Chapter 67

313 30 0
                                    

"Kau punya berapa Ibu, Akbar?" Hanum mengulangi pertanyaannya karena tidak mendapat respon apa-apa dari Akbar.

Akbar masih diam. Hanum dengan sabar menunggu.

Sepersekian detik.

"Hanum," ujarnya pelan. Lebih terkesan berbisik. Seakan tak ingin ada orang lain yang mendengar percakapan mereka berdua.

Hanum mendekati Akbar, lalu kedua matanya menatap dalam. Mencari-cari jawaban yang barangkali tidak perlu diucapkan dengan kata-kata.

"Kau menyimpan banyak rahasia." Hanum berkata lirih. Ia dapat melihat bagaimana reaksi Akbar yang tak mau menatap balik kedua manik matanya.

Akbar terlihat memejamkan matanya sesaat lalu menghela napas pelan setelahnya.

"Nanti malam, jam dua belas. Kita bicara di puncak tertinggi istana. Hanya kau dan aku."

Hanum diam di tempat. Akbar sudah berlalu dari hadapannya.

Berbicara di puncak istana? Dengan hanya mereka berdua? Tidak salah lagi, ada hal serius dan benar-benar rahasia yang ingin Akbar katakan kepada Hanum.

"Sebenarnya, rahasia apa yang selama ini tersembunyi di sini?" Hanum berkata pelan, bermonolog dengan dirinya sendiri.

Pertanyaannya hanya mengudara. Dijawab oleh keheningan yang tiba-tiba muncul di sekitarnya.

Seleranya untuk melanjutkan acara memasaknya tidak lagi ada.

Ibu satu anak itu melirik jam dinding besar yang tergantung di sisi kanan dapur. Masih beberapa jam lagi menuju waktu yang Akbar sebutkan tadi. Rasa-rasanya Hanum ingin terbang ke waktu itu saat ini juga.

****

"Alsava, aku ada perlu sebentar dengan Raja. Ini hal yang sangat penting, dan aku akan kembali cukup lama. Maka dari itu, jagalah Musthafa sebaik yang kau bisa." Hanum berpesan kepada pelayan pribadinya.

Alsava mengangguk patuh. "Segala perintah akan saya laksanakan dengan baik, Ratu."

"Dan jika ada yang mencariku, jangan katakan aku sedang bersama Raja. Aku tidak ingin sesiapa pun mengganggu kami."

Alsava lagi-lagi mengangguk patuh.

Hanum berdiri di depan kaca lalu merapikan gaun berwarna navy yang melekat di tubuhnya. Ia menghela napas pelan lalu mengepalkan kedua tangannya. Entah mengapa ia menjadi gugup saat ini.

Hanum menginginkan jawaban ini sudah lebih dari satu tahun lamanya. Selama itu ia bersabar akan jawaban dari teka-teki dan misteri yang bersamanya. Tidak ingin menimbulkan keretakan karna ketidaksabaran yang mengungkungnya.

Melihat jam dinding kamarnya. Lima menit lagi tepat pukul dua belas malam.

Hanum segera bergegas. Ia berjalan cepat keluar kamar lalu menuju lift khusus yang hanya diperuntukkan bagi penguasa istana itu sendiri.

Lantai empat puluh.

Pada puncak menara tertinggi.

****
Apa yang ingin Akbar katakan pada Hanum?

To be continued ....

Setyaningrum (Be The Queen in My Palace)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang