Chapter 59

411 44 1
                                    

Suara pecahan kaca yang baru saja dilempar dengan kursi itu terdengar nyaring di dalam ruangan kamar yang telah pengap oleh bau alkohol. Cahayanya minim, hanya lampu tidur yang sengaja dinyalakan oleh pemiliknya dua hari terakhir ini.

Botol minuman keras berserakan di mana-mana. Baju-baju kotor, robekan kertas, juga barang-barang yang pecah dan benda yang terguling ke segala arah. Tidak pada tempatnya.

Seorang pemuda dengan rambut awut-awutan, kantung mata tebal dan tatapan sayu itu masih saja meneguk minuman haram tanpa memperdulikan lagi keadaan dirinya. Tanpa makan dan minum maupun tidur. Ia terus mengerang dan berteriak marah.

"Sial kau, Akbar! Bajingan!"

Tepat ketika ia mengucapkan kalimat itu, pintu kamarnya dibuka secara paksa. Didobrak dengan amarah yang meletup-letup.

Akbar dan Hanum menghampiri Zidan dengan tatapan buas. Jangan tanya lagi apa yang terjadi setelahnya. Tanpa sempat Zidan menyadari keberadaan keduanya, Akbar terlebih dulu memukul rahang Zidan dengan kuat.

Zidan kehilangan keseimbangan lalu jatuh tersungkur. Sudut bibirnya berdarah. Pria itu mendongak, menatap Akbar dengan perasaan benci luar biasa. Ia ingin berdiri dan membalas pukulan Akbar, tapi Akbar terlebih dulu menghadiahinya bogem mentah. Disusul oleh tendangan dan pukulan bertubi-tubi di seluruh tubuh Zidan.

"Beraninya kau memata-matai Hanum selama ini!"

Bugh!

"Berani sekali kau coba mendekati istriku hah?!"

Bugh!

"Di mana otakmu saat mencoba menyentuh Hanumku?"

Bugh!

"Apa kau lupa siapa aku? Aku sepupumu bodoh!"

Bugh!

Dengan wajah yang masih merah padam, Akbar memberi pukulan kepada Zidan dengan brutal. Napasnya terengah-engah dengan rahang yang masih mengeras.

Ia ingin kembali memukul Zidan, tapi pria yang telah lemah tak berdaya itu justru tertawa sinis. Membuat Akbar menghentikan kepalan tangannya yang sudah melayang di udara.

"Hanya segitu kemampuanmu?" Zidan tersenyum kecut lalu mencoba berdiri meskipun sempoyongan. Kedua mata Akbar tak berhenti menatapnya secara tajam. Masih ada kilatan amarah yang membara di dalam tatapan itu.

Zidan akhirnya berhasil berdiri lalu mengusap darah yang mengalir dari sudut bibirnya. Ia memandang Akbar dan kembali tersenyum kecut.

"Dasar tidak berguna!"

"Bajingan kau!" Zidan mengatai Akbar dengan desisan tajam dan tatapan penuh kebencian.

Akbar kembali memukul wajah Zidan. Dan pria itu tidak membalasnya.

"Kau yang bajingan! Tidak waras! Apa kau tidak punya malu dengan mendekati istri dari sepupumu sendiri? Kau ingin menghancurkan rumah tanggaku sial!" Akbar berteriak, ia mencengkeram kerah Zidan yang sudah terbaring lemah.

Zidan menepisnya kasar lalu dengan sisa kekuatannya mendorong Akbar hingga hampir terhuyung dan jatuh.

"IYA! AKU MEMANG TIDAK WARAS! AKU TIDAK WARAS KARNA HANUM! KARNA AKU MENCINTAINYA!" Zidan kini berteriak, napasnya terengah-engah. Pria itu mengatur napasnya sejenak dan kembali berucap yang membuat Akbar semakin berang.

"IYA AKU YANG SELAMA INI SERING MEMATA-MATAI HANUM! AKU YANG SELALU MENGINTAINYA DIAM-DIAM! KAU TAU KENAPA? KARNA AKU TERTARIK PADANYA! AKU MENYUKAINYA!"

"AKU SUDAH SANGAT SENANG MENDENGAR KABARMU YANG BERSELINGKUH DENGAN AJENG! AKU MEMILIKI BANYAK RENCANA UNTUK MENGHABISKAN HIDUPKU DENGAN HANUM!"

"TAPI RENCANA SIALMU ITU BENAR-BENAR KONYOL! KAU DAN AJENG TERNYATA  BERSAUDARA DAN HANYA BERPURA-PURA MELAKUKAN DRAMA BODOH ITU DI DEPANKU!"

Setyaningrum (Be The Queen in My Palace)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang