langit biru berubah menjadi awan kelabu lalu menghitam, memunculkan sosok banyak orang dari langit dengan jubah...
Dibalik mereka, aku merasakan hawa menakutkan, hampir sama seperti hawa Lucifer dulu- Mungkin tidak, yang ini sedikit dibawahnya...

"Oya oya, apakah ini salah satu dari Yang Tepilih itu?"

Sorot mata dari masing-masing mereka bervariasi, mulai dari rasa jijik, meremehkan, sedikit tertarik, maupun sorot mata datar... Aku tidak tahu pasti siapa saja mereka, mereka hanyalah orang asing, namun aura yang kurasakan dari salah satunya- Aura permusuhan.

Aku mencoba menghapus air mataku, lalu bertanya.

"Siapa kalian?"

Dari balik barisan orang berjubah di langit yang lebih dari 20 orang itu, salah satunya maju ke depan...
Sosok bertubuh tegap dengan rambut putih yang nampaknya bukan tanda-tanda penuaan, mengenakan jas layaknya seorang peneliti namun berwarna hitam gelap, dengan pupil matanya yang berwarna hijau muda, menyampaikan sesuatu yang memperjelas jawaban atas pertanyaanku.

"Sungguh suatu kehormatan atas kau, Yang Terpilih. Perkenalkan, aku adalah Hirohito Hiroshi, kepala organisasi Dark Mind- Mengatasnamakan perlawanan terhadap Imaginer Experian, dan akan menerapkan ajaran baru dalam dunia Imaginer."

Dia menjelaskannya sembari membungkukkan badannya kearahku, seperti salam orang-orang elit untuk orang yang dihormati. Itu hanya membuatku heran, karena aku hanyalah manusia normal. Kemudian dia melanjutkannya.

"Dan mereka adalah tangan kananku, Pasukan Elit--Twenty Two Legendary Arcane."

Kedengarannya mereka tak sekedar misterius, tapi juga berbahaya dari sudut pandang nama...
Apa yang harus kulakukan? Kenapa aku malah bertemu orang berbahaya di awal aku berpindah tempat? Sedangkan aku tidak mempunyai pengalaman apa-apa disini! Apa aku akan mati?

"Tenang saja. Ini hanyalah sambutan dari kami, Organisasi Dark Mind." Ungkapnya sembari menyunggingkan senyum. Sambutan? Apa maksudmu? Agar aku mengetahui lawanku selanjutnya?

"Mungkin sampai disini dulu, lain kali kita pasti akan bertemu lagi di tempat yang berbeda. Aku tidak sabar menunggu bagaimana Yang Terpilih memilih jalannya sebagai Imaginer..."

Asap hitam mengepul dari bawah jasnya, menyelubungi mereka, dan kemudian hilang begitu saja tertiup angin. Apa itu jenis kekuatan melenyapkan diri terbaru?

Sebelum benar-benar menghilang, salah satu dari mereka menyampaikan sebuah bisikan.

"Ryuichi Venzo... ya? Terrdengar tidak asing bagiku. Tidak terlalu penting-- tapi akan kuingat itu..."

Siapa dia? Apakah aku mengenalnya?

Keributan pun datang dari balik pintu menuju atap gedung-- bahkan beberapa pasukan keamanan beserta para petinggi kota Imaginarian berbondong-bondong menanyaiku.

"Apakah Hiroshi baru saja kemari? Laboratorium menangkap sinyal darurat dari atas atap!"
"Sterilisasi tempat ini!"

Begitulah perintah yang kudengar, bahkan aku tak tahu untuk apa perintah itu berhubung tidak ada penyerangan berarti.

World Of Imagination Arc 1 - Destiny [RANDOM TIME UPDATE]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang