9.

64 7 0
                                    


Setelah membiarkan Zelvanya dan Aldiano berduaan cukup lama, akhirnya Aline masuk ke dalam ruangan. Tentu, tadi dia sengaja berpura-pura ke toilet dengan maksud mendekatkan Aldiano dan Zelvanya. Biar ada komunikasi satu sama lain.

"Eh, Kak yuk kita ke meja disana" Ajak Aline, menuju tempat yang sudah dia rapikan dan disiapkan dirinya kemaren.

"Oke" Zelvanya berjalan mengikuti Aline di belakang.

"Silahkan, Kakak duduk di tengah"

Zelvanya mengangguk, dia menurut saja sesuai arahan Aline untuk duduk di kursi tengah. Sehingga, urutan mereka dari Aline-Zelvanya-Aldiano.

Sebagaimana, Zelvanya adalah tamu dalam podcast kali ini. Memang sepantasnya, dia berada di tengah sebagai pusat perhatian.

Setelah semua dirasa siap syuting, mulai dari mengecek satu per satu pertanyaan yang ada dalam pembahasan isi konten. Dan, background serta pengambilan kamera sudah tepat.

Tak berapa lama, ada dua orang disuruh masuk ke dalam ruangan. Sepertinya adalah kameran dari samping dan depan.

Saat mulai pengambilan kamera,

Memang benar, Aldiano berubah menjadi sosok yang lebih ceria, lebih atraktif dan sering kali bertanya pada Zelvanya sesuai skrip yang diberikan. Zelvanya pun, tak terkejut dia hanya menjawab seperlunya.

Dan, ada saatnya giliran Aline yang bertanya.

"Kak, jujur aku tuh penasaran banget apa yang bikin Kakak awalnya memilih bisnis makanan"

Zelvanya tersenyum.

"Kebetulan, aku pindah ke Jakarta buat membantu paman untuk menghandle restorannya"

"Sering berjalannya waktu, aku mencoba mempelajari bagaimana cara-cara dasar memulai bisnis makanan, dari mencari peluang menarik pembeli dan mengatur tata kelola keuangan yang baik untuk restoran"

Aline mengangguk dan penuh semangat mendengar penuturan Zelvanya sewaktu bercerita. Sungguh, dia semakin takjub dan terpesona dengan sosok Zelvanya. Memang sosok yang sempurna menurut Aline sudah baik, sopan, cerdas, bisa cari uang sendiri lagi. Benar-benar masuk dalam tipe idaman.

Diam-diam, Aldiano terselip rasa kagum dengan Zelvanya. Namun, tak terlalu ditonjolkan. Berbanding terbalik dengan Aline yang selalu ekspresif dan agak berlebihan.

"Menurut seorang Zelvanya, bagaimana sih tips dalam membangun usaha?" Kata Aldino, dengan menatap Zelvanya.

Zelvanya mengangguk,

"Menurut saya adalah dengan bisanya kita membaca peluang usaha yang menarik dan unik dibandingkan usaha terdahulu. Sehingga, inilah yang menjadi daya tarik tersendiri untuk konsumen"

"Boleh cerita sedikit gak gimana caranya merintis semuanya dari nol?"

"Awalnya, saya hanya membuka outlet biasa dengan promosi besar-besaran untuk menarik hati pembeli. Karena, memang susah untuk memulai usaha baru tanpa memiliki brand terkenal. Sehingga, lebih banyak kerugian daripada keuntungan waktu itu"

"Setelah mulai terlihat banyak peminat. Saya mencoba membuat dalam bentuk frozen food untuk menjangkau pasar yang lebih luas dengan adanya sistem reseller dan mencoba mengenalkan produk saya ke seluruh indonesia"

Aline bertepuk tangan berulang kali, tanpa bisa berkata-kata. Dia kembali takjub dengan setiap patah kata yang dilontarkan Zelvanya. Benar-benar pantas untuk mendapat pujian.

"Pernah mengalami kegagalan gak sih"

"Tentu, pernah. Karena tidak mungkin bukan suatu usaha tanpa mengalami jatuh bangun terlebih dahulu. Namun, dari situlah muncul motivasi untuk lebih berkembang lagi"

Satu hal yang membuat Aldiano takjub yaitu sikap mandiri Zelvanya, yang bisa melakukan semuanya serba sendiri. Tak seribet dan semanja perempuan pada umumnya. 

"Kak Zelvanya, ada kepikiran buat menikah gak sih" Tanya Aline berbinar-binar,

Zelvanya terdiam sejenak, bingung. Lantaran pertanyaan satu ini tak ada dalam skrip dan pembahasan konten. Dan, ini sudah masuk ranah pribadi.
Sejujurnya, Zelvanya paling tak suka mengenai pertanyaan yang tak sesuai konteks.

Melihat keterdiaman, Zelvanya. Aldiano berinisiatif berbicara.

"Ngapain nanya masalah pribadi"

"Ih, apaan sih serah gue lah. Mulut mulut gue"

Aldiano menghembuskan nafas panjang. Padahal, diirinya sudah memberikan selembar kertas yang sama pada Aline. Entah sengaja, atau tidak Aline malah menanyakan hal itu.

"Jadi gimana Kak"

"Hmm, aku masih belum kepikiran sih. Cuman mungkin kisaran 26 atau 27 tahun"

Aline mengangguk, rasa penasaran di hatinya sudah terjawab.

"Kak, terakhir deh menurut Kakak Zelvanya, Kak Al ini gimana?"

Zelvanya mengeryitkan kening,

"Apaan sih lo gaje banget"

Aldiano tahu, apa maksud dari beberapa pertanyaan terakhir sang adik. Ini sudah keterlaluan. Sehingga, tak ada pilihan lain bagi Aldiano untuk..

"Oke, sekian guys. Makasih semuanya sudah menonton podcast inspiratif kali ini. Semoga bermanfaat, jangan lupa komen, like, subscribe dan nyalakan notifikasi. See you in next video"

"Cut" Ucap Aldiano,

Sang kameramen mengikuti permintaan Aldiano.

Yap, benar. Aldiano memilih mengakhiri videonya, daripada semakin menjadi-jadi tingkah si Aline.

Aldiano langsung beranjak pergi, dia benar-benar gerah. Dengan kesengajaan sang adik menanyakan hal bodoh begitu. Beruntung, dia bisa memotong bagian itu. Dia tak mau ada masalah pribadi
dibawa-bawa.

Aline cemberut melihat kepergian Sang Kakak, niat tersiratnya memang ingin menjodohkan. Dan, Aline sengaja memancing menanyakannya di depan konten siapa tahu ada sekumpulan fans mereka yang membantu dirinya dan Mamah dalam perjodohan ini.

Sekian guyss

Tungguin lanjutannya yaa

Berikan vote dan komen harus

See you in next part

💙💙💙

YOUTUBER, MY PARTNER (SELESAI)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang