CHAPT.21

1.6K 185 1
                                    

Lisa, Jungkook, Jimin dan Seulgi sudah menyelesaikan latihan mereka. Lisa merebahkan tubuhnya di lantai mukanya merah, napasnya tersenggal-sengal begitupun Jungkook. Kalau Jimin dan Seulgi sudah menyelesaikan daritadi karena insiden kaki terkilir Seulgi.

"Lis...muka lo merah banget...ini merah karena kecapean apa karena malu ngedance sama Jungkook tadi sedeket itu?" Jisoo terkekeh menggoda Lisa. Lisa melotot ke arah Jisoo.

"ngapain gue malu sama Jungkook? Yang ada dia tuh yang dagen-dagen ngedance sama gue." Bela Lisa,padahal tadi dia mati-matian menahan irama jantungnya yang tidak stabil.

"ngaku aja lo Lis? Deg-degan kan muka lo deket-deket sama cowok ganteng kayak gue?" Jungkook tambah menggoda Lisa.

"SORI! Anda siapa?" Lisa membuang muka.

"elo kali Kook? Yang terpesona sama Lisa." Seulgi ikut memana-manasi.

"iya lo Kook, kalo kata temen-temen gue dulu Lisa kayak barbie loh. Dia waktu SMA jadi inceran banyak cowok. Beruntung lo bisa deket-deket sama Lisa." Rose memang tidak tahu situasi. Ucapannya menyulut emosi Jungkook. Dia tidak suka Rose mengompori, apa Rose tidak tahu kalau dia yang Jungkook suka? Ini malah menyodorkan orang lain.

"diem aja Kook...hayoooo bener kan?? Lisa cantik kan?bentar lagi ada yang cinlok ngikutin jejak bang Jin sama Kak Irene nih heheee...." Lisa sudah tidak ada energi untuk membalas Rose. Jimin melirik Jungkook yang mukanya sudah merah menahan emosi. Rose...Rose terlalu polos memang.

"apaan sih siapa yang suka sama Lisa?" Jungkook mulai emosi.

"ya gapapa suka juga Kook kan Lisa single." Seulgi menambahkan, dia tidak sadar perbahan warna muka Jungkook.

"hayoooo Jungkook suka Lisa ya? Ciyeee..." Rose tambah-tambah.

"GUE BILANG GAK SUKA YA GAK SUKA!" yang ada di ruangan itu terperanjat.

"weets santai broooo..." Jisoo coba meredam.

"LISA BANGUN LO!" Lisa otomatis bangun dari tidurnya.

"denger ya gue gak suka sama Lo! Lagian kan kita dipilih buat ikut lomba bukan gue yang mau pasangan sama dia." Apa-apaan ini kenapa Lisa yang kena. Kesannya Lisa yang suka dengan Jungkook.

"elo ngapain bentak-bentak gue? Dari tadi gue diem ya." Lisa membela diri masih mencoba santai.

"eehh..udah..udah..kita cuma becanda kali Kook. Rose juga Cuma becanda iya kan?" Jimin coba menengahi, Rose yang takut hanya mengangguk.

"ya karena elo diem jadi kesannya gue suka sama elo." Jungkook mulai melantur.

"ck. Gue diem karena gue capek, lagian obrolan gini elo anggep serius. ELO YANG GILA!" Lisa sudah tidak bisa menahan emosi.

"kok elo ngatain gue gila Lis?" Jungkook melotot.

"ya elo pikir! Ngapain elo mati-matian bilang gak suka sama gue sedangkan kita disini ngobrol santai sambil bercanda...PIKIR!" telunjuk Lisa menunjuk kepalanya sendiri.

"kenapa elo yang heboh? Takut ada yang berpikiran elo beneran suka sama gue, IYA? Siapa? Elo takut ada yang salah paham kan? Siapa? Kak Jisoo? Kak Seulgi? Apa....ROSE?" skakmat Jungkook tidak bersuara.

"marah-marah gak jelas sampe bentak-bentak gue...elo pikir gue SEMENJIJIKAN itu sampe elo musti bikin PENGUMUMAN kalo ELO GAK SUKA SAMA GUE????" habis sudah kesabaran Lisa. Kalimat terakhir membuat semuanya terdiam. Lisa menyambar tasnya keluar membanting pintu. Jungkook merasa bersalah sudah keterlaluan dengan Lisa. Dia terdiam mencerna semua perkataan Lisa. Jungkook merasa bodoh.

Jisoo mencoba menenangkan Jungkook. Menepuk-nepuk pundaknya.

"maaf ya Kook kita bercanda kok, sori elo sama Lisa lagi capek jadi kepancing emosinya."

"Kook maafin gue juga ya." Seulgi menyesal.

"Jungkook maafin Rose ya udah becanda keterlaluan." Jungkook melirik Rose. Jimin hanya mengamati suasana.

"Kook...tapi ya kita gak nyangka respon lo begitu, kita beneran Cuma becanda apalagi Lisa daritadi diem aja. Keterlaluan sih menurut gue tadi elo ke Lisa. Nanti elo coba ngomong baik-baik ya sama Lisa." Jisoo menasehati dengan lembut sambil menepuk lengan Jungkook.

"pasti nanti kita bantuin kok." Rose menambahkan.

Jungkook merasa keterlaluan, kenapa dia bisa kelepasan emosi seperti itu. Ah dia akan bicara dengan Lisa nanti.

Sedangkan Lisa sudah keluar ruangan dengan mencoba menahan air mata yang jatuh tanpa permisi. Dia sangat sakit hati. Memangnya Lisa kenapa sampai Jungkook segitu tidak suka dengannya. Semenjijikan itu kah? Sejelek itukah?

Dan yang membuat hatinya lebih sakit karena Lisa sudah menyadari bahwa dia menyukai Jungkook.

"Jungkook sialan!!"

"kampreetttt!!!" Lisa menyeka kasar air mata yang sudah berjatuhan di pipi, menerjang orang-orang yang menghalangi jalannya, Lisa benar-benar marah.

***

Jennie berjalan atau hampir berlari karena Yoongi di belakang sudah mengejarnya. Tapi apesnya Yoongi berhasil menangkap lengan Jennie.

"Jen..." Yoongi dan Jennie sama-sama terengah-engah.

"Bang...sori gue ada urusan." Jennie mencoba melepaskan diri tapi Yoongi menahan.

"Jen...tolong dengerin sebentar aja." Yoongi memohon. Jennie ragu tapi akhirnya melunak.

Mereka sudah duduk bersebelahan di bangku taman.

"gue minta maaf banget Jen kemarin udah kasar sama elo." Yoongi coba menatap mata Jennie tapi Jennie menunduk menghindar.

"kan kemarin udah."

"gak. Elo belum denger penjelasan gue."

"penjelasan atau alasan?" Yoongi meraih tangan Jennie menggenggamnya erat.

"Jen...gue tau pasti elo berpikir gue menjadikan elo pelampiasan. Gue tau elo udah denger cerita gue sama Wendy. Sori kemarin gue memang gak bisa ngendaliin diri gue. Gue Cuma marah, segitu gak berharganya perasaan gue ke Wendy, dengan gampangnya dia ngelupain gue. Sedangkan gue...gue selama ini nyari dia, gue gak tenang karena gak tau kabar dia sama sekali. " Jennie masih setia mendengarkan.

"siapa sih yang bilang mudah menghapus perasaan, menghapus kenangan yang udah terjalin bertahun-tahun? Gak mudah buat gue Jen. Gue terpuruk Jen, gak ada semangat..Berat banget awal-awalnya. Tapi semenjak gue deket sama elo, hati gue mulai ada semangat lagi gak tau kenapa. Hidup gue mulai berwarna lagi." Yoongi lekat menatap Jennie, dan Jennie coba membalas tatapannya.

"bang Yoongi Cuma jadiin aku pelarian, bang Yoongi masih cinta sama Wendy, bang Yoongi gak...cinta sama aku." Jennie tidak sanggup sudah menangis.

"enggak Jen...gue butuh elo. Elo yang jadi penyemangat gue sekarang. Sejak kejadian kemarin gue kembali terpuruk Jen. Gue takut elo pergi. Gue takut kehilangan elo Jen." Mata Yoongi merah menahan tangisnya.

"gue gak bilang kalo gue udah jatuh cinta sama elo. Gue masih belum berani bilang ini cinta, tapi yang pasti Gue bahagia kalo deket elo Jen." Jennie menyeka air mata dipipinya.

"Jennie...Jennie sayang sama bang Yoongi..." tangisan Jennie tambah keras. Yoongi kelimpungan memeluk kepala Jennie.

"udah jangan nangis, gue minta maaf. Janji gue gak akan ulangin sikap kasar gue ya." Perasaan bersalah Yoongi ke Jennie bertambah besar. Jennie dengan beraninya mengungkapkan perasaannya. Itu membuktikan perasaan Jennie kepadanya sangat dalam.

Yoongi menangkup kepala Jennie.

"Jen..jangan nangis lagi, hati gue ikut sakit liat elo nangis." Jennie mengangguk dan dihadiahi Yoongi senyum manisnya.

Diujung jalan ada 2 pasang mata yang diam-diam memergoki pasangan tersebut. Taehyung dan Jimin terbengong-bengong melihat adegan itu. Taehyung sudah mengepalkan tangannya, matanya memancarkan kemarahan. Sedangkan Jimin menyadari sahabatnya sedang naik pitam coba meredam dengan menepuk-nepuk pundaknya.

"Tae...gak usah emosi. Minta penjelasan baik-baik sama mereka. Biar bagaimanapun mereka temen-temen kita."

Taehyung hanya terdiam menarik napas dalam dan menghembuskannya, dirinya coba meredakan emosi. Benar kata Jimin bang Yoongi sudah seperti kakaknya sendiri, dia harus bijaksana dan bisa menyelesaikan masalah ini baik-baik.

Full HouseTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang