Tubuh yang tanpa busana itu menggeliat di balik selimut tebal. Pasangan suami istri yang baru saja bangun tersebut kemudian tersenyum bersama. Sang suami yang mendekap erat istrinya dari belakang membuat sang istri membalikkan badannya hingga bisa menghadap dengan suami.
Senyum keduanya tidak pudar. Masih melanjutkan dekapan mereka hingga satu jam kemudian tangis dari seorang bayi membuat keduanya tertawa kecil dan menghampiri si buah hati.
"Ada apa, Sayang? Kau tidak membiarkan Ayah dan Ibu berduaan lebih lama, ya?" Akbar menggendong Musthafa setelah berpakaian lengkap.
Hanum juga melakukan hal yang sama. Setelah siap berpakaian, ia mengambil alih Musthafa dan memberinya ASI. "Dia cemburu jika ibundanya lebih lama bersama Ayah."
"Haha. Kau sangat mencintai ibumu ternyata, Pangeran?'
"Tentu saja, Ayah. Siapa yang tidak mencintai wanita seperti ibu?' Hanum mengecilkan suaranya. Seakan mewakili Musthafa yang kini masih sibuk menyusu.
Akbar tertawa setelahnya lalu mendekap keduanya dengan sayang. "Kalian harta terbaik yang pernah aku miliki."
****
"Jadi hari ini kita membuat pancake?" Wajah Hanum cerah saat mendengar Akbar mengajaknya membuat pancake bersama."Kau menyukainya?" Akbar mengaduk adonan sembari sesekali melirik istrinya.
Hanum mengangguk dengan senyum yang tidak pudar. "Kau ingat? Dulu aku pernah merajuk saat kau tak mau membuat pancake bersamaku," adu Hanum. Bibirnya manyun, membuat Akbar gemas lalu mencubitnya.
"Haha. Waktu itu kau sedang hamil. Sangat sensitif. Seperti macan."
"Kau menyebalkan!" Lalu keduanya tertawa.
Usai tawa keduanya reda, Hanum meletakkan teflon kecil di atas kompor gas lalu menyalakan apinya.
Keduanya sibuk berkutat di dapur. Memasak banyak hal yang mereka sukai. Menghabiskan waktu untuk bercengkrama bersama. Tertawa, bercerita, berbagi banyak hal, sesekali juga saling belajar hal baru.
Setelah melalui dua tahun pernikahan. Kini tidak ada lagi rasa saling curiga maupun prasangka. Keduanya bahagia. Sangat bahagia karena kehidupan yang akhirnya terasa lengkap.
Apa lagi yang diinginkan sepasang suami istri selain keharmonisan rumah tangga yang paripurna? Mereka tinggal di istana, seluruh kebutuhan terpenuhi, berkuasa, saling mencintai, memiliki buah hati. Lengkap sudah kebahagiaan Akbar dan Hanum.
Apakah di antara kalian ada yang ingin bertukar posisi dengan keduanya?
"Akbar," panggil Hanum disela ia mengupas bawang putih untuk membuat sup kerang.
"Iya, Sayang," jawab Akbar setelah usai membersihkan cumi. Setelah mereka selesai memasak pancake dan roti isi, juga pizza, keduanya beralih mengolah seefood.
"Dari mana kau belajar memasak?"
"Dari ibu."
"Ibu?" Hanum mengernyitkan dahi lalu tangannya berhenti mengupas bawang. Seingatnya ibu mertuanya itu tidak mahir memasak. Saat berkunjung ke istana, ia bahkan mengatakan kepada Hanum bahwa setiap hari yang menyajikan makanan adalah koki di rumah mereka.
Ibu lebih suka bersih-bersih rumah dari pada memasak. Ibu kurang menyukai dapur.
"Ibu siapa?" Hanum kembali bertanya. Tidak puas dengan jawaban Akbar.
"Ibu kandungku."
Akbar yang kini melumuri cumi dengan bumbu saus tersebut tetap bersikap biasa. Tidak sadar dengan yang barusan ia katakan membuat Hanum mematung sesaat."I-ibu kandung?" Hanum membeo, lalu sedetik setelahnya menghadap lurus ke arah Akbar.
"Kau punya berapa ibu, Akbar?" Suara tenang namun penuh keingintahuan itu kini membuat Akbar terhenti seketika. Ia diam membisu, seolah kelu dengan jawaban yang ingin ia lontarkan.
****
To be continued ....
Mau update lagi kapan nih?
KAMU SEDANG MEMBACA
Setyaningrum (Be The Queen in My Palace)
FantasyCOMPLETED ✅ Romance-Mysteri-Fantasy [Silahkan follow terlebih dulu] Seorang gadis dewasa yang tangguh dan pemberani seperti Hanum sebenarnya paling enggan menikah. Apa enaknya? Ribet! Hanum ingin menjadi wanita yang mandiri dan bebas. Ia ingin berke...