Aku rasa hak penuh atas kamarku itu akan tetap aku dapatkan dengan dalih ada kamar Musthafa juga di dalamnya. Namun, ternyata aku salah besar!
Bahkan Akbar sendiri yang menyuruh semua pelayan untuk mengemasi barang-barangku dan memindahkannya ke kamar sebelah, yang jauh lebih sempit dari kamarku. Dan kamar Mustafa tetap di sana. Dengan kata lain, Ajeng menjadi ibu pengganti untuk bayiku. Sial!
Aku sempat memberontak bahkan berteriak marah di depan Akbar yang jelas-jelas tengah melanggar privasiku.
Dan kalian tau, apa yang ia katakan?
"Jika ada yang lebih pantas menempati kamar itu, kenapa tidak? Aku rasa bukan kau yang selama ini pantas untuk kamar itu!"
Dan kalimat yang keluar dari mulutnya dengan dingin dan pedas itu cukup membuatku tertohok. Aku merasakan sayatan luka tak berbentuk yang tergores dalam hatiku. Dan itu tidak baik-baik saja.
"Apa sebenarnya maksudmu melakukan ini semua, Akbar?"
"Apa maksudku? Kenapa kau bertanya?"
Aku berdecih. "Ini bukan lelucon!"
"Dengar, Hanum ...." kata Akbar dengan lirih, ia lalu mendekatkan dirinya denganku hingga membuatku terkunci di sudut dinding dengan kedua tangan yang sengaja ia tekan ke belakang dengan kuat.
"Bukankah kau membenciku? Lalu untuk apa aku tetap tinggal bersama perempuan yang tak bisa memberiku kebahagiaan? Aku memiliki hak untuk menikah kembali dengan seorang gadis yang jauh lebih menggoda dari pada dirimu."
Ucapan Akbar itu membuatku mematung, tatapan kami bertemu, namun sama sekali bukan tatapan saling kasih mengasihi seperti sebelum-sebelumnya.
"Tutup mulut kotormu itu dan hentikan drama ini. Sekarang! Apakah kau lupa akan Musthafa? Huh?!"
"Tidak. Aku tidak pernah melupakan putra kesayanganku sama sekali. Dan aku rasa, ia akan mendapatkan ibu baru yang jauh lebih baik dari pada dirimu."
"Omong kosong!"
"Jangan berani menyentuh Ajeng dan memperlakukannya seperti gadis lain yang dulu pernah kubawa kemari, Hanum. Ingat ini baik-baik."
Akbar mengancamku dengan suara dingin dan menusuknya. Itu tidak membuatku gentar, tetapi, ada gelenyar aneh yang menjalari dadaku.
Aku melepaskan tekanan tangannya padaku lalu balik menatapnya dengan sama tajam dan penuh ancaman.
"Dan ingat ini juga baik-baik, Akbar. Aku, Hanum Wijaya Setyaningrum, tidak pernah mau tertindas. Dengan alasan apapun dan keadaan apapun."
Setelah mengucapkan itu aku mendorong tubuh Akbar menjauh dan berniat bergegas pergi dari hadapannya. Tapi dia mencegatku dengan mencekal pergelangan tanganku kuat hingga membuatku meringis kesakitan.
Akbar kembali membuatku terkunci dalam tubuh kekarnya itu. Meskipun aku mencoba memberontak sekuat tenaga, ia tetap tidak melepaskan aku.
"Apapun yang akan kau lakukan, aku tetap bersama Ajeng. Dan kau sekarang tidak memiliki kendali lebih untuk itu, Hanum."
"Katakan saja bahwa benar, dulu aku sering membawa mainan baru kemari. Dan itu memang benar hanya sebatas untuk mainan. Tapi tidak untuk Ajeng. Dia ...." Akbar menggantungkan kalimatnya, membuatku menahan napas untuk beberapa saat dengan debaran jantung yang tidak karuan.
Dan aku membenci situasi ini. Saat mataku tidak bisa diajak bekerja sama. Dengan angkuhnya satu buliran bening itu lolos melewati pipiku setelah kalimat selanjutnya mencuak begitu saja dari bibir Akbar.
"Istimewa. Dan aku mencintainya."
****
Halaah!
KAMU SEDANG MEMBACA
Setyaningrum (Be The Queen in My Palace)
FantasyCOMPLETED ✅ Romance-Mysteri-Fantasy [Silahkan follow terlebih dulu] Seorang gadis dewasa yang tangguh dan pemberani seperti Hanum sebenarnya paling enggan menikah. Apa enaknya? Ribet! Hanum ingin menjadi wanita yang mandiri dan bebas. Ia ingin berke...