~Extra Chapter 3

465 29 17
                                    

Pagi itu pedesaan yang ditinggali Hanum terasa hangat. Selain karena cahaya matahari yang bersinar lembut, ada hal yang membuat Hanum lebih bahagia dari enam tahun terakhir tinggal di desa itu.

Kebun.

Sedari masih memiliki istana dulu, Hanum suka berkebun. Meskipun tidak sepenuhnya ia lakukan sendirian, ia suka menanami bibit bunga dan buah di pelataran istana. Setelah malam itu semuanya musnah, Hanum mendapatkan gantinya saat ini.

Lihatlah kebun dengan luas puluhan hektare itu, membentang luas dengan berbagai macam jenis buah, sayur, bunga, juga rempah-rempah dan obat-obatan.

Hanum meminta Akbar membuka lahan itu sedikit jauh dari rumahnya supaya Hanum bisa tetap menikmati harinya tanpa kebisingan apa-apa.

Di kebun itu dibangun perumahan pekerja. Ada ratusan orang yang bekerja setiap hari di sana. Selain juga membuka perkebunan, setahun terakhir Akbar mencoba memiliki perternakan, seperti sapi perah, ayam, bebek dan juga domba.

Tidak mudah awalnya, Akbar harus belajar banyak hal, karena sedari awal ia hanya tau caranya berkebun. Tetapi kerja kerasnya membuahkan hasil.

Meskipun belum sebanyak jumlah tanaman yang sudah ia panen, perternakan itu berjalan amat baik. Susu-susu dikirim ke pabrik untuk diolah, lusinan telur siap diproduksi, juga bulu-bulu domba yang dibeli oleh pemilik perusahaan kain wol.

Hanum paling suka mengunjungi kebun jeruk dan apel. Ia bisa menghabiskan waktu seharian untuk berkeliling kebun sembari membantu pekerjanya memetik buah yang siap panen. Strawberry merah ranum, anggur, buah berry, pir, sirsak. Perkebunan itu seperti surga tersendiri bagi Hanum.

Setiap hari puluhan truk mengangkut hasil panen. Hilir mudik pekerja membawa keranjang-keranjang besar berisi sayur-sayur segar, buah, telur, juga daging.

Mawar dengan berbagai rupa tampak indah ketika bermekaran. Harumnya semerbak. Jangan tanyakan bunga lain seperti tulip dan anggrek biru, itu terlihat begitu memesona.

Hanum sengaja juga menanam rempah-rempah. Beberapa waktu terakhir ia sedikit kesulitan ketika memasak sesuatu dan kehabisan bumbu dapur. Maka ia memutuskan akan menanam berbagai jenis bumbu dapur dan rempah di kebunnya. Kunyit, jahe, lengkuas, sereh, bawang.

Akbar sudah lama kembali mengontak perusahaannya, meskipun beberapa cabang juga mengalami hal serupa seperti istananya; diledakkan secara paksa. Namun, masih ada beberapa yang tersisa.

Tidak ada lagi yang perlu ditakutkan sekarang. Keluarga lama itu sudah seluruhnya musnah. Akbar bisa kembali memulai imperium bisnisnya. Bunga-bunga yang ditanam dikebun itu sebagian dapat diekstrak menjadi bahan utama parfume. Kali ini Hanum ikut terjun langsung ke dalam bisnis tersebut, meskipun melakukannya dari rumah.

Sepasang suami-istri itu sejatinya memulai banyak hal bukan untuk menimbun pundi-pundi uang, tapi untuk melanjutkan kembali misi lama mereka. Keuntungan yang didapatkan dari hasil kerja keras keduanya langsung dialirkan untuk kebutuhan sosial. Mereka menjadi donatur tetap di banyak pantai asuhan. Memastikan tidak ada tetangga yang kelaparan, juga berusaha mengurangi banyak pengangguran dengan menciptakan lapangan kerja di kebun puluhan hektare tersebut.

Jika mau, Akbar bisa kembali membangun istana yang baru, seperti istana yang dulu mereka tempati, tetapi Hanum menolaknya. Ia sekarang lebih mencintai rumah barunya, yang sederhana dan damai.

Mereka memang merenovasi rumah tersebut menjadi lebih luas dan nyaman, tapi tidak sebesar rumah elite pada umumnya. Hanum juga menolak asisten rumah tangga, cukup robot Bubunya itu yang menjadi temannya di rumah selama ini.

Bagi Hanum, suasana rumah yang damai tanpa bising lalu lalang orang terasa lebih menyejukkan. Ia juga bebas melakukan apa saja di sana. Tidak perlu repot-repot menjadi image di depan banyak orang, meskipun hanya sekadar pelayan seperti waktu di istana dulu.

Setyaningrum (Be The Queen in My Palace)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang