CHAPT 66

971 120 8
                                    

Irene turun dengan wajah sembab. Dia sengaja berdiam dulu di rooftop sampai tangisannya reda. Tapi siapapun yang melihat pasti tahu kalau Irene habis menangis.

Kali ini dia tidak bisa memendamnya sendiri. Dia butuh seseorang, walaupun hanya sekedar mendengarkan. Dengan tergesa dia menuju kamar Jisoo, tanpa mengetuknya dulu dia masuk.

Jisoo yang sedang berbaring video call dengan Taehyung terkejut apalagi melihat wajah Irene yang sembab dan matanya kembali mengeluarkan air mata.

Tanpa memutus hubungan telponnya Jisoo mendudukan dirinya.

"loh Rene kenapa?" tangan kanan Jisoo mengelap air mata Irene yang kembali deras, sedangkan tangan kirinya masih memegang ponsel.

Taehyung yang notabene sebenarnya ada di kamarnya pun bisa melihat adegan dua gadis cantik tersebut.

"Chu...ternyata Jin marah sama gue..." Irene sudah memeluk Jisoo, karena kesusahan akhirnya Jisoo meletakan ponselnya di nakas dalam keadaan berdiri. Tapi sebenarnya Jisoo tidak sadar kalau Taehyung masih tersambung.

"cup...cup...Irene." Jisoo mengusap punggung Irene mencoba menenangkan.

"kok bisa? Katanya kalian gak ada masalah?"

"gue udah bohongin dia Chu..gue gak jujur.." Jisoo mengambil tissue menyerahkan ke Irene. Sungguh wajah Irene sudah kacau.

"tenangin dulu...mau ambil minum? Bentar gue ambilin" Jisoo berjalan menuju dapur dan tidak lama kembali.

"diminum dulu, Tarik napas..." Irene mengikuti saran Jisoo, akhirnya dia kembali tenang.

"mau cerita?" Irene mengangguk.

Dia mulai menceritakan hubungannya dengan Suho, tentu saja Jisoo dan juga Taehyung yang masih belum bersuara kaget. Taehyung menutup mulutnya.

Lalu dilanjutkan dengan kejadian kissing, putus dan ancaman Suho dengan foto. Sampai akhirnya foto-foto tersebut sampai ke Jin.

Setelah Irene menceritakan semuanya tanpa dijeda Jisoo dan Taehyung. Iya Taehyung masih setia mendengarkan.

"Chu...Chu..." Jisoo dan Irene mencari sumber suara.

"astogeeeehh dari tadi belom mati Tae?" Jisoo mengabil kembali ponselnya.

"sembarangan!! Pacar ganteng gini dikata mati"

"eh maksudnya telponnya Tae.."

"Tae daritadi elo denger dong curhatan gue?" Irene mengambil ponsel Jisoo.

"hooh Rene... santai kali sama gue mah." Irene mendengus. Ya sebenarnya tidak masalah sih.

"Rene...sori nih ya kalo gue lancang. Mending elo jelasin semua ke bang Jin deh. Jangan ada yang ditutupin lagi daripada dia tau dari orang lain lagi." Taehyung coba memberi saran dan Jisoo pun setuju.

"tapi gue masih takut Tae, kayak gak bisa ngomong gue di depan dia."

"ya elo coba tenangin diri dulu juga Rene. Pasti kan elo juga kaget..." Jisoo menggenggam tangan Irene.

"iya Rene..bang Jin bukan orang pendendam kok. Dia juga orangnya rasional gak akan cemburu buta." Tambah Taehyung.

"sebenernya ya kalo elo tadi langsung jelasin mungkin keadaannya lebih baik. Tapi kita gak usah berandai-andai. Dengan Jin tadi udah ngasih elo kesempatan jelasin itu nunjukin dia memang butuh penjelasan elo Rene. Dia butuh semua keluar dari mulut elo."

"iya Chu gue tadi emang bego. Kenapa malah diem, padahal dia nunggu gue ngejelasin."

"yang udah ya udah Rene. Elo secepatnya jelasin ke bang Jin."

Full HouseTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang