CHAPT. 6

1.7K 212 0
                                    

Akhirnya perkuliahan semester ganjil mulai. Mahasiswa dan mahasiswi mulai bergeliat mengikuti perkuliahan. Awal-awal semester rata-rata masih pada semangat kuliahnya, kita tunggu pertengahan semester ketika tugas yang diberikan dosen sudah tidak manusiawi, bisa dipastikan wajah-wajah cantik dan ganteng merekapun akan kusut. Siang dipakai kuliah sedangkan malamnya dibuat untuk mengerjakan tugas. Tidak terkecuali ke 12 mahasiswa penghuni kostan Full House ini.

"Jin Tomang gue pinjem buku elo kek yang kemaren gue kirim fotonya lewat chat. Dibawa gak?" Irene sudah ada di depan Jin yang sedang duduk di lorong kampus bersama teman-temannya.

"kenapa gak di kost aja sih mintanya?" Jin lupa membawa buku yang dimaksud Irene masalahnya, lagian kenapa Irene tidak mengingatkannya di kost.

"ya gue kan berangkat pagi tadi lagian elo belom keluar kamar pas gue jalan." Irene sudah ikut duduk di sebelah Jin sambil menengadahkan tangan meminta bukunya.

"ya gue lupa bawa Rene. Elo juga gak chat gue ngingetin."

"Ya ampuun gimana dong? Gue perlu itu buku buat ngerjain tugas." Muka cemberut Irene sumpah bukannya bikin sebal malah terlihat lucu. Gadis berambut coklat gelap, lurus, tebal di bawah bahu yang dibiarkan tergerai menambah kesan imutnya. Riasannya juga hanya simple memakai bedak dan liptint warna merah muda yang terlihat natural.

"Rene, mulut jangan dimonyong-monyogin gitu lah..bikin gue mau cium aja." Kali ini teman Jin yang juga merupakan kating Irene juga, Suho, gemas dengan Irene.

"Kak Suho mulutnya disumpel pake kamus Bahasa Inggris mau?" Judesnya.

"Wooooww...Irene jutek juga ya, jadi tambah suka nih." Suho mulai mendekati duduk di sebelah Irene.

"Ngapain lu kak?", Irene malah mendekatkan duduknya ke Jin.

"sini deketan sama gue. Mau gue bantuin bikin tugas gak?" Suho mengerling genit.

Irene tidak nyaman akhirnya memutuskan untuk beranjak pergi ke perpustakaan.

"Gue cabut deh mau nyari di perpus aja.". Irene berjalan meninggalkan Jin dan Suho. Tetapi baru berapa langkah namanya dipanggil.

" RENE..tungguin.." Jin bangkit dari duduknya.

"ngapain?"

"ya udah ayok."

"kemana?" Irene bingung.

"lah katanya mau ke perpus?" Irene masih belum melangkah.

"ayook ke perpus, gue temenin nugasnya sekalian nyariin buku yang elo butuh." Jin sudah melangkah di depan Irene. Diam-diam Irene tersenyum di belakang Jin.

Sesampainya di perpustakaan, Jin dan Irene mencari buku yang dibutuhkan Irene di katalok online. Setelah dapat petunjuknya mereka menyerahkan kertas untuk meminjam buku tersebut ke pegawai perpustakaan. Tidak sampai 5 menit petugas perpustakaan menyerahkan 2 buku yang tebalnya sekitar 5cm.

Keadaan perpustakaan sepi hanya ada 2 orang yang sepertinya juga sedang mengerjakan tugas. Irene dan Jin memilih duduk di ujung.

"elo gak ada kuliah Jin?" bisik Irene.

"nanti jam 4." Berarti mereka ada waktu 2 jam

Sekitar 1 jam Irene dibantu Jin mengerjakan tugasnya, jangan ditanya bagaimana keadaan Irene. Sudah pasti senyum tidak pernah luntur dari bibirnya. Dia begitu senang, bukan hanya karena tugasnya sudah akan selesai tapi bisa berduaan dengan pujaan hati adalah momen langka baginya.

Tiba-tiba dari belakang ada yang menjawil pipi Irene.

"Jisooo.." yang dipanggil hanya cengengesan.

"ciyeee lagi berduaan aja nih." Jisoo yang membawa 2 buku sepertinya baru sampai perpustakaan.

"sendiri aja Chu?" Jin bertanya sambil memerhatikan Jisoo. Cantik batin Jin. Dengan hanya memakai celana jeans, kaos yang dilapisi cardigan warna biru terlihat sederhana tapi sangat cantik. Riasan juga hanya memakai bedak dan liptint orange muda serta rambut hitam lurus nya dibiarkan tergerai.

"iya."

"ya udah elo lanjut deh, nugas ya? Gue juga mau nugas...byeeee duo macan." Jisoo melambai dan segera meninggalkan Irene dan Jin menuju ke tempat duduknya di sisi belakang. Irene memperhatikan Jin yang mengikuti arah jalan Jisoo. Dia tersenyum getir.

"belum move on ya?" Tanya Irene sambil menutup laptopnya karena tugasnya sudah selesai.

"haah??..hahh??" Jin gelagapan.

"HAH HOH HAH HOH?"

"elo masih sayang sama Jisoo?" Irene coba menatap Jin, walaupun hatinya melarang menanyakan pertanyaan terlarang itu.

"keliatan ya Rene?" Jin menunduk dan tersenyum sedih.

"Tapi Jisoo mah udah move on lama..kayaknya emang pas kita pacaran dulu Jisoo gak pernah bener-bener suka sama gue deh."

"masa sih kok dia nerima elo?" Jin menghela napas.

"mungkin itu karena gue nembak dia di tengah-tengah kelasnya pas jam kosong, kasian sama gue kali kalo nolak. Takut gue malu." Ada raut sedih di wajah Jin. Jujur Irene menahan sakit hatinya mengetahui bahwa hati Jin masih ada terisi oleh masa lalunya. Tetapi Irene juga tidak tega melihat Jin yang sedih seperti ini.

"gue juga yang mutusin Rene, karena selama sama dia gue sadar kalo gue cinta sendiri. Jisoo bukannya gak baik. Dia berlaku selayaknya pacar kok. Tapi gue gak dapet feelnya. Dia ngelakuin itu seperti keharusan aja. Kita putus juga baik-baik, gue kira bisa cepet ngilangin perasaan ini tapi nyatanya belum bisa." Irene kaget juga Jin bisa bercerita gamblang seperti ini ke dia. Irene coba mengelus lengan Jin menguatkan.

"kalo jodoh enggak kemana kok?"

"elo enggak mau berjuang lagi?" Irene takut-takut bertanya. sebenarnya Irene juga takut dengan jawaban Jin, tetapi dia ingin tahu.

"enggak tau deh. Gue cuma pengen dia nyaman aja sama gue. Kalo gue maksain perasaan gue malah nanti dia ngejauh. Itu yang sangat gue hindari." Oh Tuhan Irene rasanya mau menghilang saja. Hatinya sudah sakit. Tapi dia masih bisa menahan air matanya. Irene memang juaranya berekspresi datar. Dia bisa menahan semua yang ada di hatinya. Jadi selama ini Jin menahan perasaannya ke Jisoo supaya dia tetap di dekat Jisoo. Irene bisa merasakan perasaan Jin yang besar dan tulus ke Jisoo.

"yang sabar ya Jin Tomang..semoga elo bisa berjodoh dengan siapapun dengan perasaan elo yang tulus ini." Irene memaksa senyumnya yang lucu sambil menunjukan giginya.

"udah yok gue traktir siomay sebagai ucapan terima kasih elo udah bantuin tugas gue sampe selesai." Irene mengajak Jin ke kantin, berjalan beriringan tanpa ada obrolan dengan perasaan dan pikiran masing-masing.

Full HouseTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang