Dari jauh Jimin melihat Rose mengobrol dengan pria jangkung berkemeja kotak-kotak yang membelakanginya. Jimin yang tadinya tidak mempedulikan mereka terpaksa membelok langkahnya dari tujuan awal. Rose terlihat tidak nyaman ngobrol dengan pria yang belum Jimin kenali karena wajahnya belum terlihat. Rose sudah mau beranjak tapi dihalangi langkahnya oleh pria tersebut.
"eettss...Rose ayok jadi gak?" Jimin sudah ada disebelah Rose inisiatif mengajaknya pergi, menggandeng lengan Rose. Rose yang memang lemot hanya terbengong-bengong tapi mulai mengikuti langkah Jimin.
"santai bro...gue cuma mau nanya sama dia." Pria jangkung itu ternyata Lee Taeyong dengan wajah datar. Ada apa dengannya dan Rose, bukannya dia menyukai Jisoo.
Jimin menarik bibir kanannya. "gue santai bro...permisi ya, yuk Se." Jimin dan Rose akhirnya bisa menjauh dari Taeyong.
"bang Jim...emang kita ada janji apa?" Jimin menggaruk kepalanya yang tidak gatal.
"Roseeee...tadi gue nyelametin elo dari Taeyong. Elo kenapa sama dia?" Rose mengerti sekarang. Jimin tidak sadar masih mengandeng lengan Rose.
"dia gak ngapa-ngapain gue kok...dia itu nanyain Kak Jisoo, dia kan tau kita satu kost. Karena beberapa hari ini chat sama telponnya gak direspon. Terus juga dia nanya-nanya gitu di kostan kan banyak cowok-cowok juga apa Jisoo ada hubungan dari salah satu kalian. Yaaahh pokoknya dia kepo banget deh." Jelas Rose, mereka sudah berjalan menuju kantin.
"kantin gapapa Se? ada kelas gak?" sebelum masuk Jimin bertanya dulu ke Rose.
"nanti kelas jam 2 bang." Jimin melihat jam tangannya yang masih menunjukan pukul 10.30.
"eh tapi nanti jam 11 kita mau ke ruang tari kan? Dipanggil pak Ketua." Rose memngingatkan.
"iya nanti bareng kesana." Mereka di kantin tidak memesan apapun hanya numpang duduk.
"eh terus ngapain Taeyong kayak maksa elo banget tadi?" Jimin meneruskan sambil menatap Rose, jarang-jarang dia punya kesempatan seperti ini. Rambut coklat Rose digerai, cantik sekali batin Jimin.
"emang maksa bang, risih gue makanya tadi pengen kabur dicegah mulu sama dia...pantes kak Jisoo gak nyaman juga. Orangnya maksa."
"makasih ya bang tadi nyelametin gue." Rose tersenyum manis ke Jimin. Waduh hati Jimin sudah klepek-klepek.
"sama-sama Se, kalo perlu apa-apa bilang gue ya." Berlagak sok jagoan dengan menepuk-nepuk dadanya.
"hehehee...iya."
"kirain tadi ada cowok yang godain elo Se...wah kalo ada yang godain elo Mas Jimin harus nyelametin dong."
"mau banget dipanggil mas?"
"boleh, kalo Dek Rose yang manggil." Pipi Rose sudah bersemu merah. Jujur hatinya sudah berdugem ria melihat dari tadi Jimin bersikap manis padanya. Dia saja digandeng lengannya sampai ke kantin tadi, mungkin Jimin tidak sadar, tapi Rose sadar dan tidak menolak.
"iya deh Mas Jimin." Kali ini Jimin yang salah tingkah.
"diiihh pipi merah tuh." Rose menggoda Jimin.
"laaahh kamu malah udah merah dari tadi." Jimin mencubit pipi merah Rose. 'Kamu'? tadi Jimin bilang 'kamu' ke Rose. Iiih kenapa Rose senang ya?
"kita ke ruang tari sekarang aja yuk...tadi Lisa udah kesana duluan." Ajak Rose ke Jimin. Akhirnya mereka beranjak menuju ruang tari. Di perjalanan mereka masih mengobrol dan bercanda sampai tidak sadar sekarang Rose yang menggandeng lengan Jimin. Jimin melirik Rose dan membiarkan saja.
Clek.
Pintu ruangan tari dibuka Jimin dengan masih mengobrol entah apa dengan Rose yang pasti mereka saling tertawa. Di dalam ruangan sudah ada beberapa teman-temannya. Lisa duduk bersila dilantai, sudah ada Jungkook juga sedang di depan cermin mencoba beberapa gerakan. Ada Seulgi yang juga anak tari sedang duduk di kursi sambil memainkan ponselnya. Ketika Jimin dan Rose masuk, ada 2 pasang mata yang menatap penuh tanya. Jungkook yang bisa lihat mereka masuk dari pantulan cermin, kaget sedetik kemudian tersenyum sinis melihat Rose masih menggandeng lengan Jimin.
"Lis...tadi elo ninggalin gue, gue dicegat kak Taeyong tau nanya-nanyain kak Jisoo." Rose sekarang sudah bergabung dengan Lisa duduk di lantai. Jimin bertos dengan Seulgi dan menghampiri Jungkook yang melengos saja. Jimin sepertinya paham.
"kak Taeyong ngapa-ngapain elo gak Rose?" Jungkook sudah duduk disebalah kanan Rose.
"enggak sih Cuma gue risih aja, maksa nanyanya."
"kalo dia ngapa-ngapain elo bilang gue ya." Suara Jungkook sengaja dikencangkan, Jimin melirik melalui ekor matanya. Lisa masih setia mendengarkan cerita Rose.
"sok jagoan lu Kook, emang tau kak Taeyong yang mana?" Lisa meledek Jungkook.
"heheee...gak tau deng. Ya udah mulai sekarang elo gue kawal deh biar gak ada yang ganggu." Jimin tersenyum sinis, Jungkook sadar itu.
"modus lo ketara banget Kook." Seulgi ikut nimbrung.
"emang sengaja kak Seul." Lisa menelan ludahnya mendengar jawaban Jungkook.
"kita ngapain sih disuruh ngumpul?" Lisa akhirnya mengalihkan pembicaraan.
"kayaknya bakal ada lomba deh, eh tadinya Rose kan gak ikut tari ya kok tiba-tiba ikut Se?" Seulgi bertanya.
"iya kak dipaksa sama Lisa katanya kita udah anak kembar jadi kemana-mana harus bareng jadi deh aku ikut tari juga."
"asal jangan ketularan galak aja Rose kayak Lisa...serem kalo udah ngamuk." Jungkook menggoda Lisa.
"gue mah kalem, emosinya cuma sama elu Kook."
***
Jimin melangkah gontai di lorong kampus, Taehyung yang sudah melihat temannya itu berlari ke arah Jimin.
"Jim...JIMIIIN!!!" Jimin bengong melewati Taehyung.
"lah ni anak kesambet apa? WOI PARK JIMIN!!" Jimin tersadar dan menghentikan langkahnya.
"Jim...elo kenapa? Kok agak aneh akhir -akhir ini." Mereka naik menuju kelas melalui tangga.
"Tae..." Jimin ragu. Tapi Taehyung sudah tersenyum penuh tanya.
"ehm...gue suka sama Rose." Taehyung senyum merekah. Benar tebakannya.
"terus? Kok elo lesu?"
"Jungkook juga suka." Senyum lepas dari wajah Taehyung.
"dia bilang sendiri ke gue Tae. Terus tadi Jungkook kayaknya marah sama gue gara-gara gue ke ruang tari bareng Rose." Jimin lesu.
"dia beneran serius apa cuma ngecengin iseng aja Jim?" Pasalnya dengan modal wajah tampan dan bakat yang ada di Jungkook, dia bisa dengan mudah mendapatkan cewek manapun dan terkadang Jungkook hanya 'iseng' mendekati cewek-cewek tersebut.
"menurut gue serius kayaknya."
"elo berdua saingan? Maksud gue kalian berdua sama-sama berusaha PDKT sama Rose?"
"gue ragu mau maju Tae. Jungkook udah kayak adek kita kan, tadi aja keliatan dia marah sama gue. Gue takut persahabatan kita rusak."
"ya menurut gue gak gitu juga Jim. Rose nya gimana? Suka sama siapa, sama elo apa Jungkook? Apa sama gue lagi hehehee.." Taehyung mencoba mencairkan suasana.
"sialan lu."
"maksud gue, kalian kalo mau maju ya secara sehat lah. Terserah Rose nanti pilih diantara kalian atau malah milih orang lain atau gak milih sama sekali tergantung dia. Yang penting elo sm Jungkook harus tulus sayang Rose. Jangan egois mentingin perasaan kalian aja."
"eh belum tentu Rose sukanya diantara kalian berdua loh."
"gue sih bisa aja bersikap gitu Tae, tapi elo tau Jungkook gimana. Dia masih kayak bocah, contoh kejadian tadi aja keliatan banget dia gak mau kalah sama gue." Jimin memang lebih dewasa dibanding Jungkook. Adiknya ini terlihat masih berjiwa 'petarung', 'petualang'.
"ya elo kalo bisa ngobrol sama dia." Mendengar nasehat Taehyung, Jimin tidak yakin Jungkook akan bersikap bijak.
"ya udah yuk kita ke kelas dulu. Bentar lagi masuk." Dengan Langkah malas Jimin dan Taehyung menuju kelas.
KAMU SEDANG MEMBACA
Full House
FanfictionKehidupan kost mahasiswa dan mahasiswi rantauan. bercerita mengenai percintaan, persahabatan, kesetiaan, perjuangan, pengkhianatan. #vsoo #lizkook #jinrene #jirose #yoonie bahasa ringan *pictures source from pinterest