79.

10 2 0
                                        


Sudah cukup lama, Reno membiarkan keluarga Aldiano berleha-leha terasa bebas dari segala masalah yang ada. Sepertinya, sudah saat yang tepat dia menjalankan perencanaan itu.

Dia bahkan sering tak memantau lagi, hanya beberapa hari sekali tinggal satu langkah lagi. Semuanya akan berakhir, ini demi Kakek dan Mamanya. Mereka berdua termasuk dia sudah menderita terlalu banyak.

Handphone Reno berdering,

Dia melirik sekilas, ternyata itu adalah nomor telepon si penguntit. Mungkin, ini yang Jian sampaikan waktu itu. Bahwa, mereka semua berada di pihaknya.

Hanya berpura-pura di pihak Zelvanya, sehingga bisa mengorek informasi.

"Halo, bos ini kita"

"Iya"

"Maaf, bos baru sekarang soalnya kita diancam masuk penjara"

"Terus, kalian dapat informasi apa"

"Bos, harus berhati-hati sepertinya identitas bos sudah terbongkar"

Terbongkar

Reno tersenyum sinis,

Bagaimana bisa hal itu terjadi dirinya saja selalu menutup banyak informasi pribadi. Bahkan, berita khusus meliput mengenai kesuksesan perusahaan dan Varo, si pemilik. Kecuali, ada sosok yang telah berkhianat dengannya. Hanya, ada dua orang pilihan antara Jian dan Reina.

Sebenarnya, sekarang pun tak masalah juga sih dirinya terbongkar mereka pasti belum mendapatkan bukti apapun. Bisa dianggap tuduhan palsu. Hanya, dari nomor telepon tak menjadikan dirinya salah.

"Oke gak masalah, ada informasi lain"

"Bos, apa gak curiga gitu sama seseorang"

"Maksud lo"

"Apa ada pengkhianat?"

Reno mengerutkan kening,

"Saya mendengar pembicaraan sekilas Zelvanya dengan seseorang yang katanya sih dekat dengannya. Bahwa, dia seperti membocorkan nama bos"

Reno membulatkan mata, tak percaya. Siapa yang berani-berani membongkar identitas dirinya.

Kalau dipikir-pikir, Jian rasanya tidak mungkin membongkar identitasnya ke Zelvanya. Dia punya ancaman yang membuat Jian selalu bertekuk lutut sampai detik ini. Hal yang membuat Jian merasa malu jika publik mengetahuinya.

Tapi, Reina juga tak mungkin bukan. Dia mempunyai rasa dendam yang sama besar dengannya. Namun, bisa juga sih Reina berubah pikiran dan tak suka jalan terakhir yang dia pilih.

Apalagi, dia baru-baru ini membocorkan rencana selanjutnya hanya pada Reina seorang. Intinya, Reno harus berjaga-jaga dalam bertindak ataupun berbicara dengan siapapun.

Kalau perlu malam ini juga, semua rencana itu akan dilaksanakan. Hidup mereka harus berakhir sekarang.

Tokk...tokk..tokk...

Reno melihat sekilas pintu,

"Permisi, Pak" Ujar seseorang di balik pintu.

Reno memutuskan sambungan telepon lebih dulu, tak ada seorang pun dari perusahaan yang mengetahui ini semua.

"Silahkan"

Tak berapa lama, ada dua orang masuk ke dalam ruangan kerja. Salah satunya memang bawahan, dia menuntun paksa seseorang menggunakan penutup wajah juga tangannya diikat ke belakang.

Jelas, tak lain tak bukan itu adalah Papanya Aldiano.

"Keluar" Usir Reno dengan sorotan tajam, pada bawahannya yang dalam hitungan detik mengacir keluar ruangan.

Reno ingin berbicara berdua saja dengan Leonard Ardisyah. Seseorang yang luar biasa bodoh dan gila, meninggalkan semua harta dan keluarga. Hanya demi perempuan tak berguna.

Reno lantas mendekat lalu membuka penutup wajah itu dengan kasar, dan memperlihatkan wajah pria paruh baya yang cukup bonyok karena bekas pukulan dan tamparan bahkan masih ada darah segar bercucuran belum dibersihkan.

"Bagaimana kabar Papah"

Akhir kata Reno, tersenyum sinis.

Papah...

Sepertinya sebutan itu sama sekali tak pantas untuk orang ini. Orang yang meninggalkan Mamah bahkan Kakeknya. Hanya untuk hidup bersama perempuan dari keluarga tidak jelas.

Terlalu banyak pengorbanan Mamahnya untuk membesarkan dia seorang diri.

Terlalu banyak ejekan dan hinaan untuk dirinya saat sekolah. Hanya, karena tak memiliki seorang Bapak. Hingga, hampir muncul berita beberapa tahun lalu.

Bahwa, dirinya adalah anak haram atau anak pungut. Tapi, beruntunglah Sang Kakek tanggap membayar banyak pihak untuk menutup semua pemberitaan dan membuat berita bagus lain mengenai kemajuan perusahaan.

"Reno, maafin Papah"

Reno tersenyum miring,

Apa cukup dengan kata maaf saja?

Mereka semua malah hidup tenang bahagia dan penuh kehangatan seperti keluarga pada umumnya seakan tidak pernah terjadi masalah apa-apa. Berbanding terbalik dengan dirinya, Sang Mamah bahkan Kakek hidup tak menentu.

Setiap hari Sang Mamah, terkadang diam-diam menangisi semua keadaan yang terjadi. Ini titik terendah yang membuat seorang Reno tak bisa tinggal diam. Dia mencoba mencari informasi siapa sosok Papah kandungnya.

Jika, ada seseorang yang paling dia sayangi di dunia ini hatinya terluka. Reno tak akan membiarkan orang itu hidup tenang. Mereka harus dibalas, bahkan lebih dari yang dia rasakan.

"Sudah siap, Pah"

Kemudian, Reno menamparnya dengan keras. Tak peduli, jikalau ini adalah Papa kandungnya sekalipun. Masih belum puas, dia kembali menampar lagi dan lagi hingga lebih dari dua bahkan tiga kali. Ini semua belum cukup.

Akhir dari semua ini, mereka semua harus berakhir dengan tragis di depan matanya.

Oke sekian cukup lah yaa..

Gimana part kali ini..

Menurut kalian, Reno memang jahat atau bagaimana???

Berikan vote dan komentar

Tinggal berapa part lagi akan tamat kemungkinan..

💙😂💙😂💙

YOUTUBER, MY PARTNER (SELESAI)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang