56.

13 3 0
                                    


Berita mengenai Jian kembali heboh di media sosial. Sebagaimana, Jian telah dilaporkan Aldiano dikarenakan telah mempersulit hal yang menimpa dirinya waktu itu. Bahkan, dengan sengaja menuduh Aldiano yang tidak-tidak. Setelah satu bulan, sudah tahap awal persidangan.

Jian sendiri tak bisa berkata-kata, dia sudah berada di titik terendah dalam hidupnya. Entah sampai mana batas penderitaan yang akan dilewatinya. Semua cacian dan makian terus-menerus muncul di media sosial.

Terlalu banyak hal yang menyakiti hati dan perasaannya, bahkan itu terjadi sejak dulu hanya ada masalah dan beban di pundaknya.

Jika mengingat memori dulu. Sedari kecil, Jian sering kali disalahkan oleh kedua orangtuanya. Bisa dibilang mereka pilih kasih, mungkin dirinya memang bukan anak kandung.

Jian hanya bisa mengurung diri dan menangis setiap dia dituduh atas tindakan Kakaknya. Sampai suatu hari, dia bertemu dengan sosok Aldiano.

Pertama kali pertemuan mereka berdua cukup mengejutkan, Jian ingat dengan jelas. Dimana Jian berpikir untuk mengakhiri hidupnya di rooftop perpustakan sekolah.

Namun, Aldiano menahan dirinya hanya perkataan singkat.

"Woi lo ngapain, gak bunuh diri kan" Teriaknya nyaring seperti orang kaget.

Spontan Jian melangkah turun dan berbalik badan, melihat seseorang yang sudah menggagalkan rencana bunuh dirinya. Jian menatapnya dalam, ada seseorang yang berhasil menarik hatinya di pertemuan pertama.

Jian tersenyum menggeleng.

"Gak, cuman menikmati udara segar" Ucap Jian sengaja berbohong, dia tak mau siapapun tahu masalah pribadi.

"Gue Al, nama lo siapa?" Aldiano tersenyum hangat, sembari menjulurkan tangan.

"Jian" Jian membalas juluran tangan tersebut.

Begitulah pertama kali pertemuan singkat mereka. Momen yang selalu Jian ingat hingga sekarang. Tapi, ada sosok yang menghancurkan semua harapannya. Disaat ada Aldiano yang berhasil membuat dirinya mengenal apa arti bahagia sesungguhnya.

Lelah, rasanya.

Jika hidup hanya terus menderita seperti ini. Adakah cara lain untuk keluar dari ini semua. Tak sengaja, Jian menitihkan air mata. Dia tak tahu ingin mengadu dan bercerita dengan siapa masalah ini.

💙💙💙

"Al, Line.." Kata Om Ronald,  menghembuskan nafas panjang terasa berat untuk memberitahukan hal ini. Setelah, keluar dari kamar memeriksa kondisi Mama mereka.

"Mama gak kenapa-napa kan Om?" Tanya Aline penuh khawatir.

"Mama kalian sedikit depresi dan gangguan mental, ada rasa ketakutan berlebihan jika suaminya tak kunjung pulang"

"Jika berkelanjutan terjadi, mungkin Mama kalian akan mengalami sakit secara fisik. Bagaimanapun, pikiran-pikiran negatif juga mempengaruhi kondisi tubuh seseorang"

Aldiano dan Aline hanya bisa menyimak Om Ronald menjelaskan kondisi Mamanya.

"Sehingga, cara terbaik untuk sekarang adalah bagaimana cara kalian mengalihkan pikiran Mama kalian yang hanya tertuju pada Papa"

Aline menggigit bibirnya, dia sendiri bingung. Mengapa Sang Mama bisa bertingkah seperti ini. Seakan-akan, tak bisa ditinggalkan Papa. Padahal, Papa hanya keluar beberapa minggu.

Walaupun, dia mendapat kabar tak enak sih tentang Papanya.

Sementara Aldiano tak berkutik, rasanya terlalu sulit mengalihkan pikiran tersebut. Jika bukan mulai dari orangnya langsung.

"Memang sih perjalanan percintaan Mama dan Papa kalian itu, sangat panjang ceritanya setelah melewati berbagai macam proses. Sehingga wajar bagi mereka terlalu sayang berlebihan"

"Proses?" Tanya Aline bingung.

"Yaa, mereka tak direstui. Sudahlah, sebaiknya kalian tanya orang tua kalian saja" Om Ronald menggeleng perlahan, mengapa dia tidak sengaja bercerita. Padahal, ini dirahasiakan.

Sebenarnya, Aline sendiri pun pernah penasaran. Apa ini ada hubungannya dengan mereka yang sedari kecil, tak pernah bertemu dengan Kakek dan Nenek. Bahkan, mereka seperti tak ada kerabat dan keluarga dekat. Hanya, ada mereka berempat.

Okee sekian sampai disini

Cukup lah yaa

Berikan vote dan komentar💙

See you next part yaa

💙😂💙😂

YOUTUBER, MY PARTNER (SELESAI)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang