76.

10 2 0
                                    


Malam harinya, mereka berempat melanjutkan acara dengan barbeque-an di pinggir kolam renang. Benar-benar hari yang menyenangkan.

Zelvanya juga merasa sangat dihargai dan diterima dalam keluarga Aldiano. Terkadang, dia juga merindukan keluarga besarnya di Bandung. Tapi, mau bagaimana lagi dirinya memang harus fokus bekerja selagi muda.

Setidaknya, ini cara terbaik memiliki dana pensiun disaat sudah tua renta dan tak bisa berbuat apa-apa. Beruntung di zaman sekarang, masih ada teknologi canggih hingga berhubungan dengan orang lain lebih mudah.

Zelvanya ikut membolak-balikkan banyak daging seperti shortplate, ayam dan wagyu di atas panggangan. Begitupula, Aline dan Mama Riska. Mereka begitu asyik memanggang bersama sembari mengobrol.

Sementara, Aldiano hanya melihat sesekali dan menyomot daging yang sudah dimasak.

"Woi, enak bener lo" Sewot Aline,

Tentu, dia tak terima melihat Sang Kakak enak-enakan makan. Tetapi, mereka susah payah memanggang.

Dasar orang menyebalkan,

Aldiano mengabaikan, dia fokus melahap daging tersebut dengan celupan bumbu yang tersedia.

"Lo tuh nyebelin banget, masaknya enggak makan iya" Omel Aline, dengan penuh amarah membolak-balikkan daging.

"Inget, gue yang bayar semua" Kata Aldiano,

Perkataan Aldiano membuat Aline kalah telak. Dia tak bisa berkomentar lagi, memang nyatanya Aldiano yang paling sering membelanjakan banyak hal untuk keluarganya.

Mama Riska dan Zelvanya tertawa, melihat pertengkaran kecil Kakak beradik. Terlihat menggemaskan, dan menghidupkan suasana.

Akhirnya malam ini terlewati dengan acara makan-makan dan bersenda gurau bersama. Mereka sudah layak menjadi keluarga seutuhnya.

💙💙💙

Jam menunjukkan pukul 22.34.

Zelvanya menghembuskan nafas gusar, dia sejak tadi merasa tak karuan mencoba tidur. Walau, memang empuk dan nyaman diatas kasur. Tetapi, dia tipe orang yang perlu beradaptasi untuk tidur di tempat baru.

Zelvanya melangkah keluar kamar, dia sepertinya butuh waktu berjalan-jalan sebentar. Siapa tahu perlahan, dia mudah terlelap setelah agak lelah berkeliling.

Saat pertama kali Zelvanya membuka pintu kamarnya,

"Hmm, ngapain" Tegur seseorang,

Zelvanya melihat seseorang sedang menuangkan teko air ke gelas di area dapur. Kebetulan jarak kamar dirinya paling dekat dengan dapur.

"Gak bisa tidur" Sahut Zelvanya singkat, sembari berjalan mendekat ke dapur. Terasa gak sopan ngobrol berjarak begini.

"Lo mau gue bikinin susu"

Zelvanya menggeleng,

"Gak perlu"

"Oke gue bikinin, bentar"

Zelvanya menghela nafas, susah jika sudah berurusan dengan seorang Aldiano. Dia orangnya agak keras kepala. Jadi, Zelvanya terbiasa dan membiarkan saja Aldiano maunya seperti apa.

Aldiano menuangkan air panas kedua gelas. Kebetulan dirinya juga gak bisa tidur disini. Sehingga, berpikir membuat minuman yang katanya cocok sebelum tidur.

Zelvanya duduk di dekat meja makan yang telah menyatu dengan dapur.

Aldiano langsung meletakkan gelas susu pertama di depan Zelvanya. Lalu, dia ikut duduk berhadapan dengan Zelvanya dan meminum seteguk gelas susu.

"Thank you, lo dah mau ikut kemari"

Zelvanya mengangguk,

Dia awalnya agak ogah-ogahan datang kemari. Namun, lama-kelamaan malah menikmati acara liburan singkat ini bersama keluarga Aldiano. Ternyata cukup asyik dan menyenangkan, semua rencana Aline terstruktur dan tepat waktu.

"Jian baru malam tadi ngechat saya katanya kamu suka sama saya, itu gak bener kan"

Aldiano tersenyum kecil,

"Sorry, bawa-bawa nama lo"

"Tapi, gak beneran kan" Tanya Zelvanya penuh rasa kekhawatiran, dia selalu menanamkan pola pikir bahwa setiap berhubungan bisnis bersama siapapun, mereka berdua hanya sebatas partner.

Karena, selalu secara kebetulan partner bisnis Zelvanya adalah seorang laki-laki. Jujur, mereka sedikit menganggu dan mendekati dirinya dengan cara aneh yang membuat tak nyaman. Itu malah merusak project yang ada.

"Lo udah punya pacar"

Krikk..krikk...

Zelvanya mendengus kesal, apa ini cara mengalihkan pembicaraanya.

"Saya yang nanya duluan, jawab pertanyaan saya"

"Minum dulu, keburu dingin"

Zelvanya menatap Aldiano tajam,

Aldiano menghembuskan nafas panjang, dia juga masih bingung dengan perasaan dirinya sendiri. Hatinya belum bisa menentukan arah. Tapi yang jelas,..

"Gue dah bilang kemaren, gue mau kenal lo lebih. Gak papa kan" Akhir kata, Aldiano tersenyum penuh makna.

Ada sisi lain dimana Aldiano merasa tertarik sekaligus penasaran dengan Zelvanya, perempuan itu mempunyai pola pemikiran berbeda dari yang pernah ditemuinya selama ini. Sehingga, dia ingin mengenal lebih lanjut.

Oke sekian cukup lahh yaa

Berikan vote dan komentar

See you next part

Gimana masih kurang momen Al dan Zelvanya???

YOUTUBER, MY PARTNER (SELESAI)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang