60.

15 3 0
                                        


Di meja makan, Mama Riska makan dengan lumayan lahap. Bahkan, Aldiano dan Aline terkejut dengan perubahan signifikan ini. Walaupun, Mama Riska nampak agak lusuh dan berantakan karena tak mandi berhari-hari.

Tapi, ini menjadi salah satu kemajuan pesat. Dimana Mama Riska mau makan bersama mereka. Bahkan, tak perlu dipaksa segala.

Sebenarnya, Mama Riska sendiri kalau boleh jujur masih menyimpan luka yang teramat mendalam.

Bagaimana tidak..

Menunggu suami yang disayanginya tak kunjung pulang ke rumah sampai tiga bulan lamanya. Entah kenapa sangat berbeda dari biasanya, walau lama sekalipun paling tidak memberi kabar. Ini benar-benar seperti hilang ditelan bumi. Apalagi, membaca pesan terakhir tersebut dari orang tak dikenal, cukup membuat guncangan tersendiri pada hatinya.

Akan tetapi, itu semua Mama Riska coba tahan dan pendam sewaktu berada di depan Zelvanya. Dia tak mau terlihat memalukan. Sosok Zelvanya memang sangat-sangat spesial. Hal yang membuat dirinya sedikit lebih bahagia adalah saat Aldiano sudah menyebutnya pacar.

"Sayang, tambah lagi ya" Ucap Aldiano, sembari menambahkan lauk ke piring Zelvanya. Tak luput, ada senyuman menghiasi wajah Aldiano.

Zelvanya menggeleng, dia mulai merasa ini sudah berlebihan dan terlewat batas. Bukan seperti ini yang dia inginkan. Tapi, bagaimana bisa menyuarakan isi hatinya. Dia melihat ekspresi bahagia Mama Riska.

"Duh romantisnya, kaya Papah sama Mamah dulu"

Aldiano dan Aline sama-sama terdiam serasa tak mendengar, dan hanya fokus menyantap makanan. Mereka merasa bingung harus menanggapi seperti apa. Pembicaraan terasa canggung, setiap membahas Sang Papa.

"Tan, tante suka makan apa biar nanti Zelva bawakan" Zelvanya mulai merasa sebaiknya, dia mengalihkan topik pembicaraan.

"Kamu datang aja, tante udah senang. Kalian kapan ada rencana tunangan?" Tanya Mama Riska blak-blakan.

Zelvanya refleks tersedak makanan yang baru dia suap. Mendengar, satu kata tunangan membuat dirinya syok bukan main. Seharusnya, kebohongan ini tak sampai sejauh inikan.

"Sayang gak kenapa-napa kan" Kata Aldiano, menepuk lembut punggung Zelvanya.

Zelvanya merasa mual dan mulai ingin muntah, mendengar kata-kata 'sayang' muncul. Apa bisa Aldiano menghentikan rencana gila ini.

Sementara, Aline hanya cengar-cengir melihat kedekatan Sang Kakak dan Zelvanya. Sungguh, sesuai dengan yang dia harapkan selama ini.

Walaupun, disisi lain harus Aline akui sedih sih Sang Mama terus-menerus begini. Semoga dengan adanya Zelvanya membantu Sang Mama lebih cepat pulih.

Setelah acara makan bersama selesai,  Mama Riska langsung masuk kembali ke kamar, mengurung diri.

💙💙💙

Sekarang, hanya menyisakan Aldiano dan Zelvanya di meja makan. Mereka berdua sedang membereskan piring bekas bersama. Dengan sengaja, Aline menjauh agar mereka memiliki waktu berduaan.

"Kenapa gak bilang dari awal kalau rencana kamu begini?" Tanya Zelvanya, sedikit kesal. Sembari, mencuci banyak piring, mangkok dan gelas bersebelahan dengan Aldiano.

"Kalau ngomong, pasti lo nolak kan. Sedangkan, gue akan lakuin apapun demi kesembuhan Mama walau yaa gitu harus berpura-pura pacaran sama lo"

Zelvanya menghembuskan nafas, kenapa dia kembali merasa tak tega. Padahal, hatinya sudah bertekat bulat untuk tak melanjutkan ini semua.

Apakah semudah ini hati nuraninya luluh dan tersentuh. Memang, benar dirinya sering kali punya perasaan tak tegaan membiarkan orang lain terluka. Sehingga, dia terkadang malah rela mengorbankan dirinya sendiri.

Zelvanya juga berpikiran, seandainya dia yang ada di posisi Aldiano. Bukankah dirinya akan melakukan hal yang sama. Rela berkorban untuk kedua orangtua apapun itu yang penting mereka pulih.

Biarlah kali ini, Zelvanya mengikuti dan melanjutkan semua yang sudah terjadi.

"Jian mau ketemu saya besok"

Aldiano menatap Zelvanya dalam, tak percaya.

"Lo gak bercanda kan"

"Enggak"

"Biar saya yang urus" Kata Zelvanya lagi,

Aldiano menganggukkan kepala, mengerti. Dia sendiri, sudah tak punya rasa percaya lagi dengan akal-akalan Jian. Dia benar-benar tak mau terhasut lagi dengan wanita iblis itu. Bahkan, sudah lama perasaan dia sudah mati pada Jian. Bisa dibilang hanya tersisa rasa kebencian saja.

Okee cukup lahh yaa

Rada pendek enggak sih, bingung soalnya😂

Berikan vote dan komentar

See you next part

💙😂💙😂💙

YOUTUBER, MY PARTNER (SELESAI)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang