Meskipun Ryuichi Venzo melihat keadaan Ayame yang baik-baik saja, terkadang dia menemukan beberapa dari ekspresi teman kecilnya itu yang menunjukkan kekhawatiran.
"Venzo-kun... Sebenarnya, aku..."
Tiba-tiba saja Ayame bergerak seakan ingin membuka pakaiannya sendiri sembari menahan malu, namun Venzo menahannya.
"T-Tolong jangan disini... Ini tempat umum, Ayame... Setidaknya, cari tempat yang lebih sepi..."
Mendengar usulan Venzo, dia mengangguk setuju. Mereka berdua berpindah ke tempat lain yang lebih sepi. Tidak lagi di padang rumput yang luas, karena itu bisa saja digunakan orang lain untuk sekedar lewat ataupun menikmati semilir angin disitu.
Mereka berdua mulai memasuki daerah hutan perbukitan dekat kota. Venzo merasakan tidak ada yang berubah disekitar situ, kecuali jalan setapak yang semakin terlihat lebar.
Memandangi sekitar, tempat yang memberikan kesan nostalgia dirasakan Venzo, dan ditanggapi oleh Ayame.
"Dulu, kita sering bermain disini, kan?"
Venzo mengangguk, serasa ingatannya mulai berputar lagi menuju ingatan 3 tahun yang lalu...
Sebelum dia pergi ke Shinjuku...
"Nee, Venzo-kun..."
"Hmm?"Dua insan berlawanan jenis yang sedang menikmati semilir angin di bukit dekat kota sepulang sekolah, berbaring sambil memandangi langit sore. Mereka berdua adalah Venzo dan Ayame, yang duduk di bangku SMP.
"Apa kau berencana untuk pergi dari kota ini?"
Wajahnya kesulitan mengekspresikan antara kebohongan ataupun kejujuran. Antara ingin tertawa untuk memberikan respon candaan, maupun sedih untuk memberikan respon yang nyata. Seperti sebuah rantai sedang mengikat batang tenggorokannya hingga dia tidak bisa berkata apapun soal itu.
Ayame yang berbaring di dekatnya mencoba mengetahui informasi tersebut dengan mendekatinya lebih lagi.
Yang jelas, itu membuat Venzo yang telah menginjak umur belasan tahun itu kelabakan.
"A-Ayame...!"
"Ada apa?"
"I-Itu..."Fokus matanya pun berpindah-pindah, ditambah suasana sepi, pikiran Venzo semakin runyam.
Seragam sekolah yang terlihat sedikit terbuka menambah suhu tubuh Venzo meskipun hari tidak terlalu panas.
Sembari membuang muka, Venzo mengingatkan Ayame yang berada di dekatnya.
"Aku ini kan laki-laki, kau juga perempuan... A-Apa kau tidak malu?"
Sekilas, Ayame langsung bangkit, memasang posisi duduk dengan arah muka yang berlawanan dari Venzo dan bergumam.
"Venzo-kun... bodoh..."
Meskipun lirih, Venzo mengerti maksud dari ekspresi dan tindakan tiba-tiba itu, lalu membuang nafas pelan.
"Bukannya aku tidak peka... Aku tahu kita ini sangat dekat, bahkan banyak teman kita yang menganggap kita memiliki hubungan spesial. Aku pun tidak mempermasalahkan itu jika kau juga tidak terganggu tentang pendapat teman-teman kita..."
"Lalu, apa yang membuatmu-"Sekejap, saat Ayame berbalik karena ingin mempertanyakan masalah Venzo, dengan cepat Venzo menyentuh bibir Ayame menggunakan jari telunjuknya, membuat Ayame terkejut.
"Jika kau memang memiliki perasaan terhadapku, maka aku tidak punya alasan untuk menolak."
Itulah apa yang dikatakan Venzo, sembari tersenyum cerah. Kata-kata yang jelas digunakan oleh calon raja harem. Maaf, sepertinya bukan...
KAMU SEDANG MEMBACA
World Of Imagination Arc 1 - Destiny [RANDOM TIME UPDATE]
Science FictionIndonesian Light Novel Original Title : 想像の世界 (Sōzō no Sekai) Highest Rank : #3 In Science Fiction (13 Agustus 2016) (Sebelum Remake) Genre : Action-Adventure, Fantasy, Sci-fi, School, Slice of Life, Comedy, Romance, Ecchi, Superpower Disclaimer : F...