Chapter 37

395 35 8
                                    

Aku sama sekali tidak tau apa yang sebenarnya ada dalam otak Akbar saat ini. Apa maksudnya membawa gadis bernama Ajeng itu kemari?

Mungkin, aku rasa niatnya adalah sama seperti awal saat aku tinggal di dalam istana ini. Membuatku cemburu? Dengan membawa banyak mainan baru ke sini.

Apakah aku harus menyematkan gelar buaya cap kadal lagi padanya? Huh! Benar-benar meresahkan!

Namun, kurasa lebih dari itu. Ada yang tidak beres di sini. Dulu, meskipun banyak sekali perempuan jajanan yang Akbar bawa ke istana, tidak lebih dari sehari mereka menginjak lantai marmer istana ini. Namun, Ajeng berbeda.

Ia tinggal di sini! Astaga! Drama semacam apa lagi ini sebenarnya?

Itu membuatku cukup resah, mengingat masih ada seorang yang ingin aku ketahui keberadaannya. Iya, orang yang memataiku beberapa Minggu ini. Dan sekarang ditambah masalah baru lagi mengenai perempuan bernama Ajeng itu.

"Hallo Ratu Pertama!" sapa Ajeng saat melihatku menuruni tangga menuju meja makan. Ck! Lihat saja sekarang, dia bahkan sudah duduk manis bersama Akbar secara berhadap hadapan di meja makan.

Tunggu sebentar, dia menduduki kursiku!

Setelah dekat dengan meja makan, aku menatapnya intens. Memberinya instruksi sekaligus ancaman bahwa segera mungkin segera beralih dari kursi yang ia tempati. Dan sepertinya dia mengerti arti tatapanku.

"Ah, Ratu Pertama. Maafkan aku, tapi Raja sendiri yang memintaku untuk duduk di sini," kata Ajeng dengan riang sambil menatap Akbar. Meminta pembenaran atas ucapannya.

Tatapanku beralih pada Akbar, dan Akbar ... astaga! Dia kembali berekspresi seperti satu setengah tahun lalu. Saat masih awal pertama kami menikah dan belum sama sekali saling menjamah.

Akbar menyunggingkan senyum tipis dan tanpa berkata-kata kembali menikmati sarapannya. Seperti tidak menganggap kehadiranku sama sekali.

Baik. Aku ikuti permainan ini. Kita lihat, seberapa lama mereka akan membuatku kesal. Anggap saja ini seperti melatih kesabaranku.

Aku memilih mengalah lalu mengambil duduk di sebrang kursi yang jauh dari kedua manusia menyebalkan ini. Tidak salah bukan aku menyebut mereka manusia menyebalkan?

Ketika aku meminta sandwich, Akbar mencegah pelayan untuk melayaniku.

"Apa maksudmu?" tukasku. Merasa kesal karena ia tak membiarkan seorang pelayan melakukan tugasnya untukku.

"Keyli, kau layani Ajeng terlebih dulu hingga sarapannya habis. Baru setelah itu kau boleh melayaninya," katanya dengan dingin lalu melirikku sekilas.

Aku mendengkus sebal. Lalu meminta pelayan lain untuk melayaniku. Tapi Akbar melakukan hal yang sama.

"Tidak boleh ada yang memprioritaskannya ketika ada Ajeng di sini."

"Shit!"

Apa maksudnya ini semua? Aku Ratu di sini. Dan Akbar membuatku seakan seperti tamu yang harus tunduk kepada Raja dan Ratu—barunya— itu.

Sinting!

Aku membanting sendok dan garpu tepat di atas piring kaca hingga menimbulkan suara keras. Moodku untuk sarapan sudah hilang sekarang! Aku memilih kembali ke kamar lalu menutup pintu hingga berdebum keras.

Ini hari pertama Ajeng tinggal di sini, dan ia sudah membuat moodku berantakan!

****

"Akbar, apakah gaun ini cocok untukku?" tanya Ajeng dengan mematutkan gaun berwarna biru navy ke tubuh langsingnya.

"Kau terlihat cantik memakai gaun apapun," pujinya.

"Ah benarkah? Senang sekali mendengar itu." Wanita belia itu tersipu sejenak. Riang gembira setelahnya.

Ajeng lalu meminta beberapa gaun lain yang ia pesan kepada penjual yang datang ke istana. Bibir kecil dan ranum itu mengembang bersamaan dengan rangkulan di sisi kanannya.

Rambutnya yang pendek bergerak ke kiri dan kanan dengan riang karna si empu begitu gembira dan memeluk sang Raja.

"Sepertinya keputusanku menjadi Ratu kedua tidak buruk."

Sementara itu, Hanum. Melihat dari lantai atas, memerhatikan dengan seksama bagaimana dua orang yang tanpa berdosanya melakukan banyak hal di istananya.

Akbar sempat mendongak, lalu mendapati tatapan tajam Hanum ke arahnya, namun ia hanya tersenyum tipis dan kembali merangkul Ajeng dengan mesra.

Hanum berdecih, ia memalingkan wajah lalu kembali ke kamar dengan perasaan yang sulit diartikan.

****

Ishh! Akbar ngerusak image sebagai suami idaman!

Setyaningrum (Be The Queen in My Palace)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang