81.

11 2 0
                                    


Menjelang malam Aldiano sedang asyik memasak makanan kedua favoritnya. Setelah sandwich tuna, ini menjadi salah satu menu tersimple yang dia sukai.

"Widih, masak lagi lo" Tegur Aline, mencium wangi dari arah dapur.

Aldiano melihat Aline sekilas, kemudian kembali fokus memasak. Dia menumis bahan-bahan seperti bawang putih cincang, telur dan sosis. Tinggal langkah terakhir, dia menambahkan garam, gula kecap dan sambal bawang buatan Mamahnya. Ini sering disebut nasi gila.

"Woi gue ngomong"

Aldiano tetap acuh, dia mengoseng- ngoseng hingga mulai kecokelatan. Bahkan, kali ini semakin bertambah harum akibat sambal khusus tersebut.

"Lo bikinin gue"

Aldiano menatap tajam Aline,

"Menurut lo" Kata Aldiano ketus,

Tatapan maut Aldiano seketika membuat Aline langsung mengalihkan pandangan dan meneguk ludah. Walau sudah terbiasa, dia memang cukup ngeri dengan tatapan mata itu.

"Yaudah gue pesen satu, bang jangan pake lama. Banyakin kerupuknya"

Aldiano tetap tak peduli, dia sudah hampir selesai. Dia mengambil kotak semacam bekal, untuk menata nasi dan lauknya tadi. Dia juga menambahkan buah pisang dan mangga di bekal lain.

Berbeda dari sebelumnya, Aldiano akan datang ke rumah Zelvanya menyerahkan langsung. Dia ingin memberikan makan malam khusus untuk Zelvanya. Entah kenapa, tiba-tiba ingin saja melakukan semua ini.

Aldiano tersenyum puas dengan hasil buatannya. Kini, dia tinggal berganti pakaian.

💙💙💙

Di dalam kamar, sewaktu Aldiano ingin berganti pakaian. Mendadak handphone miliknya berdering di meja belajar. Dia melangkah mendekat dan tangannya bergerak mengambil melihat siapa seseorang yang menghubungi dirinya.

Aldiano menyipitkan mata, nomor tak dikenal menghubungi bahkan melalui video call via whatsapp. Dia jarang mau mengangkat nomor begini, banyak yang menghubungi tidak jelas. Di era sekarang banyak penipuan sudah beranekaragam.

Aldiano mengabaikannya, dia menganti baju piyama lebih dulu. Setelah siap berganti, handphone itu masih saja berdering dengan nomor yang sama.

Tak lama, orang itu mengirimkan chat singkat padanya.

Angkat, sebelum Papah lo mati

Mau tak mau Aldiano mengangkatnya, entah apa yang terjadi nanti kenapa perasaannya jadi tak enak begini. Duh, semoga tak terjadi apa-apa.

"Hai" Sapanya dengan senyuman pura- pura ceria.

Aldiano menaikkan alis, inikan...

Dia mengingat jelas semua wajah keluarga Ardisyah. Terutama, si Reno ini seseorang pengganggu dan berkeinginan menghancurkan keluarganya. Tanpa, diketahui penyebab jelasnya apa.

"Siap banget ya sampai ganti baju" Akhir kata Reno tersenyum sinis,

"Mau lo apa?" Tanya Aldiano ketus, langsung tanpa berlama-lama. Dia ingin cepat memutuskan sambungan ini.

"Kalian semua dateng kemari, cepetan"

"Ngapain gak jelas" Aldiano menggeleng kepala,

Lalu, Reno menyorot kamera ke arah seseorang yang pasti dikenali Aldiano.

Tatapan Aldiano seketika melemah, dia menjadi tak sanggup melihat salah satu orang yang paling dia sayangi terluka. Wajahnya penuh darah bercucuran dan luka kecil. Aldiano mengepal tangan kuat.

"Tahu kan siapa" Kata Reno,

Reno kembali menyorot wajahnya.

"Lo..mau apa" Kata Aldiano bergetar, tatapan matanya menahan air mata.

"Kesini, lo sekalian bawa Mamah dan adik lo"

"Enggak usah, bawa-bawa mereka"

Reno tersenyum miring,

"Lo yakin mereka gak kenapa-napa di rumah. Gue bisa aja ngebu..."

"Apa gak cukup gue aja" Potong Aldiano lantang, dia tahu apa ucapan Reno setelah itu.

"Enggak bisa, kalian semua harus datang kesini. Kalau pengen Papah kalian selamat. Inget, gak usah minta tolong siapapun termasuk polisi"

"Ataupun Zelvanya, mungkin dia juga ikut dalam bahaya"

Aldiano tersenyum miring,

"Gak usah bawa orang lain"

"Yakin, orang lain bukan orang spesial"

"Terserah lo"

"Cepetan, satu jam dari sekarang!!"

"Lokasinya dimana" Tanya Aldiano, dia juga tak mungkin membiarkan Papahnya disana seorang diri.

Reno tersenyum penuh makna.

"Gudang"

Kemudian, Reno langsung memutuskan video call-nya. Padahal, Aldiano sendiri tak tahu letak gudangnya dimana. Tak jelas, clue yang diberikan hanya satu kata.

Gudang...

Apa mungkin dirinya pernah ke gudang??

Aldiano mengangguk, dia kembali teringat saat menolong Jian di gudang malam itu. Pasti, gudang yang disana. Mereka kan pernah sekongkol.

Tapi, yang membuat Aldiano kembali ditengah kebimbangan apa iya dirinya harus membawa Mamah dan adiknya kesana. Seperti, datang ke tempat dimana mereka bisa saja diterkam hidup-hidup.

Oke sekian cukup lahh yaa

Berikan vote dan komentar

See you next part

Gimana part kali ini???

Agak kacau enggak hehe

😂💙😂💙😂



YOUTUBER, MY PARTNER (SELESAI)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang