Chapter 58

398 43 0
                                    

"Kau yakin Kak Hanum akan melihat kita?" bisik Ajeng ketika mereka sedang menuruni tangga.

"Aku yakin. Aku tadi melihat Hanum keluar kamar."

Mereka lantas ke lantai bawah dan meletakkan botol kosong wisky dengan hati-hati. Ada beberapa botol yang sengaja di serak-serak. Membuat keadaan seolah-olah tengah mabuk berdua.

"Astaga, bagaimana caranya agar bisa jalan sempoyongan tanpa dibuat-buat?" Ajeng berkacak pinggang. Tidak mungkin kan dia harus benar-benar meminum itu hingga betulan mabuk. Ah, gadis itu gayanya saja yang seperti ratu pesta. Padahal belum pernah sama sekali menyentuh botol seperti itu.

Akbar juga berpikir cepat. Dia tidak mau melakukan kesalahan.

"Berputarlah beberapa kali, Ajeng!"

"Ha?"

"Berputarlah beberapa kali, dengan begitu kau akan pusing dan bisa jalan sempoyongan."

"Astaga. Merepotkan!"

Ajeng lalu berputar cepat di tempat, takut Hanum tiba-tiba muncul lalu tau. Ia juga meminta agar Akbar melakukan hal yang sama.

Kedua kakak beradik itu setelah berputar beberapa kali lalu bisa berjalan sempoyongan, mereka segera menaiki tangga dengan hati-hati. Keduanya melihat Hanum baru keluar dari balkon utama lantai dua, sedang menuju kamarnya.

Akbar dan Ajeng sengaja saling berangkulan untuk membuat Hanum semakin cemburu. Saat berputar tadi, Ajeng terlalu banyak berputar hingga menapak saja ia terasa sulit. Gadis itu tanpa sengaja menyenggol pot yang terbuat dari kaca di atas meja yang terletak di samping pintu masuk.

"Ajeng, apa yang kau lakukan." Akbar berbisik.

"Aku tidak sengaja."

Pecahan kaca itu berserak berhamburan hingga ke lorong-lorong.

"Kau sangat ceroboh! Bagaimana jika serpihan itu melukai Hanumku?" Akbar mendesis tajam di dekat Ajeng, yang dibalas desisan tak kalah tajam juga dari sang adik.

"Ini semua rencana bodohmu! Jika terjadi sesuatu kau yang bertanggung jawab!"

Gadis itu lalu cepat mengendalikan keadaan. Pura-pura acuh dengan pot yang hancur berserakan lalu melanjutkan rencananya.

Ajeng sengaja bergelayut manja di leher Akbar. Menahan jijik dan rasa ingin memukul kakaknya sendiri.

"Ini hal paling bodoh yang pernah aku lakukan."

"Diamlah dan teruskan tugasmu!"

"Awas saja jika semua ini gagal dan kau menyalahkan aku!"

"Diamlah Ajeng!"

Dari sudut pandang Hanum, Ajeng terlihat membisikkan sesuatu lalu membuat Akbar tertawa kecil. Padahal, kedua insan itu tengah berdebat kecil dan saling menyalahkan.

"Pura-puralah tertawa kecil seakan kita tengah bermesraan. Ah, aktingmu itu sangat payah!" Ajeng berbisik di telinga Akbar.

"Diamlah dan jangan banyak bicara!" Akbar lalu membelai pipi Ajeng dan menatapnya lamat-lamat seakan ia sangat bernafsu kepada gadis itu.

"Apakah kita akan melakukannya sekarang, Akbar?" tanya Ajeng dengan suara serak dan sedikit parau. Kedua kakak beradik itu sengaja meminum banyak es hingga membuat suara mereka sedikit serak. Ajeng mengatakan kalimat itu sedikit keras agar Hanum mendengarnya.

Setyaningrum (Be The Queen in My Palace)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang