Chapter 45

456 39 10
                                    

"Tidak ada yang salah dengan itu. Bukankah kau memilih berpisah dengan Akbar jika ia menikahi Ajeng? Lalu kau akan menikah denganku. Kita pergi dan membangun istana baru lalu hidup bahagia berdua."

Penjelasan dari Zidan itu membuat kepala Hanum semakin terasa pening. Masalahnya dengan Akbar belum terselesaikan, namun kini muncul perihal baru yang sama sekali tidak ia harapkan.

"Kau ini sebenarnya mabuk atau apa, hah?" geram Hanum.

Zidan lalu mendekat pada Hanum, membuat Hanum langsung mundur seketika.

Semakin dekat, namun kini Hanum mencoba mendorong tubuh kekar di depannya. Tetapi Zidan tak mau kalah. Ia terus mendekati Hanum hingga membuatnya tersudutkan pada ujung balkon.

"Aku telah menaruh hati padamu sejak benih dari kakak sepupuku itu masih bersarang di sini," lirihnya, lalu dengan lancang menyentuh perut datar Hanum. Membuat Hanum mendorong kuat tubuh di depannya hingga ia bisa terlepas.

Napas Hanum tersengal. Darahnya kembali mendidih sekarang.

"Berani sekali kau mencoba menyentuhku!" bentaknya.

"Haha. Sikapmu ini membuatku semakin mencintaimu, Hanum," kata Zidan dengan santainya. Ia bahkan memandang Hanum dengan tatapan penuh kasih yang terselubung.

"Tutup mulut kotormu itu!"

Zidan membuang napas pendek lalu berdecak-decak kecil.

"Oh Hanum." Ia kembali mendekati Hanum, berniat membelai pipi perempuan itu, tapi langsung ditepis kasar oleh Hanum.

"Apakah kau tidak pernah menyadari keberadaanku di dekatmu hmm? Selama ini kau terlalu dibutakan oleh cinta palsunya Akbar rupanya."

"Apa maksudmu?"

"Ehm, seperti ada seseorang yang sering membuntutimu semisalnya."

Hanum mendelik. Jadi, selama ini?

"Kau?!"

"Dan juga ...."

"Apa?"

"Seseorang yang mengintipmu di ruang pemandian waktu itu," bisik Zidan di telinga Hanum membuat Hanum seketika meremang.

"Kau benar-benar—"

"Tubuhmu itu sangat indah, Hanum. Beruntung sekali Akbar pernah menjamahnya. Aku jadi ingin ikut memasukimu."

Plaak

"Laki-laki sinting! Tidak waras!"

Hanum kehilangan kendali, ia menampar pipi kanan Zidan dengan penuh amarah. Hingga tangannya kini bergetar.

Sekarang Hanum mengerti, siapa yang selama ini sering membuntutinya, bahkan berulang kali menelisik ke ruang pribadinya.

Zidan meringis lalu menyunggingkan tawa. Ia mengelap bercak darah di sudut bibirnya dengan menggunakan ibu jari.

"Tak perlu marah, sayangku. Lihatlah suamimu di sana, ia sedang meniduri perempuan lain. Jadi, dari pada kau menangisinya sendiri di sini. Akan lebih baik jika kau juga melakukan itu denganku. Adil bukan?"

Hanum menggertakkan giginya. Ia menatap tajam Zidan dengan tangan terkepal.

"Aku bukan manusia hina seperti itu!"

"Jangan menolakku, Hanum. Banyak perempuan di luar sana yang bahkan mengantri untuk kutiduri."

"I am not a bitch!"

"Iya-iya baiklah. Itu yang membuatku menyukaimu. Selain cantik dan juga, ehm ... menggoda. Kau juga sangat arogan. Tak sembarang pria bisa dekat denganmu. Bahkan aku dengar, Akbar bisa menghamilimu karna ia memaksamu menelan pil. Benar begitu bukan?"

"Itu bukan urusanmu!" tukas Hanum.

"Haha. Hanum-Hanum. Lupakan saja Akbar mulai sekarang. Lalu menikahlah denganku."

Hanum membuang napas kasar. Ia mendekat lalu menuding pria itu dengan sorot mata tajam dan napas yang memburu hebat.

"Ternyata kau tak lebih sinting dari sepupumu!"

"Dengar ini baik-baik. Jangan pernah lagi mencoba menggangguku! Jangan coba-coba bersikap kurang ajar padaku. Karena asal kau tau, aku bisa berubah menjadi Dewi Kematian kapan saja!"

Setelah mengucapkan itu, Hanum cepat-cepat pergi dari hadapan Zidan yang masih saja menatapnya dengan menyunggingkan senyum. Sama sekali tidak takut dengan ancaman yang baru saja Hanum lontarkan. Ia bahkan merasa tekadnya semakin kuat untuk mendapatkan Hanum.

"Kau sangat bodoh menyia-nyiakan perempuan sepertinya, Akbar."

****

Zidan bukan penyelamat~
Justru penambah beban baru bagi Hanum.

Di part selanjutnya akan dijelaskan asal mula Zidan bisa tinggal di istana dan sejak kapan ia mulai menyukai Hanum.

Tunggu, ya!

Jangan lupa vote dan spam komen supaya makin rame 🔥

Setyaningrum (Be The Queen in My Palace)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang